Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

TETANUS NEONATORUM
Nadia Putri Yurianto 132010101025

Dokter Pembimbing
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskoro, Sp.A
dr. Saraswati Dewi, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, Sp.A

KSM/LAB ILMU KESEHATAN ANAK


RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2017
Definisi
2

Tetanus neonatorum adalah tetanus yang terjadi pada


neonatus (0-28 hari) dengan gejala klinis gangguan neurologis
akut yang ditandai dengan spasme dan kekakuan otot, yang
disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri
Clostridium tetani yang tanpa diikuti gangguan kesadaran
Epidemiologi
3

Pada tahun 1988, WHO memperkirakan bahwa sebanyak


787.000 dan pada tahun 2008 diperkirakan sekitar 59.000 bayi
baru lahir yang meninggal akibat tetanus neonatorum

Menurut Riskedas tahun 2007, kematian neonatus sebesar


78,5% pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari).

Jawa Timur menduduki peringkat kedua untuk jumlah penderita


tetanus neonatorum di Indonesia.
Etiologi
4

Bakteri
Clostridium tetani

Anaerob Spora

Eksotoksin

Tetanolisin Tetanospasmin
Patofisiologi
5

Bakteri Clostridium tetani

Anaerob
Spora

Tetanolisin Tetanospasmin

Sitolisin
Neurotoksin

Nekrosis jaringan

Menciptakan
suasana anaerob
Sinyal (potensial aksi)

Efektor

Neuron Neuron
eksitatorik inhibitorik

Neurotransmitter

Asetilkolin GABA

Tetanospasmin

Kontraksi otot Relaksasi otot


Faktor Resiko
- Perawatan antenatal care
pada ibu hamil
- kurangnya edukasi vaksin TT
- fasilitas dan tenaga medis yg
Faktor Medis memadai
-Penggunaan alat nonsteril
-Perawatan tali pusat yang
salah
Faktor Resiko

Faktor non
medis
Gejala Klinik
 Bayi malas minum
 Menangis terus
 Gangguan menghisap
 Trismus
 Carper mouth (mulut mecucu
seperti ikan)
 Dinding abdomen mengeras
 Disfagia
 Spasme otot bila dirangsang oleh
sensoris (cahaya,suhu,sentuhan
dann suara)
 Posisi tubuh fleksi kedua lengan
pada siku dan tertarik menuju
badan, kaki hiperfleksi
 Opistotonus
Diagnosis

 Anamnesis
 Gejala klinis
 Uji spatula: saat menyentuh orofaring
maka akan terjadi spasme otot
masseter dan bayi akan menggigit
spatula lidah
 Tidak terdapat pemeriksaan penunjang
yang khas
 Pemeriksaan biakan pada luka
 Leukosit tinggi
 kadar enzim otot (kreatin
kinase,aldolase) ↑ dalam darah
 EMG adanya pelepasan subunit motorik yg
terus menerus
Komplikasi

 Laringospasme  gangguan ventilasi  kematian


 Fraktur tulang belakang atau ektremitas  kontraksi
berlebihan
 Hiperaktivitas sistem saraf otonom  takikardi,
hipertensi henti jantung  kematian
 Infeksi sekunder  pneumonia aspirasisepsis
 Jika selamat  defisit neurologis  CP, gangguan
intelektual, gangguan perilaku
Penatalaksanaan
12

