(KELOMPOK 5)
DOSEN: RACHMI HUTABARAT, S.SI. M.SI. APT.
DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
LATAR BELAKANG
SEJARAH
Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada
4000 tahun yang lalu, dimana penderita batuk
menghirup daun Atropa belladona. Pada awal abad 19
ditemukan metode nebulisasi cairan, suatu
pengembangan baru metode dalam farmakoterapi
PENGERTIAN
Istilah “Sistem Penghantaran Obat” (SPO) atau Drug
Delivery System pada dasarnya adalah istilah yang
menggambarkan bagaimana suatu obat dapat sampai ke
tempat target aksinya.
Sekresi Hidung
Keadaan Lingkungan
Permeabilitas Membran
Kelarutan
Lipofilisitasnya
Polimorfisme
KEKURANGAN
1. Hanya obat yang diformulasi secara khusus yang dapat
diberikan intranasal
2. Aplikasi jumlah besar akan mengganggu fungsi normal hidung
(penciuman dan pelembaban udara) dan juga dapat
menyebabkan irreproducibility dari rejimen dosis akibat
drainase atau penghilangan dosis akibat bersin
3. Porositas tinggi dari epitel hidung masih belum cukup untuk
penyerapan semua senyawa terutama senyawa yang hidrofilik
dan molekul yang besar seperti protein
4. Mukosa hidung bersifat en'imatis aktif meskipun pada tingkat
lebih rendah dibandingkan dengan GIT
KARATERISTIK SEDIAAN OBAT INTRANASAL :
1. Formulasi
Osmolaritas
bentuk sediaan mempengaruhi penyerapan obat di
hidung. Sebagai contoh ialah natrium klorida yang mempengaruhi
penyerapan hidung.
pH
3. Viskositas
Viskositas yang lebih tinggi dari formulasi meningkatkan waktu
kontak antara obat dan mukosa hidung sehingga meningkatkan waktu
untuk permeasi. namun, formulasi yang sangat kental akan
mengganggu fungsi normal seperti pergerakan silia atau clearance
mukosiliar dan dengan demikian mengubah permeabilitas obat.
Sediaan Cair
Tetes hidung
Contoh : Otrivin
Semprot Hidung
Contoh : Iliadin
Contoh : Ayr
Sediaan Padat
Bubuk Hidung
Contoh : AllergEeze
PROSES PENGGUNAAN OBAT INTRANASAL
1. Ketika nafas dikeluarkan ke dalam alat,langit-langit lunak
secara otomatis menutup rongga hidung.
2. Nafas memasuki satu lubang hidung lewat mulut pipa yang
menyegel.
3. Memicu pengeluaran partikel de dalam aliran, memajukan
partikel melewati klep hidung untuk menuju tempat sasaran.
4. Aliran udara melewati communication posterior ke sekat hidung
dan keluar melalui bagian hidung yang lain di jurusan
berlawanan. Sehingga proses tersebut akan menghasilkan :
a. > 90% dosis obat didepositkan melalui katup nasal
b. > 70% dosis didepositkan di bawah posterior 2/3 rongga
nasal
c. Reproducibility tinggi dari pendepositan melalui katup nasal
d. Tidak ada endapan pada paru-paru
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI HIDUNG
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI DDS
INTRANASAL
1. Sifat fisiko kimia obat
a. Ukuran partikel
b. Keseimbangan lipofilik dan hidrofilik
c. Degradasi enzimatik dalam rongga hidung
2. Efek faktor pada hidung (sifat anatomi dan fisiologis dari rongga hidung)
a. Permeabilitas membrane
b. Lingkungan Ph
c. Pembersihan Mukosiliar
d. Rhinitis