Anda di halaman 1dari 35

ANATOMI THORAX

Dinding Thorax

Appertura thoracis superior dibatasi oleh manubrium sterni, costae 1, vert. thorax 1

Appertura thoracis inferior dibatasi oleh processus xyphoideus, arcus costarum, costae
12, vert.thorax 12

Skeleton Thorax
a) Sternum
Setinggi vertebra thorakalis 2-3 s.d. 12
Terdiri atas:
Manubrium:
-

Mirip perisai.

sendi sternoklavikularis.
-

Bersendi dengan kosta pertama dan dengan faset


superior kartilago kosta ke 2 pada angulus
sternum.

Korpus:
-

Terdiri dari empat segmen yang menyatu

Peka terhadap nosiseptif


-

Bersendi dengan faset inferior kosta ke-2 pada angulus sternum dan dengan kartilago
kosta ke 3-6 maupun dengan prosesus sifoideus.

Prosesus sifoideus:
-

Bisa runcing atau bifida

Teraba di infrasternal epigastrium

Merupakan tulang rawan dan menjadi tulang saat dewasa


-

Bersendi dengan sternum : sinkondrosis sifisternal dan bisaanya menyatu pada usia
lanjut.

b) Costae
Jumlah 12 pasang
Costae Verae

: Costae I-VII

Costae Arcuariae

: Costae VIII-X

Costae Fluctuantes : Costae XI dan XII

Costae I
Tabel perbedaan costae

Costae XII

Costae III-X

Costae I
Pendek

Tidak ada angulus Ciri lain sama dengan

capitulum,

dan sulcus costae

tuberculum

Costa II
Panjang 2x costae I

Costa III-X
Extremitas
dorsal:

costae III-X

sulcus

dan vena subclavia

Sulcus costae XI
dangkal, costae XII

cartilago costae

tidak punya

tebal dan besar

Extremitas ventralis
tajam

c) Vertebra thoracalis

Corpus
-

Bersendi pada vertebra diskus


intervertebral, amfiartrosis.

Lingkar anulus fibrosus, gelatin nukleus


pulposus.

Memiliki faset untuk persendian diartrosis


dengan kaput kosta yang letak tepat
disebelah superior dan inferiornya.

Arkus neural membentuk kanalis neuralis


yang berisi medula spinalis.

Arkus neural tersusun dari pedikel dan


lamina.

Sepasang pedikel dan memiliki faset


untuk sendi diartrosis antar vertebra

Foramen intervertebral meneruskan saraf


spinalis.

Arcus : radix, lamina

Processus Spinosus

Processus Tranversus (tidak ada foramen


tranversarium)

Processus Articularis Superior et Inferior

Fovea Costalis

Foramen Vertebralis

Vertebra thorakalis I punya 1 fovea costalis


superior dan fovea costalis inferior

dan

angulus costae

Extremitas ventral:

Ekstremitas ventral

Tidak ada collum,


tuberculum,

Corpus : angulus,

Ada tuberculum
scaleni, sulcus arteri

collum,

Costae XI-XII
Capitulum kecil

Vertebra thorakalis II-IX punya fovea costalis


superior dan fovea costalis inferior

Vertebra thorakalis X hanya punya 1 fovea


costalis superior

Vertebra thorakalis XI-XII hanya punya 1


fovea costalis

Glandula mamae
Struktur
Puting susu pada pria ICS 4
Puting susu wanita (lokasi beragam)
Organ thorax bagian dalam tidak teraba secara langsung

Payudara: elevasi jaringan glandular dan adipose. diatas otot pektoralis mayor melekat
melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara ~ jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat, bukan jumlah glandular aktual.
Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, @ lobus duktus laktiferus
sinus lakteferus (ampula).
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh lig. suspensorium cooper
(berkas jaringan ikat fibrosa).
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian bercabang
menjadi duktus2 kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm
untuk membentuk aerola.
Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
A. mammaria interna, cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan: cabang arteri
aksilari toraks.
Vena dalam dan vena superfisial yang menuju vena kava superior.
Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah
melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir
melalui nodus limfe aksilar (Sloane, 2004).
4. Musculi
Otot

Origo

Insersi

Aksi

Persarafan

Inspirasi
Interksotalis eksternus

Bagian

Interkondral

otot interkostalis interna

Pinggir inferior

Pinggir superior

iga 1-11

iga 2-12

Pinggir inferior

Pinggir superior

kartilagi

kartilago

kosta

1-9
Diafragma

Mengangkat iga

N. T1-T11

Mengangkat iga

N.T1-T9

kosta

2-10

Arkus kostarim

Sentrum Menurunkan

N. Frenikus

tendineum

difragma

Sepertiga

Bagian

Mengangkat iga

N.

bagian

humerus

1-6

medial

Pektoralis Mayor
Kaput Sternum

proksimal
klavikula,

korpus

pektoral

sternum

dan

kartilago kosta
1-6
Pektoralis Minor

Sternokleidomastoideus

Iga 2-5

Prosesus

Mengangkat iga

N.

pektoral

korakoideus

2-5

medial

Prosesus

Manubrium dan

Mengangkat

Bagian spinal N.

mastoid

bagian proximal

sternum

asesorius

Menurunkan iga

N. T1-T11

Menurunkan iga

N T3-T7

klavikula
Ekspirasi
Interkostalis internus

Pinggir
superior iga 2-

Pinggir inferior
iga 1-11

12
Tranversus toracis

Bagian

bawah

sternum

Iga 2-6

dan

2-6

prosesus
sifoideus
Rektus abdominis

Arkus pubis

Kartilago 5-8

Meregangkan

N T5-L2

dan mengangkat
diafragma

Diafragma

Pemisah rongga thorax dengan abdomen.

Berdasarkan perkembangan embriologiknya dibagi menjadi:

Bagian kostal: berpangkal dari kosta pembentuk arkus kostarum sampai ke sternum

Bagian sternal: berpangkal dari prossesus xyphoideus dan bagian bawah sternum

Krus bagian lumbal: berpangkal dari korpus vertebra L1 L3

Sentrum tendineum dibentuk oleh serabut otot diafragma, melengkung ke atas dan konvergen.
Hiatus aortikus dibentuk oleh krus kiri dan krus kanan. Berisi berisi aorta, V. azigos, dan
duktus torasikus
Hiatus oesofagus: berisi oesofagus dan N.vagus kanan dan kiri. Juga merupakan tempat
herniasi lambung

Foramen vena kava: berisi vena kava inferior dan cabang n.frenikus kanan
Arkus lumbokostal medial (ligamentum arkuatum medial) : lengkung diafragma mulai dari
korpus vertebra menuju pros.tranversus L1. Lengkung ini menjembatani origo M.psoas
mayor dan trunkus simpatikus

Arkus lumbokostal lateral (ligamentum arkuatum lateral) : lengkung diafragma mulai dari
pros tranversus L1, menuju kosta ke 12. Lengkung ini menjebatani M.kuadratus lumborum
HISTOLOGI
Penjelasan secara umum:
Terdapat 6 macam epitel respirasi antara lain:
1.

sel-sel epitel yang meliputi beberapa bentuk antara lain: epitel silindris berlapis semu dan
bersilia, epitel kubus dan bersilia, epitel kubus, dan epitel gepeng

A.