A: Bebaskan jalan nafas


B: Oksigenasi, bila perlu dipasang ventilator
C: pasang iv line dengan cairan rumatan
D: berikan obat antispasme
E: cegah hipotermi
1. Pasang iv line dengan cairan rumatan
2. Berikan diazepam 10 mg/kgBB/hari dalam 24 jam dengan
syringe pump atau bolus iv tiap 3-6 jam dengan dosis 0,1-0,2
mg/kgBB/kali max (40 mg/kgBB/hr)
Dengan ketentuan:
 Jika iv tidak terpasang, diazepam dapat masuk melalui rektum
atau OGT dengan dosis yang sama dengan iv
 Bila RR 20x/mnt dan tidak ada ventilator maka diazepam
dihentikan
 Bila apnea atau sianosis sentral berikan O2 kec aliran sedang,
bila belum bernafas diresusitasi, rujuk ke RS yang memiliki
NICU untuk dipasang ventilator
 Setelah 5-7 hari diazepam dikurangi secra bertahap 5-10 mg/hari
diberikan melalui orogastrik
 Dosis oral yang dapat diberikan dengan dosis 0,5 mg/kgBB/kali
diberikan setiap 4 jam dengan dosis maksimal 240 mg/hari.
 3. Berikan HTIg 500 U im atau ATS 5000 U im dengan skin
test terlebih dahulu. Penyuntikan skin test ATS dan HTIg
dengan cara mengambil cairan 0,1 cc secara intrakutan
ditunggu selama 15 menit, positif bila terdapat indurasi
sebesar 1 cm. Apabila skin test negatif maka sisanya dapat
dimasukkan secara im, namun jika positif maka penyuntikan
dengan metode Bedreska. Berikut cara penyuntikan
 0,05 cc ATS + 0,95 cc NaCl secara subkutan
 0,1 cc ATS + 0,9 cc NaCl secara subkutan
 0,2 cc ATS diberikan secara subkutan
 0,5 cc ATS diberikan secara intramuskular
 1 cc ATS diberikan secara intramuskular
 2 cc ATS diberikan secara intramuskular
 4 cc ATS diberikan secara intramuskular
 Diberikan terus 4 cc im hingga habis
 Interval pemberian 15-20 menit, dan dilakukan observasi vital
sign dan tanda-tanda alergi. Jika ada reaksi alergi hentikan
pemberian ATS dan diberi epinefrin 0,1 cc subkutan.
4. Antibiotik
-lini 1: metronidazole 30 mg/kgBB/hari diberikan
setiap 6 jam selama 7-10 hari (iv/orogastrik)
-lini 2: penicilin procain 100.000 U/kgBB/hari iv
diberikan selama 7-10 hari
Jika terdapat pneumonia atau sepsis maka berikan
antibiotik yang sesuai
5. Rawat luka jika ada infeksi lokal
6. Perawatan lanjut pada bayi
• Bayi dirawat diruangan tenang dan gelap
• Pemasangan OGT/NGT untuk pemberian ASI
diantara periode spasme (dengan jumlah setengah
kebutuhan perhari, dinaikkan bertahap hingga
kebutuhan penuh dalam 2 hari)
• Jika sudah tidak terjadi spasme dalam 2 hari,
minum baik dan tidak ada lagi masalah yang
memerlukan perawatan di RS bayi boleh pulang
Pencegahan
1. Proses persalinan steril dibantu oleh tenaga medis dan
peralatan medis yang mendukung
2. Perawatan tali pusat (dapat dibersihkan dengan alkohol
atau povidon iodine)
3. Perawatan luka dengan H2O2 untuk oksigenasi luka di
jaringan luka
4. Edukasi mengenai vaksinasi tetanus pada ibu hamil dan
sosialisasi persalinan yang steril
5. Vaksinasi pada ibu hamil TT lengkap (proteksi >90%)
6. Jika bayi lahir di dukun maka dapat diberikan profilaksis
berupa HTIg atau ATS kurang dari 24 jam post
terbentuknya luka.
7. Dosis yang diberikan sebagai pencegahan terhadap tetanus
neonatorum HTIg dengan dosis 3000 U im dan ATS dengan
dosis 250 U im. Sebelum memasukkan HTIg maupun ATS
perlu dilakukan skin test terlebih dahulu. Sediaan HTIg
berupa vial 20.000 U dan ATS vial 250 U.
Prognosis
18

Prognosis dipengaruhi oleh beberapa faktor:


1. Berat badan lahir (BBL)
2. Usia kehamilan: cukup bulan/kurang bulan
3. Periode onset (waktu dari gejala awal hingga muncul gejala
selanjutnya)
4. Status imunisasi ibu
5. Pemeriksaan kehamilan hingga penolong persalinan yg
memadai
6. Pemotongan tali pusat dan perawatan tali pusat
7. Penanganan komplikasi

Tingkat mortalitas pada tetanus neonatorum sedang 6% dan


berat 60%.
Skoring untuk menentukan prognosis dari tetanus
menurut Dakar Score
Skor 1 Skor 0
Masa Inkubasi < 7 hari ≥7 hari
Awitan penyakit < 48 jam ≥ 48 hari
Tempat masuk Tali pusat, uterus, fraktur terbuka, Selain itu
post op

Spasme + -
Suhu >38, 4 C ≤38,4
Takikardi pada neonatus >150x/mnt <150x/mnt

Interpretasi
Tingkat Skor Prognosis (%)
Ringan 0-1 <10
Sedang 2-3 10-20
Berat 4 20-40
Sangat berat 5-6 >50
20

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai