Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

Predicted impact of extending the screening


interval for diabetic retinopathy: the Scottish
Diabetic Retinopathy Screening programme
H. C. Looker, et. al (Springer, 2013)

Oleh :
Nadia Putri Yurianto
132011101025

Pembimbing :
dr Bagas Kumoro, Sp.M
SMF ILMU KESEHATAN MATA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2016
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pasien
diabetes yang mengikuti program DRS terbagi
menjadi beberapa subgrup dalam skrining retinopati
dengan jarak waktu interval 2 tahun.

Metode

Metode yang digunakan adalah kohort retrospektif


dengan data diperoleh dari program DRS sejak tahun
2005 dan 2011 pada usia ≥12 tahun dari pasien DM tipe
1 dan 2. Untuk menghitung probabilitas dengan
menggunakan model Markov tersembunyi.
Hasil

Populasi penelitian ini sebanyak 155.114 pasien


berdasar pemeriksaan DRS. Terdapat 11.275 kasus
dengan 9204 dengan makulopati, 2071 dengan latar
belakang retinopati proliferatif.

Kesimpulan
Transisi penyakit mata akibat diabetes terendah pada pasien
DM tipe 2 dan dua skrining yang berturutan tidak
menunjukkan retinopati dibandingkan DM tipe 1.
 Skrining retinopati proliferatif dilakukan
untuk menghambat penurunan penglihatan
 Skrining yang dilakukan oleh DRS (Scottish
Diabetic Retinopathy) bertujuan agar
pasien yang terdeteksi retinopati proliferatif
segera di terapi laser.
 Banyak pasien yang telah menderita
makulopati daripada retinopati dari data
DRS.
 Intervensi berupa laser dapat mencegah
progresivitas penurunan penglihatan.
 Metode yang digunakan adalah kohort retrospektif
 Data berasal dari SCI-DC sejak Mei 2008 dengan
usia pasien ≥ 12 tahun yang bergabung dalam
program DRS.
 Jumlah yang mengikuti DRS >80% dari populasi
 Pembagian subgrup menjadi 4 yaitu tidak ada
retinopati, retinopati ringan, observasi retinopati dan
observasi makulopati.
 Membandingkan jenis kelamin, lama menderita
diabetes, jenis diabetes dengan keempat subgrup
diatas.
 Uji statistik antar variabel dengan uji komparasi
regresi logistik dan regresi linier majemuk.
 Terdapat resiko peningkatan derajat
retinopati jika skrining dilakukan lebih lama
(>2 tahun) pada pasien DM tipe 1 dan 2.
 DM tipe 1 lebih banyak dibandingkan tipe 2
jika skrining dilakukan lebih lama.
 Pada DM tipe 1 laki-laki lebih beresiko
dibanding perempuan dalam peningkatan
derajat retinopati.
 Pada DM tipe 2 laki-laki dan perempuan
memiliki resiko yang sama besar.
 Pemeriksaan sebelum 10 tahun memiliki
efek yang lebih baik pada DM tipe 1
 Pada pasien DM tipe 1 memiliki resiko
peningkatan derajat retinopati lebih tinggi
dibandingkan pada DM tipe 2.
 Pada pasien dm tipe 2 baik laki-laki maupun
perempuan memiliki resiko yang sama
rendahnya untuk berkembang dari yang tidak
ada retinopati hingga menjadi retinopati.
 Hal ini dapat terjadi karena pada pemeriksaan
yang dilakukan kurang menggambarkan
keadaan pasien sesungguhnya, karena
perubahan yang terjadi di retina seperti oklusi
kapiler karena mikroaneurisma atau eksudasi
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
 Kelemahan dari penelitian ini adalah
tidak adanya data dengan jarak waktu
skrining lebih dari 2 tahun, status retinal
pasien sebelum skrining, dan adanya
keterbatasan data dari program DRS.
 Pada penelitian ini didapatkan jika jarak
waktu skrining retinopati diabetik pada
pasien DM tipe 2 lebih lama maka dapat
meningkatkan resiko.
 Terdapat hubungan antara jenis diabetes
dengan interval skrining retinopati.

Anda mungkin juga menyukai