2.

sel goblet

3.

sel brush dengan banyak mikrovili (reseptor sensoris)

4.

sel basal (merupakan sel-sel generatif)

5.

sel granula

6.

sel serosa dan mukosa pada kelenjar mukus dan seromukus

Komponen Sistem Pernapasan


Berdasarkan strukturnya, saluran napas dibagi menjadi dua bagian :

Bagian konduksi: bagian yang berfungsi untuk membersihkan,


melembapkan, dan menghangatkan udara inspirasi sebelum memasuki
paru, terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, dan bronki.

Bagian respiratorik:

tempat

berlangsungnya

pertukaran

terdiri atas bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli.


1. Hidung
a. Nares anterior (nostril)
-

Struktur kaku, terdiri atas tulang dan tulang rawan hyalin

Dinding nostril terdiri atas:

Kulit: kelenjar Lemak dan rambut halus.

Jaringan ikat fibrous

Tulang rawan
- Otot bergaris (kembang kempis cuping hidung)
b. Nares posterior (choane) berhubungan dengan nasopharynx
c. Vestibulum nasi (regiovestibularis)

Epitel berlapis pipih bertanduk

gas,

Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5
cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih bertanduk yang
mengalami keratinisasi,

terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae

untuk menyaring udara yang masuk dan terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea)
dan kelenjar keringat
Bagian respiratorik
Bagian respiratorik dibagi menjadi lima, antara lain:
a) Mukosa respiratorik
Pada mukosa respiratorik, terdapat epitel berderet silindris dengan kinosilia. Kinosilia
Epitel
berfungsi untuk menghalau kotoran yang akan masuk dengan selalu bergerak ke arah
berderet
nasopharynx. Selain itu, terdapat sel goblet untuk menghasilkan silindariis
lendir yang selalu
dengan
membahasi mukosa rongga hidung.Pada lamina propia terdapat jaringan
ikat kendor yang
berisi sinus venosus, sabut elastis, makrofag, limfosit, sel plasma, tissue eosinophyl dan
PMN. Terdiri atas tiga sel yaitu:
1. Sel penyangga
-

Bentuk silindris tinggi, lebar di bagian puncak, sempit di bagian dasar.

Inti ovoid, terletak di tengah.

Memiliki mikrovili.

Mengandung butir-butir pigmen lipofuksin yang memberikan warna coklat kekuningan.

2. Sel pembau
-

Tersebar di antara sel-sel penyangga.

Inti bulat, letak lebih ke basaldaripada inti sel penyangga.

Tonjolan sitoplasma mengarah ke permukaan, berbentuk ramping yang merupakan


dendrit, ujungnya membulat disebut sebagai vesikula olfaktoria.

Dari masing-masing vesikula olfaktoria keluar 6-10 helai rambut halus yang
disebut silia olfactoria yang menerima rangsang bau.

Bagian proksimal sel menyempit sebagai akson yang menembus lamina propria.

Akson menyatu menjadi suatu berkas fila olfaktoria yang berjalan ke atas
menembus area cribrosa ossa ethmoidalis masuk ke bulbus olfaktorius otak.

3. Sel basal

Sel kecil-kecil, bentuk kerucut.

Inti ovoid dan gelap.

Letak di bagian basal, di antara sel-sel penyangga.


2)

fossae nasi.

Figure 1Layers dan komponen-komponen suatu jalur respiratori "khas".


b) Mukosa olfactoria
Mukosa olfactoria terdapat pada seluruh atap rongga hidung, concha nasalis superior
bagian atas, dan septum bagian atas dengan epitel berderet silindariis tebal yang terdiri dari
sel pembau, sel penyangga, dan sel basal.Tidak ada sel goblet, lamina
basalis tidak jelas,
E
O fila olfaktoria. Lebih jelasnya lagi:
terdapat
C
1) Komposisi
paries.
a)

Keterangan :
S : Silia
tersusun atas:
E : Epithelium
(1) sel-sel olfactori (neurons).
SC : Sustentacular cells
(2) sel-sel penyokong merentangkan epitheliumOCdan
: Olfactory
menyokong
cells sel-sel
BC : Basal cells
olfaktori.

LV
Epithelium tinggi, tebal, pseudostratified columnar
dengan cilia nonmotile

(3)
b)

sel-sel basal terletak di basal lamina.

Ketiadaan layer mucosa terdalam sehingga lamina propria bercampur dengan


submucosa.

d. Septum nasi
Septum nasi merupakan kerangka jaringan tulang rawan hialin dan jaringan tulang yang
kedua sisinya yang dilapisi oleh mukosa olfactoria atau respiratoria. Septum nasi. Kedua
sisi dilapisi mukosa olfactoria atau respiratoria.

e. Concha nasalis
Concha nasalis merupakan tiga penonjolan tulang yang melengkung pada dinding
lateral cavum nasi dan dilapisi oleh mukosa. Kerangka terdiri dari tulang turbinate bone,
permukaannya dilapisi mukosa respiratoria atau olfactoria, mempunyai sinus venosus
banyak dan lebar yang disebut plexus venosus.

Concha nasalis dibagi menjadi tiga, yaitu:


a) Concha Superior:

Dilapisi epitel olfaktorius, merupakan epitel berderet silindariis tebal, terdiri dari
tiga sel, yaitu sel pembau, sel penyangga, dan sel basal

Sel bipolar / sel pembau pada ujung bebas yang dendariitnya berkontak langsung
dengan lingkungan (pada ujung terdapat rambut untuk reseptor bau)

Sel penyokong, merupakan sel terbanyak di epitel olfaktorius bercirikan adanya


brush border pada ujung bebasnya.

Sel basal,merupakan sel induk dari sel penyokong.

Tidak terdapat sel goblet

Selain itu memiliki kelenjar bowman yang menghasilkan serous untuk


membersihkan silia yang memudahkan akses zat pembau yang baru.

b) Concha Media dan Inferior :

Epitel respirasinya merupakan epitel berderet silindariis berkinosilia.

Terdapat sel goblet sebagai penghasil mukus dan terdapat saluran kelenjar
seromukus.

Terdapat badan pengembang yang akan mengembang bergantian pada fosa nasal
kanan dan kiri. Hal ini berfungsi untuk memberi kesempatan pada mucosa yang
akan mengering sehingga akan mensekret mucus untuk membasahi mukosa. Pada
keadaan patologi baik karena infeksi atau peradangan akan terjadi pengembangan
pada kedua konka kanan dan kiri hingga menyebabkan hidung buntu.

f.

Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan rongga berisi udara dalam tulang disekitar rongga hidung dan
mempunyai hubungan dengan rongga hidung. Sinus paranasalis ini terdiri dari:

Sinus frontalis

Sinus maksilaris

Sinus ethmoidalis

Sinus sphenoidalis

2. Faring
a

Nasofaring
-

Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle, diliputi oleh epitel respirasi
yaitu bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet.

Di bawah membrana basalis terdapat lamina propria yang mengandung kelenjar campur
dan kaya jar ikat elastis yang bercampur lapisan otot di bawah nya.

b. Orofaring
-

Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah

Diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

c. Laringofaring
-

Terletak di belakang laring

Diliputi epitel yang bervariasi , sebagian besar oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.

Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx. Jaringan ikat adalah fibroelastik
yang dikelilingi oleh otot lurik.
3. Laring
a. Lapisan mukosa = nasofaring
b. Tulang rawan meliputi tulang rawan tiroid, krikoid dan arytenoids (merupakan tulang rawan
hialin)
Dinding lateral
- Ventrikular fold (lipatan atas) = pita suara palsu
- Vokal fold (lipatan bawah ) = pita suara asli / plica vokalis
- Epiglottis
Lipatan dinding anterior atas laring
Bentuk lebar, pipih, tlg rawan elastis
Fungsi menutup saluran laring waktu menelan
-

Otot intrinsik menentukan

posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara,

ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan struktur lain dari leher.


-

Permukaan:
Pharyngeal/oral epitel berlapis pipih tebal.
Laryngeal epitel berlapis pipih tipis.

otot

Epitel laring
-

Squamous kompleks, menghadap ke lidah

Kolumner Pseudokompleks bersilia menghadap ke laring

Lamina propria dengan jaringan ikat padat yang tipis


4. Trakea dan Bronkus Besar
- Tunika mukosa
- Tunika submukosa
- Tunika tulang rawan

- Tunika adventitia
Epitel pseudokompleks columnar dengan silia dan sel Goblet/respiratory epithelium
Cartilago hialin
- Berbentuk huruf C dengan celah di posterior
- Tersusun teratur
Sel epitel columnar pseudokompleks dari trakea dan bronkhus ini dapat mengalami
metaplasia menjadi epitel squamous compleks, karena mengalami rangsangan /gesekan ,
ex. Batuk kronis.
5. Percabangan Bronkus
Keterangan :
1

Lumen

Pseudostratified ciliated epithelium

Mixed glands in the submucosa

Hyaline cartilage

Alveoli
Bronkhus besar (cabang trakea) memasuki paru paru di hilus dan mempercabangkan bronkhus
sekunder, masing masing menuju ke lobus paru paru , sehingga untuk:
Paru kanan : 3 bronkhus sekunder
Paru kiri: 2 bronkhus sekunder

1=pulmonary alveoli

2=duct of bronchial

3=adventitia and

gland
4=hyaline cartilage

submucosa
5=serous acini
7=pulmonary artery
9=bronchial capillaries
11=broncial venule
13=lamina propria
15=pulmonary artery

6=smooth muscle
8=serous acini
10=mucous acini
12=bronchial epithelium
14=adventitia
16=bronchial artery

Bronkhiolus Terminalis
Epitel kolumner atau cuboidal bersilia
Diantara deretan sel terdapat sel Clara , yang tidak mempunyai silia

dan diduga

mempunyai fungsi sekresi zat surfaktan


Sel goblet dan kelenjar tidak ada
Jaringan elastis bercampur dengan jaringan otot polos yang terdapat dalam jumlah besar.
7

Bronkiolus respiratorius
Setiap bronkhiolus terminalis bercabang menjadi 2 atau lebih bronkhiolus respiratorius.
Pada bagian distal bronkhiolus respiratorius:
-

Silia menghilang
Ciri khas bronkhiolus respiratori yaitu di antara alveoli terdapat epitel selapis kubis

Duktus Alveolaris
Serat elastis , retikuler dan kolagen halus juga mengisi dinding duktus.
Epitel selapis pipih
Terdapat sabut otot polos
Terdapat muara alveoli

Saccus alveolaris
Merupakan kantong yang di bentuk oleh dua alveoli atau lebih
Dinding terdiri atas

10

Alveoli alveoli yang berdinding sangat tipis

Tidak dilapisi epitel kecuali alveoli-alveoli.


-

Ruangan multilokuler, berbentuk seperti bunga.

Tidak terdapat otot polos

Alveoli

P1= pneumocyte type I


C=capillaries
M=dust cells

P2= pneumocyte type II


E= endothelial cells

Ruang berbentuk hexagonal dengan lubang besar untuk keluar masuk udara
Terdapat sabut elastis, retikuler dan septum interalveolare
Blood air barrier: struktur yang dilalui gas pada proses pertukaran gas antara ruang alveolus
dan darah dalam kapiler yang terdiri dari:

Epitel selapis pipih dari alveoli

Interstitial space

Endotel kapiler

Surfactant: bahan detergent (phosphatidyl choline) yang dapat menurunkan tegangan


permukaan.
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
1

Definisi Ventilasi
Ventilasi merupakan proses pergerakan udara ke dan dari dalam paru. Proses ini berfungsi
untuk menyediakan/menyalurkan oksigen dari udara luar yang dibutuhkan sel untuk metabolisme
dan membuang karbondioksida hasil sisa metabolisme sel ke luar tubuh. Proses terdiri atas dua
tahap, yaitu inspirasi, pergerakan udara dari luar ke dalam paru dan ekspirasi, pergerakan udara
dari dalam ke luar paru. Namun secara volume pernapasan, ventilasi dibagi dua menjadi ventilasi
per menit dan ventilasi alveolar.
1. Minute Ventilasi (MV), udara yang keluar masuk paru dalam 1 menit. Minute ventilasi dapat
dihitung dengan rumus:
MV = Vol. Tidal (VT) x Respiratory rate (RR)
Volume tidal = volume sekali hembusan napas = 500 ml
RR = respiration rate = frekuensi pernapasan dalam 1 menit = 12-18x/menit
2. Alveolar ventilasi (AV)
AV = (VT dead space) x RR
Dead space = ruang mati= volume udara yang tidak mengalami pertukaran gas (150 ml per
hembusan napas).

2. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Proses Ventilasi


a

Saluran Pernapasan
Secara

fungsional

saluran

pernapasan

dibagi

menjadi

dua

bagian,

yaitu:

Zona Konduksi : terdiri atas hidung, faring, trakea, bronkus serta bronkiolus terminalis. Zona
ini mempunyai fungsi untuk menyediakan sarana mengalirnya udara ke dan dari paru dan
mempersiapkan udara yang masuk (pembersihan, pelembaban, penghangatan).

Elastisitas Sistem Pernapasan


Proses respirasi sangat diengaruhi oleh adanya pengembangan dan pengempisan paru dan
rongga dada. Proses inspirasi dapat berlangsung apabila paru dan rongga dada mengembang
dan begitu sebaliknya untuk proses ekspirasi. Kemampuan untuk mengembang dari jaringan
paru dan dinding rongga dada disebut compliance.Sedangkan kemampuang untuk mengecil
jaringan paru dan dinding rongga dada disebut elastisitas.
Elastisitas pada sistem respirasi dibagi menjadi dua macaam, yaitu: elastisitas paru dan
elatisitas toraks. Selama fase inspirasi diperlukan daya elastisitas yang aktif, sedangkan pada
fase ekspirasi diperlukan daya elastisitas yang pasif.

