virus dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan inti motorik batang otak (brain stem) yang menyebabkan kelumpuhan dan atrofi. Tersebar di seluruh dunia Manusia menjadi satu” nya reservoir Di negara 4 musim musim panas Di negara tropis tidak terpengaruh Di Indonesia terjadi KLB 2005-2006 di 10 provinsi Jawa dan Sumatera 2014 WHO menyatakan Indonesia bebas penyakit polio Disebabkan: poliovirus RNA virus Family Picornaviridae Genus Enterovirus Bersifat tahan asam tapi mati terhadap bahan panas, formalin, klorin dan sinar ultraviolet Tipe 1 Brunhilde epideminya luas dan ganas Tipe 2 Lansing menyebabkan kasus yang sporadis Tipe 3 Leon paling ringan Virus masuk melalui mulut/hidung berkembang biak di saluran pernapasan hingga ke traktus digestivus diserap dan disebarkan melalui pembuluh darah dan getah bening mengalir ke SSP RES akan berkembang biak dan membentuk antibodi spesifik Daerah yang terkena lesi medula spinalis terutama kornu anterior, batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital, serebelum terutama inti-inti vermis, otak tengah “midbrain” terutama gray matter substansi nigra dan kadang-kadang nukleus rubra Poliomielitis Asimtomatis - Setelah masa inkubasi 9-12 hari - tidak ada gejala sama sekali. - Diagnosis diketahui dengan menemukan virus di tinja atau meningginya titer antibodi. Poliomielitis Abortif - Timbul mendadak, jam-hari (1-3 hari) - Demam tidak > 39.5 derajat - Sakit tenggorokan, sakit kepala, mual, muntah, malaise, dan nyeri perut - Diagnosis pasti hanya dengan menemukan virus pada biakan jaringan. Poliomielitis non paralitik - Gejala = poliomielitis abortif - Demam naik lagi disertai nyeri kepala, mual muntah lebih berat. - kekakuan pada otot belakang leher, punggung dan tungkai - Khas hipertonia (lesi batang otak, ganglion spinal, kolumna posterior - Diagnosis: Kernig dan Brudzinsky yang positif, tanda Tripod Poliomielitis Paralitik - poliomeilitis non paralitik + kelemahan otot- otot skelet atau kranial dibedakan ada 3: 1. Spinal: paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thoraks dan terbanyak ekstremitas bawah 2. Bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi 3. Bulbospinal: tkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar. Kadang ensepalitik dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang. Klinis (musim, geografis, paparan, masa inkubasi, manifestasi) Pemeriksaan penunjang Isolasi virus (feses, tenggorokan, urin, LCS) Serologis Cairan serebrospinal (PMN 50-200, protein meningkat) radiologi Tergantung manifestasi klinis. Poliomielitis paralitik GBS BOTULISME HERPES ZOSTER KRANIALIS PARALITIK Poliomielitis non paralitik ASEPTIS MENINGITIS MENINGITIS BAKTERIIL DGN PENGOBATAN PARSIIL MENINGITIS SEROSA STADIUM DINI Tidak ada pengobatan spesifik poliomielitis Hanya bersifat simtomatis dan suportif Infeksi abortif - Istirahat beberapa hari setelah temperatur normal - Analgetik, sedatif - Selama 2 minggu berhenti beraktivitas - 2 bulan setelahnya melakukan pemeriksaan neuro-muskuloskeletal Infeksi non paralitik Sama dengan tipe abortif Pemberian analgetik 15-30 menit setiap 2-4 jam. Fisioterapi dilakukan 3-4 hari setelah demam hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang timbul tapi dapat mengurangi deformitas yang ada. Infeksi paralitik Harus dirawat di rumah sakit karena sewaktu- waktu dapat terjadi paralisis pernapasan, dan untuk ini harus diberikan pernapasan mekanis. Bila rasa sakit telah hilang dapat dilakukan fisioterapi pasif dengan menggerakkan kaki/tangan. Prognosis tergantung kepada jenis polio (abortif, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek pada bentuk bulbar, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas TERIMA KASIH