Otot-Otot Pernapasan
Inspirasi adalah proses aktif sehingga baik inspirasi bisaa maupun inspirasi dalam selalu
memerlukan aktifitas dari otot-otot inspirasi. Otot inspirasi utama yaitu diafragma. Otot-otot
insirasi lainnya adalah m. intercostalis externus, m. levator costae, m. serratus posterior
superior,

m.

intercartilagineus

(otot

reguler/ekstrinsik)

dan

m.

scaleni,

m.

sternocleidomastoideus, m. serratus anterior, m. pectoralis mayor et minor, m. latissimus dorsi


(otot auxiliar). Otot auxiliar merupakan otot yang terutama membantu proses insirasi atau
ekspirasi dalam. Proses ekspirasi bisaa merupakan proses yang pasif dan terjadi karena daya
elastis dari jaringan paru (recoil) dan tidak memerlukan aktifitas otot-otot ekspirasi. Otot-otot
ekspirasi diperlukan pada proses ekspirasi dalam. Otot ekspirasi terdiri atas otot
reguler/intrinsik (m. intercostalis internus, m. subcostalis, m. transversus thoracis, m. serratus
posterior inferior) dan otot auxiliar (m. obliquus internus et eksternus abdominis, m. transversus
abdominis, m. rectus abdominis).
3. Mekanisme Ventilasi
a. Inspirasi
Pada prinsipnya, pertukaran/pengaliran gas terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan pada dua
tempat atau lebih yang mana gas/udara tersebut akan mengalir dari tempat dengan tekanan
tinggi ke tempat dengan tekanan rendah. Inspirasi terjadi apabila terjadi perbedaan tekanan
antara alveoli dan udara luar, dimana tekanan intraalveoli lebih rendah dari tekanan udara luar
(atmosfer).Pada inspirasi bisaa tekanan ini berkisar antara -1 sampai -3 mmHg.Pada inspirasi
mendalam tekanan intraalveoli dapat mencapai -30 mmHg.Penurunan tekana intrapulmonal
(intraalveoli) pada waktu inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks akibat
kontraksi otot-otot inspirasi.Pada waktu inspirasi costa tertarik ke caudal, diafragma
berkontraksi menyebabkan diafragma turun ke bawah dan menyebabkan rongga dada
membesar/mengembang.
b

Ekspirasi

Ekspirasi berlangsung bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi daripada tekanan udara luar
sehingga udara bergerak ke luar paru. Peningkatan tekanan di dalam rongga paru terjadi bila
volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya elastis
jaringan paru dan relaksasi diafragma dan otot-otot inspirasi. Pada proses ekspirasi bisaa
tekanan intrapulmonal berkisar antara +1 sampai +3 mmHg. Tekanan Intrapleura. Tekanan
intrapleura adalah tekanan di dalam rongga pleura (cavum pleura).Dalam keadaan normal ruang
ini hampa udara dan mempunyai tekanan negatif (lebih rendah) kurang lebih -4 mmHg
dibandingkan dengan tekanan intraalveoli.
4. Volume Dan Kapasitas Paru
Volume dan kapasitas pernapasan merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan.Dengan
mengetahui besarnya volume dan kapasitas pernapasan dapat diketahui besarnya kapasitas
ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi ventilasi pada seseorang. Volume pernapasan terdiri
atas:
1. Volume Tidal (VT)
VT adalah volume inspirasi/ekspirasi pada satu kali hembusan napas pada pernapasan
bisaa/normal. VT dalam keadaan normal rata-rata 500 ml.
2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI)
VCI adalah volume udara yang masih dapat dihisap ke dalam paru setelah inspirasi bisaa. Nilai
normal antara 2500-3500 ml dengan nilai rata-rata 3000 ml.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)
VCE adalah volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru setelah ekspirasi bisaa. Nilai
normal antara 900-1.300 ml dengan nilai rata-rata 1.000 ml.
4. Volume Residual (VR)
VR adalah volume udara yang masih tertinggal/tetao di dalam paru sesudah ekspirasi
maksimal. Nilai normal antara 1.000-1.400 ml dengan nilai rata-rata 1.200 ml.
5. Volume Ekspirasi Paksa (Forced Expiratory Volume, FEV)
FEV adalah volume udara yang dapat diekspirasi keluar paru dengan hembusan napas yang
kuat, cepat dan tuntas setelah melakukan inspirasi sedalam-dalamnya.FEV1 adalah volume
ekspirasi paksa selama 1 detik. Bisaanya nilai FEV1 adalah sekitar 80%, artinya, dalam
keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum
dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama.
Kapasitas Pernapasan merupakan penjumlahan dari dua volume atau lebih. Kapastias pernapasan
terdiri atas:
1. Kapasitas inspirasi
Kapasitas inspirasi = volume tidal (VT) + Volume cadangan inspirasi (VCI)
2. Kapasitas Residu Fungsional (KRF)
KRF = Volume residual (VR) + Volume cadangan inspirasi (VCI)

3. Kapasitas Vital (VC)


VC adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah
inspirasi maksimum. VC = VT + VCI + VCE.
4. Kapasitas Paru Total (KPT)
KPT adalah volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru. Nilai rata-ratanya 5.700
ml.
KPT = VT + VCI + VCE + VR
5. Gangguan Ventilasi Pernapasan
1. Hipoventilasi
Keadaan ini terjadi apabila CO2 yang dikeluarkan oleh paru lebih kecil dari CO 2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO 2 dalam darah (hiperkapnia).
Hiperkapnia menyebabkan peningkatan produksi asam karbonat dan menyebabkan peningkatan
pembentukan H+ yang akan menimbulkan keadaan asam yang disebut asidosis respiratorik.
2

Hiperventilasi
Keadaan ini terjadi apabila CO 2 yang dikeluarkan oleh paru lebih besar dari CO 2 yang
dihasilkan oleh jaringan sehingga akan terjadi penurunan kadar CO 2 dalam darah.
Hiperventilasi dapat dipicu oleh keadaan cemas, demam dan keracunan aspirin.Hiperventilasi
menyebabkan hipokapnia (PCO2 arteri di bawah normal karena PCO 2 dipengaruhi oleh jumlah
CO2 yang larut dalam darah). Pada hipokapnia jumlah H + yang dihasilkan melalu pembentukan
asam karbonat berkurang.Keadaan ini sering disebut dengan alkalosis respiratorik.

MIKROBIOLOGI
1. Pengertian Flora Normal

Flora normal atau mikrobiota adalah kumpulan organisme yang umum ditemukan secara
alamiah pada orang sehat dan hidup rukun berdampingan dalam hubungan yang seimbang
dengan host-nya.Flora dalam tubuh manusia dapat menetap atau transient. Mikroba normal yang
menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila
ia berada dilokasi yang semestinya dan tanpa adanya keadaan yang abnormal. Mereka dapat
menyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu berada di tempat yang tak semestinya atau
bila ada faktor predisposisi.
2. Fungsi Flora Normal
Flora normal mampu mencegah kolonisasi bakteri patogen potensial, dengan melepaskan
faktor antibakteri

(bacteriocins, colicins) dan produk-produk limbah metabolik bersama

dengan berkurangnya oksigen yang tersedia serta mencegah pembentukan spesies lainnya.
Misalnya, bakteri lactobacilli menjaga supaya lingkungan mereka tetap

asam sehingga dapat

menekan pertumbuhan organisme lain.


Bakteri usus juga melepaskan faktor-faktor metabolik, memproduksi vitamin B dan K .
Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk
perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
3. Flora Normal Sistem Respirasi
Flora normal pada saluran pernapasan pada umumnya banyak ditemukan di saluran
pernapasan atas, sedangkan pada bagian bawah hamper (lebih dalam mulai dari trachea sampai
alveolus) cenderung steril dari flora normal. Jika ditemukan flora normal pada bagian saluran
napas bawah bagian bawah, berarti kekebalan dari individu itu menurun dan menunjukkan
adanya suatu patologis dalam individu itu. Flora normal di sistem respiratorius berupa:

Staphylococcus

Corynebacterium

Moraxella

Haemophilus

Bacteriodes

Streptococcus

a. Flora Nasal
-

Haemophilus aprophilus

Corynebacterium

Corynebacterium diphtheriae

Genus

: Corynebacterium

Morfologi

: Batang Gram positif

Sifat

: Aerobik dan fakultatif anaerob


Tumbuh baik pada medium yang mengandung darah atau serum

3 biotipe

Gejala :

: gravis, intermedius, mitis

Sore throat
Demam
Fatique
Malaise
Pseudomembrane di tonsil dan tenggorok atau di hidung
Paralisis
Gagal jantung dan ginjal

Epidemiologi

Inhalasi droplet infeksius


Kontak langsung dengan pasien atau carrier
Kontak tidak langsung dengan barang-barang terkontaminasi

Patogenesis :
Infeksi saluran napas atas
Pelepasan eksotoksin dan diabsorbsi oleh aliran darah
Toksin membunuh sel dengan mempengaruhi sintesis protein
Efek terjadi pada sel yang mempunyai reseptor terhadap toksin terutama
jantung, ginjal, dan jaringan saraf

Prevensi dan Terapi :


Imunisasi toksoid difteria anak 6 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 46 tahun
Booster setiap 10 tahun
Terapi : antitoksin; erythromycin untuk mencegah transmisi

Pewarnaan Neisser

Medium perbenihan : Loefflers medium / Pai medium

Imunisasi

: granula metakhromatik
: DPT

b. Staphylococcus

Gram positif

Bulat, bergerombol seperti anggur

Tidak menghasilkan spora

Tidak memiliki kapsul

Aerob

Ada tiga jenis Staphylococcus yaitu :

Staphylococcus aureus
Merupakan flora normal yang banyak ditemukan di kulit dan rongga hidung.Bakteri
Staphylococus Aureus ini menghasilkan enterotoxin. Staphylococus Aureus dapat
masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang banyak mengandung
protein seperti, susu, telur, daging, dan ikan. Staphylococus Aureus masih mungkin
masuk melalui makanan karena saat makanan diolah, bakteri lain yang seharusnya
bisa menghambat pertumbuhannya menjadi mati, dan staphylococus ini dapat tumbuh
dengan baik hingga masuk ke dalam saluran pencernaan. Enterotoxin yang dihasilkan
oleh staphylococus ini dapat merusak dinding usus halus, dengan gejala muntah,
diare, mual, sakit, perut, tapi tanpa diikuti demam.

Staphylococcus epidermidis
Merupakan parasit oportunistik yang terdapat di membran mukosa hidung manusia.
Dapat memberikan efek patogen pada pasien yang memiliki sistem imun lemah
seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna narkoba, bayi baru lahir, dan pasien
yang lama dirawat di rumah sakit. Beberapa contoh penyakit yang dapat ditimbulkan;
septicaemia.Septicaemia merupakan keadaan dimana banyak bakteri patogen masuk
ke pembuluh darah (memungkinkan juga staphylococcus epidermidis masuk ke
dalamnya).Contohnya pada bayi baru lahir mengalami Endocarditis.Endocarditis
merupakan infeksi pada otot bagian dalam jantung.Streptococus epidermidis dapat
mencapai jantung dengan perantara alat bantuan intravaskuler, seperti katup jantung
buatan.

Staphylococcus sapropiticus

Manifestasi klinik:

Folikulitis

Furunkel

Karbunkel

Broncopneumonia

Osteomyelitis

Endocarditis

Food poisoning

Meningitis

Toksin yang dihasilkan Staphylococcus

Dermonecrotic

Hemolysin

Exfoliative toksin

Enterotoksin

c. Streptococcus

Bulat

Gram positif

Anaerob (kecuali peptostreptococcus yang obligat anaerob)

Tidak menghasilkan spora

Memiliki kapsul

Nonmotil

Klasifikasi Streptococcus:
Berdasarkan sifat hemolisis :

Streptococcus hemoliticus (hemolisis parsial)

Streptococcus hemoliticus (hemolisis total)

Streptococcus nonhemoliticus (tidak menyebabkan hemolisis)

Jenis-jenis streptococcus:
-

Streptococcus pyogenes

Streptococcus viridians

Streptococcus pneumonia

Streptococcus agalactiae

Streptococcus enterococcus faecalis

Peptostreptococcus

Berikut ini adalah beberapa jenis Streptococcus yang terdapat pada saluran pernapasan:
Nama
S. pyogenes
S. anginosus

Hemolisis
Beta
Alfa, beta, tidak

Habitat
Tenggorokan
Tenggorokan

Penyakit yang timbul


Faringitis
Faringitis

S. viridians
S. pneumoniae

terjadi
Alfa, tidak terjadi
Alfa

Tenggorokan
Tenggorokan

Abses (dengan bakteri lain)


Pneumonia

Manifestasi klinik:
-

Pyoderma

Impetigo

Faringitis

Pneumonia

Streptococcus pyogenes

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Morfologi : Kokus Gram positif, rantai

Sifat : hemolisa

Penyebab : sore throat, pharyngitis

Post Streptococcal diseases : Rheumatic fever, acute glomerulo nephritis ASO


titer

Streptococcus pneumoniae

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Morfologi : Diplokokus Gram positif, lancet, berkapsul

Sifat :

hemolisa

Uji kepekaan Optochin : zona hambat (+)


Fermentasi Inulin : (+)

b.

Bile solubility : (+)

Reaksi Quellung : (+)

Flora Membrane Mukosa


a Streptococcus Viridans
Berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang-orang yang hadir saat persalinan.
b Staphylococcus Aerob dan Anaerob
Ada saat awal kehidupan
c Diplococcus gram negatif (Neisserria dan Moraxella catarhallis)
Ada saat awal kehidupan. Moraxella catarhallis dapat menyebabkan pneumonia,
sinusitis, dan otitis media.
d Difteroid
Ada saat awal kehidupan
e Lactobacillus
Ada saat awal kehidupan

Flora Faring

Neisseria
Di dalam faring, neisseria dominan ada.
Terdiri atas :

Neisseria sicca

Neisseria subflova

Neisseria cinera

Neisseria mucosa

Neisseria flavescens

Streptococcus hemoliticus dan nonhemoliticus


Di dalam laring, bakteri tersebut dominan ada.

Staphylococcus

Flora normal sistem respirasi patogen


1

Mycobacterium Tubercolosa

Family : Mycobacteriaceae

Genus : Mycobacterium

Morfologi : Batang tahan asam (merah : Z.N.)

Sifat : Obligate aerob

Media perbenihan :

Medium Lowenstein Jensen (LJ)

Medium Middlebrook 7H9 / 7H10

Medium Ogawa

Medium Kudoh

Penyebab : tuberkulosis

Vaksinasi : BCG
2
3

Rynovirus dan Adenovirus penyebab selesma


Adenovirus dan Coxsackie menyebabkan faringitis (peradangan pada
faring)

Parainfluenza dan Influenza menyebabkan laryngitis

Stafiloccocus (S Aureus, S Epidermidis).


Stafilokokus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan
menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.
Beberapa zat ini adalah enzim, sedangkan yang lain diduga toksin, meskipun berfungsi
sebagai enzim. Kebanyakan toksin berada di bawah pengendalian genetik plasmid;
beberapa di bawah pengendalian kromosom dan ekstrakromosom. Stafilococcus aureus
yang patogen dan invasif cenderung menghasilkan koagulase dan pigmen kuning, dan
bersifat hemolitik.Stafilokokus yang non patogen dan tidak invasif, seperti Stafilococcus
epidermidis, cenderung bersifat koagulase-negatif dan non hemolitik.

Legionella pneumophila

Genus : Legionella
Terdapat di saluran napas bawah
Penyakit :

Legionnairess disease

Pontiac fever

Morfologi :

Batang pendek atau kokobasil Gram negatif (lemah)

Pengecatan :

Metode impregnasi perak (non spesifik)

Specific fluorescent antibody stain - diagnostik

Medium perbenihan :

Medium BCYE inkubasi 48 jam - 36C + 2.5% CO2 sampai 10-14 hari

Material terkontaminasi panasi 50C selama 30 menit


7

Bordetella pertussis

Penyebab : Whooping cough = batuk rejan = batuk 100 hari

Terdapat di saluran napas bawah

Morfologi : Batang Gram negatif

Sifat :

Strict aerob

Suhu optimal tumbuh : 35-36C 3 hari

Medium perbenihan : Bordet-Gengou medium

Imunisasi : DPT

Flora Membrane Mukosa


1

Streptococcus Viridans
Berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang-orang yang hadir saat persalinan.

Staphylococcus Aerob dan Anaerob


Ada saat awal kehidupan

Diplococcus gram negatif (Neisserria dan Moraxella catarhallis)


Ada saat awal kehidupan. Moraxella catarhallis dapat menyebabkan pneumonia,
sinusitis, dan otitis media.

Difteroid
Ada saat awal kehidupan

Lactobacillus
Ada saat awal kehidupan

Flora Faring
1

Neisseria
Di dalam faring, neisseria dominan ada.
Terdiri atas :

Neisseria sicca

Neisseria subflova

Neisseria cinera

Neisseria mucosa

Neisseria flavescens

Streptococcus hemoliticus dan nonhemoliticus


Di dalam laring, bakteri tersebut dominan ada.

Staphylococcus

Difteroid

Hemofilia

Pneumococcus

Mikoplasma

Prevotella

Bronkus kecil dan alveoli secara normal steril

BIOKIMIA

MEKANISME PERTUKARAN CO2 DAN O2


Pertukaran gas antara O2 dan CO2 terjadi melalui proses difusi, berlangsung di alveolus dan
di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangsung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekulmolekul secara bebas melalui membran sel dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi menuju ke
konsentrasi rendah atau tekanan rendah. Faktor-faktor yang mempenaruhi difusi gas melintasi
membran sel adalah:
a. tekanan parsial gas (tekanan gas tertentu, misalnya tekanan oksigen saja terhadap tekanan
seluruh udara),
b. permeabilitas membran respirasi,
c. luas permukaan membran respirasi,
d. kecepatan sirkulasi darah di paru-paru dan,
e. reaksi kimia yang terjadi di dalam darah.
O2 masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus.Di alveolus
terjadi difusi O2 ke kapiler paru-paru yang terletak di dinding alveolus. Masuknya O 2 dari luar
(lingkungan) menyebabkan tekanan parsial O2 atau PO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan
dengan PO2 di kapiler paru-paru. Oleh karena itu, O 2 akan bergerak dari alveolus menuju kapiler
paru-paru, yang disebabkan proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi
ke daerah yang bertekanan parsial rendah.
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai menjadi
jenuh.Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat
oleh hemoglobin dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat sub unit, setiap sub unit terdiri dari
bagian yang disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan

oksigen, sehingga setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen berbentuk
oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversibel (bolakbalik) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pH, suhu, konsentrasi O 2 dan CO2, serta
tekanan parsial. Reaksi pengikatan O2 oleh Hb adalah sebagai berikut:
Hb 4 + 4O2

4 Hb O2

Arah reaksi tersebut ke kiri bila terjadi di jaringan tubuh, dan ke kanan bila di jaringan paru-paru.

Hemoglobin akan mengangkut O 2 ke jaringan tubuh kemudian berdifusi masuk ke sel-sel


tubuh. Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, O 2 digunakan untuk proses respirasi di dalam
mitokondria sel. Semakin banyak O2 yang digunakan oleh sel-sel tubuh, maka semakin banyak
CO2 yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan partial CO 2 atau
PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO 2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh
karenanya CO2 dapat berdifusi dari sel-sel tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh, kemudian
akan di bawa oleh eritrosit menuju ke paru-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO 2 dari kapiler vena
menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO 2 pada kapiler vena lebih
tinggi dari pada tekanan parsial CO2 dalam alveolus.
Bila pengangkutan O2 terutama dilaksanakan oleh Hb, maka pengangkutan CO 2 dilakukan
oleh plasma darah. CO2 dapat larut dengan baik di dalam plasma darah dan membentuk asam
karbonat:
CO2 + H2O H2CO3
Akibat terbentuknya asam karbonat tersebut, pH darah menurun sampai 4,5, karena H2CO3
sebagai suatu senyawa yang labil akan mengurai dan meningkatkan kadar ion H+ darah:
H2CO3 H+HCO3
Jadi CO2 diangkut oleh darah dalam bentuk ion HCO 3. Proses pengangkutan dengan
pengubahan secara bolak-balik dari CO2 menjadi H2CO3 dan sebaliknya dipercepat oleh enzim
karbonat anhidrase.

Gambar: mekanisme transportasi CO2 dari jaringan tubuh ke kapiler darah

MEKANISME TRANSPORTASI CO2 DARI KAPILER DARAH


CO2 dalam eritrosit akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang dapat
menyebabkan darah bersifat asam. Darah yang bersifat asam dapat melepaskan banyak O 2 ke
dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh yang memerlukannya. Reaksi pembentukan asam
karbonat adalah sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3
Respirasi selular
Merupakan

proses

potensial menjadi

produk limbahyang

tingkat seluler. Pada


bakar organik

perombakan molekul organik kompleks

dan

utamanya ATP. ATP

respirasi
akan

sel, oksigen terlibat

lebih

(adenosin

trifosfat)
molekul

pada kontraksi otot,

memiliki
pemula
dan

rendah

kaya

dioksida,
energi
yang

mengangkut

akan energi

(proses katabolik)

sebagai reaktan bersama

menghasilkan air, karbon

melakukan sintesis biomolekul dari


kerja mekanik seperti

berenergi

yang

serta

untuk
lebih

pada

dengan bahan
produk

energi

aktivitas sel seperti


kecil,

biomolekul

menjalankan
atau

ion

melalui membran menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi. Secara garis besar, respirasi sel
melibatkan proses-proses yang disebut glikolisis, siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan rantai
transpor elektron.
a

Glikolisis
Saat glikolisis (penguraian gula), glukosa (gula berkarbon enam) diuraikan menjadi dua gula
berkarbon tiga. Glukosa merupakan molekul gula yang termasuk monosakarida dengan salah
satu atom karbonnya merupakan gugus karbonil dan atom karbon lainnya terikat pada
gugus hidroksil. Setelah glukosa diubah menjadi gula yang lebih kecil, kemudian dioksidasi
dan atom sisanya disusun ulang untuk membentuk dua molekul piruvat. Proses glikolisis
menghasilkan 2 ATP, 2 NADH dan molekul organik untuk siklus Krebs.

Siklus Krebs
Siklus Krebs adalah siklus asam sitrat, disebut siklus Krebs karena seorang saintis JermanInggris yang bernama Hans Krebs yang membeberkan siklus ini. Sebelum masuk ke siklus
Krebs, mula-mula piruvat diubah menjadi asetil CoA. Kemudian asetat dari asetil CoA masuk
sebagai

molekul

berkarbon

dua

membentuk sitrat. Langkah-langkah

dan

berikutnya

bertemu
menguraikan

dengan oksaloasetat untuk


sitrat

kembali

menjadi

oksaloasetat sehingga membentuk siklus dengan melepaskan karbon dioksida, ATP dan
molekul-molekul pembawa elektron.
c

Rantai transpor elektron


Rantai transpor elektron menerima elektron dari produk hasil perombakan glikolisis dan
siklus Krebs dan mentransfer elektron dari satu molekul ke molekul lain. Energi yang
dilepaskan dari setiap pelepasan elektron tersebut digunakan untuk membuat ATP.

Glikolisis

Aerobik: 2 ATP + 2 NADH + 2 As. Piruvat = 7 ATP + 2 As. Piruvat


Anaerobik: 2 ATP + 2 As. Laktat
Energi yang dihasilkan dari katabolisme 1 mol asetil KoA

3 NADH --- rantai respirasi

= 7.5 ATP

1 FADH2 --- rantai respirasi

= 1.5 ATP

1 GTP ----------------------- = 1 ATP


TOTAL

= 10 ATP

Energi yang dihasilkan 1 mol piruvat


-

1 NADH --- oksidasi piruvat

= 2.5 ATP

Energi yang dihasilkan dari katabolisme aerob 1 mol glukosa

Glikolisis

: 7 ATP + 2 Asam Piruvat

Oksidasi 2 mol asam piruvat

: 5 ATP + 2 Acetyl KoA

Oksidasi 2 mol acetyl KoA

: 20 ATP

TOTAL

: 32 ATP

PATOLOGI: SUMBATAN JALAN NAPAS AKUT


1

Jenis Obstruksi berdasarkan Besar Obstruksinya


a

Obstruksi Total
Obstruksi ini benar-benar menutup jalan napas sehingga tidak ada udara yang dapat masuk
ke paru-paru. Ada dua keadaan pada obstruksi total, yaitu:

a) Masih sadar
Bisaanya si korban mencekik lehernya sendiri hal ini bisa mengakibatkan sianosis dan
jika si korban dibiarkan atau tidak segera ditolong maka si korban akan pingsan.
Obstruksi dengan keadaan ini bisaanya karena tersedak makanan, untuk penolongannya
yang bisa dilakukan adalah Heimleich Manuever atau Chest Thrust, atau Back Blow.
Untuk Heimleich Manuever, kontraindikasinya adalah ibu hamil dan bayi. Jika keadaan
seperti itu, maka gunakan Chest Thrust atau Back Blow untuk mengeluarkan benda
asing yang menyumbat jalan napas.
b) Tidak sadar
Keadaan ini mungkin menyusahkan penolong untuk melakukan Heimleich.Manuever,
tapi penolong bisa menggunakan Abdominal Thrust atau Chest Thrust ataupun crossing
finger.
b

Obstruksi Parsial/Sebagian
Pada obstruksi ini, si korban tidak mengalami sianosis dan bisaanya si korban ditemukan
dalam keadaan tidak sadar. Ada 3 penyebab yang bisaa terjadi pada pasien, yaitu:

Cairan
Tandanya terdengar bunyi gurgling yaitu bunyi napas bercampur cairan. Bisa
dikeluarkan dengan finger sweep.
b

Lidah yang jatuh ke belakang


Tandanya terdengar bunyi snooring yaitu bunyi seperti dengkuran. Bisa dikeluarkan
dengan crossing finger kemudian bisa menggunakan alat orofaringeal tube.

Penyempitan di laring atau trakea


Tandanya terdengar bunyi crowing. Biasanya dikarenakan adanya edema pada laring
atau trakea, sehingga penanganannya hanya bisa dengan trakheostomi.

Sebab-sebab Obstruksi Jalan Napas


Penyebab sumbatan jalan napas diantaranya adalah:

Dasar lidah sering menyumbat jalan napas pada penderita koma, karena pada penderita
koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding
belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.

Penderita yang mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme dan ini bisaanya
terjadi oleh karena rangsangan jalan napas atas pada penderita stupor atau koma yang
dangkal.

Sumbatan jalan napas dapat juga terjadi pada jalan napas bagian bawah, dan ini terjadi
sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau
benda asing ke dalam paru.

Benda asing (BA) di dalam suatu organ: benda yang berasal dari luar tubuh (eksogen) atau
dari dalam tubuh (endogen), yang dalam keadaan normal tidak ada.

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat seperti zat organik (kacang-kacangan dan tulang)
dan zat anorganik (paku, jarum, peniti, batu, dll.), benda cair iritatif (zat kimia), benda cair
noniritatif (cairan dgn pH 7), dan gas.
Benda asing endogen yaitu sekret kental, darah/bekuan darah, nanah, krusta, cairan amnion.
3

Gejala dan Tanda


Gejala sumbatan benda asing di saluran napas bergantung pada lokasi benda asing, derajat
sumbatan, serta bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat
tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus.Benda yang masuk melalui mulut
dapat terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, esofagus, dan dapat juga tersedak
masuk ke laring, trakea dan bronkus.
Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu:
a. Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tercekik,
rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan obstruksi napas, dapat juga disertai adanya
sianosis terutama perioral, kematian pada fase ini sangat tinggi.
b. Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda asing tersangkut pada satu
tempat, dapat terjadi dari beberapa menit sampai berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama
fase ini tergantung lokasi benda asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda
asing yang teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk berubah posisi.
c. Fase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing, dapat berupa pneumonia,
atelektasis paru, abses, dan hemoptisis.
Gejala aspirasi benda asing pada masing-masing saluran napas
a. Jika benda asing masuk ke hidung timbul:

Hidung tersumbat

Rinore unilateral yang kental dan bau

Terkadang nyeri dan demam

b.

Jika benda asing masuk ke laring timbul:

Rasa tercekik

Rasa tersumbat

Batuk-batuk

Sesak napas

Stridor

c.

Jika benda asing menutup laring secara total, maka timbul sianosis

d. Jika benda asing masuk ke trakea, timbul:

Batuk berulang-ulang

Benda asing bergerak naik turun sesuai pernapasan

Audible slap

Palpatory thud

Asthmastoid wheeze

Benda asing cenderung masuk ke bronkus kanan daripada kiri karena :

Sudut deviasi bronkus kanan < kiri

Diameter bronkus kanan > kiri

Udara masuk ke bronkus kanan > kiri

Perubahan Yang Terjadi Karena Obstruksi Jalan Napas


Karena ada sumbatan dalam jalan napas, maka pertukaran gas tidak adekuat. Berikut tandatandanya:
1. SIANOSIS (kebiruan, karena peningktan jumlah Hb)

Sianosis Sentral Karena insufiensi oksigen dalam paru, sehingga


terjadi kebiruan pada bibir, lidah, cuping hidung.

Sianosis Perifer Karena aliran darah banyak berkurang


menurunkan saturasi darah vena menjadi biru

2. HIPOKSEMIA DAN HIPOKSIA oksigen tidak memadai


3. HIPERKAPNIA peningkatan PaCO2 diatas 45 mmHg
4. HIPOKAPNIA PaCO2 kurang dari 35 mmHg kejang
Penyebab hipokapnia dan hiperkapni:

Obstruksi jalan napsa

Kelemahan otot pernapasan

Trauma dada

Terapi
Jika ostruksi jalan napas tidak dibebaskan dengan metode tertentu, penderita akan
mengalami kesulitan dalam bernapas yang pada akhirnya jatuh pada kondisi hipoksia hingga
anoksia yang dapat mengancam jiwa jika dibiarkan terlalu lama. Di bawah ini kami akan
berusaha menjelaskan bagaimana melakukan manuver Heimlich sebagai pertolongan awal.

Manuver Heimlich merupakan metode yang dapat digunakan untuk membersihkan objek
yang menghalangi jalan napas pada orang dewasa sadar dan anak-anak usia 1 8 tahun. Prinsip
utama manuver ini adalah mengangkat diafragma dan menciptakan dorongan udara dari paruparu untuk mendorong objek yang menghalangi jalan napas atas untuk keluar.
1

Untuk orang dengan usia lebih dari 8 tahun

Tanyakan, Apakah Anda tersedak? Orang tersebut mungkin menunjukkan tanda tersedak
dengan hanya mengangguk saja. Jangan memberikan intervensi jika ia dapat berbicara,
batuk, atau bernapas.

Jika tidak dapat berbicara, batuk, bernapas, atau bahkan wajah (terutama bibir) tampak
membiru, segera rangkul sekitar pinggang korban dari belakang. Buatlah kepalan tangan.
Tempatkan di atas pusar, tetapi di bawah tulang rusuk. Pegang kepalan tangan Anda
dengan tangan Anda yang lain. Perintahkan korban untuk sedikit menundukkan badanya
dengan kedua kaki agak terbuka. Kemudian tekan kepalan tangan Anda ke arah perut
dengan gerakan yang cepat namun pasti, sebanyak lima kali (abdominal trush), dengan
arah belakang atas.

Ulangi dorongan ke atas hingga objek dapat keluar atau korban menjadi tidak
sadarkan diri. Jika objek berhasil keluar, korban harus menemui dokter sesegera mungkin.

Jika korban menjadi tidak sadar, mintalah bantuan. Miringkan kepala ke belakang dan
angkat dagu untuk membuka (head tilt chin lift method) dan memeriksa jalan napas.
{catatan: Jika Anda menduga orang tersebut memiliki cedera kepala, leher, atau cedera
tulang belakang, jangan memindahkan dan banyak memanipulasi posisi korban. Dan untuk
membuka jalan napas pada kasus ini harus dengan metode jaw trush dengan menarik
rahang bawah ke depan.} Berikan dua napas penyelamatan dengan pelan. Jika ini tidak
membantu, miringkan kepala lebih jauh lagi (hanya jika tidak ada cedera kepala, leher,
atau punggung cedera). Kemudian berikan dua napas penyelamatan lagi. Jika orang
tersebut tidak merespons atau bergerak, berikan 15 penekanan dada (chest compressions).
Ulangi napas penyelamatan dan penekanan dada hingga obyek dapat terlihat. Setiap kali
Anda membuka saluran udara untuk memberikan napas penyelamatan, periksa mulut
korban untuk melihat objek telah terlihat atau tidak dan mengeluarkannya jika Anda bisa
dengan dengan jari telunjuk yang bersih (finger swab). Teruskan melakukan resusitasi
jantung paru (CPR = Cardipulmonary Resuscitation) tersebut sesuai kebutuhan, sampai
objek yang memblokir jalan napas dapat keluar atau sampai bantuan medis datang dan
mengambil alih.

Walaupun objek dapat dikeluarkan dengan sukses, korban harus tetap menemui dokter
sesegera mungkin.

2. Untuk anak-anak usia 1 8 tahun

Untuk anak sadar, berikan dorongan perut (abdominal thrusts) seperti untuk orang dewasa
tetapi jangan terlalu kuat.

Untuk anak tidak sadar, berikan pertolongan pertama untuk tersedak seperti pada orang
dewasa yang tidak sadar.

3. Untuk bayi usia 1 tahun

Jangan melakukan intervensi jika bayi dapat batuk kuat, menangis, atau bernapas lancar.

Jika bayi sadar, posisi kepala bayi (menghadap bawah) di satu tangan. Baringkan bayi di
atas lengan Anda. Letakkan lengan Anda pada kaki Anda untuk menstabilkan posisi.
Pastikan kepala bayi lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.

Dengan tumit tangan lainnya, pukul bayi pada punggung di antara tulang scapula (back
blows) 5 kali. Lakukan dengan cepat dan kuat. Ulangi prosedur ini 3 sampai 4 kali. Jika
objek masih menghalangi jalan napas, lanjutkan ke langkah berikutnya.

Putar posisi bayi menghadap atas (wajah menghadap atas). Baringkan bayi di lengan Anda.
Dukung kepala dengan satu tangan. Pastikan kepala bayi lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya. Letakkan tangan Anda pada kaki Anda untuk menstabilkan posisi. Tempat dua jari 1/2
inchi di bawah dan di antara puting dada bayi. Berikan lima dorongan (chest thrusts )ke arah
bawah dengan cepat. Tekanlah sternum 1/2 sampai 1 inchi pada setiap dorongan.

Ulangi langkah 3 dan 4 sampai objek keluar atau bayi menjadi tidak sadar.

Jika bayi tidak sadar, mintalah pertolongan.

Untuk mengecek apakah upaya kita berhasil, letakkan bayi pada punggungnya. Miringkan
kepala ke belakang dan mengangkat rahang (head tilt chin lift). Berikan dua napas
penyelamatan pelan-pelan. Jika ini tidak membantu, berikan dua napas penyelamatan lagi.
Berikan lima pukulan punggung (back blows), kemudian lima tekanan dada (chest thrusts).
Jika objek tersebut dapat dikeluarkan, hentikan tindakan.

Periksa dan keluarkan objek di jalan napas jika terlihat.

Terus berikan pertolongan pertama sampai bantuan medis mengambil alih atau sampai objek
dikeluarkan. Walaupun objek dapat dikeluarkan, segera antar bayi mendapatkan perawatan
medis untuk mengetahui apakah ada efek samping dari tindakan yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai