Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA TIROID

KONSEP MEDIS

ANATOMI KELENJAR THYROID


Thyroid adalah suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskular, berwarna merah
kecoklatan dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar thyroid terdiri dari dua buah lobus
yang simetris. Berbentuk konus dengan ujung cranial yang kecil dan ujung caudal yang
besar. Antara kedua lobus dihubungkan oleh isthmus, dan dari tepi superiornya terdapat
lobus piramidalis yang bertumbuh ke cranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada
umumnya lobus piramidalis berada di sebelah kiri linea mediana.5, 6, 7

Setiap lobus kelenjar thyroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia
propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superficialnya terdapat fascia
pretrachealis yang membentuk false capsule.7, 8

Topografi Kelenjar Thyroid Kelenjar thyroid berada di bagian anterior leher, di


sebelah ventral bagian caudal larynx dan bagian cranial trachea, terletak berhadapan
dengan vertebra C 5-7 dan vertebra Th 1. Kedua lobus bersama-sama dengan isthmus
memberi bentuk huruf “U”. Ditutupi oleh m. sternohyoideus dan m.sternothyroideus.
Ujung cranial lobus mencapai linea obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior
meluas sampai cincin trachea 5-6. Isthmus difiksasi pada cincin trachea 2,3 dan 4.
Kelenjar thyroid juga difiksasi pada trachea dan pada tepi cranial cartilago cricoidea oleh
penebalan fascia pretrachealis yang dinamakan ligament of Berry. Fiksasi-fiksasi
tersebut menyebabkan kelenjar thyroid ikut bergerak pada saat proses menelan
berlangsung. Topografi kelenjar thyroid adalah sebagai berikut:
• Di sebelah anterior terdapat m. infrahyoideus, yaitu m. sternohyoideus, m.
sternothyroideus, m. thyrohyoideus dan m. omohyoideus.
• Di sebelah medial terdapat larynx, pharynx, trachea dan oesophagus, lebih ke bagian
profunda terdapat nervus laryngeus superior ramus externus dan di antara oesophagus
dan trachea berjalan nervus laryngeus recurrens. Nervus laryngeus superior dan nervus
laryngeus recurrens merupakan percabangan dari nervus vagus. Pada regio colli, nervus
vagus mempercabangkan ramus meningealis, ramus auricularis, ramus pharyngealis,
nervus laryngeus superior, ramus cardiacus superior, ramus cardiacus inferior, nervus
laryngeus reccurens dan ramus untuk sinus caroticus dan carotid body.
• Di sebelah postero-lateral terletak carotid sheath yang membungkus a. caroticus
communis, a. caroticus internus, vena jugularis interna dan nervus vagus. Carotid sheath
terbentuk dari fascia colli media, berbentuk lembaran pada sisi arteri dan menjadi tipis
pada sisi vena jugularis interna. Carotid sheath mengadakan perlekatan pada tepi
foramen caroticum, meluas ke caudal mencapai arcus aortae. Fascia colli media juga
membentuk fascia pretrachealis yang berada di bagian profunda otot-otot infrahyoideus.
Pada tepi kelenjar thyroid, fascia itu terbelah dua dan membungkus kelenjar thyroid
tetapi tidak melekat pada kelenjar tersebut, kecuali pada bagian di antara isthmus dan
cincin trachea 2, 3 dan 4.8

Vaskularisasi Kelenjar Thyroid


Kelenjar thyroid memperoleh darah dari arteri thyroidea superior, arteri thyroidea
inferior dan kadang-kadang arteri thyroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah
tersebut terletak antara kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis.8
Arteri thyroidea superior merupakan cabang pertama arteri caroticus eksterna, melintas
turun ke kutub atas masing-masing lobus kelenjar thyroid, menembus fascia
pretrachealis dan membentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularis
posterior.8
Arteri thyroidea inferior merupakan cabang truncus thyrocervicalis, melintas ke
superomedial di belakang caroted sheath dan mencapai aspek posterior kelenjar thyroid.
Truncus thyrocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arteri subclavia. Arteri
thyroidea inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis
dan memasok darah ke kutub bawah kelenjar thyroid.8
Arteri thyroidea ima biasanya dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus atau
langsung dipercabangkan dari arcus aortae.8
Tiga pasang vena thyroidea menyalurkan darah dari pleksus vena pada permukaan
anterior kelenjar thyroid dan trachea. Vena thyroidea superior menyalurkan darah dari
kutub atas, vena thyroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus
dan vena thyroidea inferior menyalurkan darah dari kutub bawah. Vena thyroidea
superior dan vena thyroidea media bermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena
thyroidea inferior bermuara ke dalam vena brachiocephalica.8
Innervasi Kelenjar Thyroid
Persarafan simpatis diperoleh dari ganglion cervicalis superior dan ganglion cervicalis
media yang mencapai kelenjar thyroid dengan mengikuti arteri thyroidea superior dan
arteri thyroidea inferior atau mengikuti perjalanan nervus laryngeus superior ramus
eksternus dan nervus laryngeus recurrens. Serat-serat saraf simpatis mempunyai efek
perangsangan pada aktifitas sekresi kelenjar thyroid.3, 8
Nervus laryngeus superior mengandung komponen motoris untuk m. cricothyroidea,
dan komponen sensoris untuk dinding larynx di sebelah cranial plica vocalis. Nervus
laryngeus recurrens mengandung komponen motoris untuk semua otot intrinsik
laryngeus dan komponen sensoris untuk dinding larynx di sebelah caudal dari plica
vocalis.8
Nervus laryngeus superior mempercabangkan ramus internus dan ramus eksternus.
Ramus internus berjalan menembus membrana thyrohyoidea, dinding anterior fossa
piriformis dan mencapai otot-otot lateral serta membawa komponen sensoris untuk
dinding larynx di cranial plica vocalis dan aditus laryngeus. Sedangkan ramus eksternus
mempersarafi m. cricothyroidea. Kerusakan pada nervus laryngeus superior
menyebabkan perubahan suara yang khas dan hilangnya sensasi dalam larynx di cranial
plica vocalis.8
Nervus laryngeus recurrens yang terletak dalam sulkus tracheoesophagus memasuki
pharynx dengan melewati bagian profunda tepi inferior m. constrictor pharyngeus
inferior dan berada pada bagian dorsal articulatio cricothyroidea. Kerusakan pada
nervus recurrens menyebabkan paralisis plica vocalis.8

Aliran Limfe Kelenjar Thyroid


Pembuluh limfe kelenjar thyroid melintas di dalam jaringan ikat antar lobulus dan
berhubungan dengan anyaman pembuluh limfe kapsular. Dari sini pembuluh limfe
menuju ke lymphonodus cervicalis anterior profunda prelaryngealis, lymphonodus
cervicalis anterior profunda pretrachealis dan lymphonodus cervicalis anterior profunda
paratrachealis.8
Di sebelah lateral, pembuluh limfe mengikuti vena thyroidea superior dan melintas ke
lymphonodus cervicalis profunda.8

Struktur Histologis Kelenjar Thyroid


Kelenjar thyroid hampir seluruhnya terdiri atas kista-kista bulat yang disebut folikel.
Folikel adalah unit struktural dan unit fungsional, terdiri atas epitel selapis kubis yang
mengelilingi suatu ruangan yang berisi koloid. Folikel-folikel bervariasi ukurannya dari
diameter sekitar 50 μm sampai 1 mm dan yang terbesar tampak secara makroskopis.
Folikel dikelilingi oleh membrana basalis yang tipis dan jaringan ikat interstisial
membentuk jala-jala retikulin sekeliling membrana basalis.3
Sel-sel folikular biasanya berbentuk kubis, tetapi tingginya berbeda-beda, tergantung
pada keadaan fungsional kelenjar itu. Jika thyroid secara relatif tidak aktif, sel-selnya
hampir gepeng. Sedangkan dalam keadaan kelenjar sangat aktif, sel-sel akan berbentuk
kolumnar. Namun keadaan fungsional kelenjar tidaklah harus secara ekslusif
berdasarkan pada tingginya epitel.3
Sel-sel folikular semuanya membatasi lumen dan mempunyai inti bulat dengan warna
agak pucat. Di ruang interfolikular, terdapat fibroblast yang tersebar dan serat-serat
kolagen yang tipis. Selain itu, terdapat sejumlah besar kapilar tipe fenestrata yang sering
berhubungan langsung dengan lamina basalis folikel.3

Ultrastruktur sel-sel folikular memperlihatkan semua ciri-ciri sel yang pada saat yang
sama membuat, mengekskresikan, menyerap dan mencerna protein. Bagian basal sel-sel
ini penuh dengan retikulum endoplasma kasar. Inti umumnya bulat dan terletak di
pusat sel. Kompleks Golgi terdapat pada kutub apikal. Di daerah ini terdapat banyak
lisosom dan beberapa fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki mikrovili.
Mitokondria, retikulum endoplasma kasar dan ribosom tersebar di seluruh sitoplasma.3,
11

Sel-sel C terletak di antara membrana basalis dan sel-sel folikular. Berbentuk lonjong,
lebih besar dan lebih pucat daripada sel folikular dan juga berisi inti lebih besar dan
lebih pucat.3, 11
FISIOLOGI KELENJAR THYROID
Biosintesis Hormon Thyroid
Iodium adalah adalah bahan dasar yang sangat penting dalam biosintesis hormon
thyroid. Iodium yang dikonsumsi diubah menjadi iodida kemudian diabsorbsi. Kelenjar
thyroid mengkonsentrasikan iodida dengan mentransport aktif iodida dari sirkulasi ke
dalam koloid. Mekanisme transport tersebut dikenal dengan “ iodide trapping
mechanism”. Na+ dan I- ditransport dengan mekanisme cotransport ke dalam sel
thyroid, kemudian Na+ dipompa ke interstisial oleh Na+-K+ATPase.1
Di dalam kelenjar thyroid, iodida mengalami oksidasi menjadi iodium. Iodium
kemudian berikatan dengan molekul tirosin yang melekat ke tiroglobulin. Tiroglobulin
adalah molekul glikoprotein yang disintesis oleh retikulum endoplasma dan kompleks
Golgi sel-sel thyroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin.1,
2

Enzim yang berperan dalam oksidasi dan pengikatan iodida adalah thyroid peroksidase.
Senyawa yang terbentuk adalah monoiodotirosin (MIT) dan diodotirosin (DIT). Dua
molekul DIT kemudian mengalami suatu kondensasi oksidatif membentuk
tetraiodotironin (T4). Triiodotironin (T3) mungkin terbentuk melalui kondensasi MIT
dengan DIT. Sejumlah kecil reverse triiodotironin (rT3) juga terbentuk, mungkin
melalui kondensasi DIT dengan MIT. Dalam thyroid manusia normal, distribusi rata-
rata senyawa beriodium adalah 23 % MIT, 33 % DIT, 35 % T4 dan 7 % T3. RT3 dan
komponen lain terdapat hanya dalam jumlah yang sangat sedikit.1, 2, 3, 11

Sekresi Hormon Thyroid


Sel-sel thyroid mengambil koloid melalui proses endositosis. Di dalam sel, globulus
koloid menyatu dengan lisosom. Ikatan peptida antara residu beriodium dengan
tiroglobulin terputus oleh protease di dalam lisosom, dan T4, T3, DIT serta MIT
dibebaskan ke dalam sitoplasma. T4 dan T3 bebas kemudian melewati membran sel dan
dilepaskan ke dalam sirkulasi.1, 2, 11

MIT dan DIT tidak disekresikan ke dalam darah karena iodiumnya sudah dibebasakan
sebagai akibat dari kerja intraselular iodotirosin dehalogenase. Hasil dari reaksi
enzimatik ini adalah iodium dan tirosin. Iodium digunakan kembali oleh kelenjar dan
secara normal menyediakan iodium dua kali lipat dibandingkan dengan yang dihasilkan
oleh pompa iodium.1, 2, 11

Transport dan Metabolisme Hormon Thyroid


Hormon thyroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, yaitu:
globulin pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin, TBG), prealbumin pengikat
tiroksin (thyroxine-binding prealbumin, TBPA) dan albumin pengikat tiroksin
(thyroxine-binding albumin, TBA). Kebanyakan hormon dalam sirkulasi terikat pada
protein-protein tersebut dan hanya sebagian kecil saja (kurang dari 0,05 %) berada
dalam bentuk bebas. 1, 2, 12
Hormon yang terikat dan yang bebas berada dalam keseimbangan yang reversibel.
Hormon yang bebas merupakan fraksi yang aktif secara metabolik, sedangkan fraksi
yang lebih banyak dan terikat pada protein tidak dapat mencapai jaringan sasaran.1, 2,
12
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG merupakan protein pengikat yang paling
spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein
pengikat ini dibandingkan dengan triiodotironin. Akibatnya triiodotironin lebih mudah
berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktifitas
metabolik triiodotironin lebih besar.1, 2, 12
Perubahan konsentrasi TBG dapat menyebabkan perubahan kadar tiroksin total dalam
sirkulasi. Peningkatan TBG, seperti pada kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,
hepatitis, sirosis primer kandung empedu dan karsinoma hepatoselular dapat
mengakibatkan peningkatan kadar tiroksin yang terikat pada protein. Sebaliknya,
penurunan TBG, misalnya pada sindrom nefrotik, pemberian glukokortikoid dosis
tinggi, androgen dan steroid anabolik dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin
yang terikat pada protein.12
Hormon-hormon thyroid diubah secara kimia sebelum diekskresi. Perubahan yang
penting adalah deiodinasi yang bertanggung jawab atas ekskresi 70 % hormon yang
disekresi. 30 % lainnya hilang dalam feses melalui ekskresi empedu sebagai glukuronida
atau persenyawaan sulfat. Akibat deiodinasi, 80 % T4 dapat diubah menjadi 3,5,3’-
triiodotironin, sedangkan 20 % sisanya diubah menjadi reverse 3,3’,5’-triiodotironin
(rT3) yang merupakan hormon metabolik yang tidak aktif.12

Mekanisme Kerja Hormon Thyroid


Mekanisme kerja hormon thyroid ada yang bersifat genomik melalui pengaturan
ekspresi gen, dan non genomik melalui efek langsung pada sitosol sel, membran dan
mitokondria.1, 12
Mekanisme kerja yang bersifat genomik dapat dijelaskan sebagai berikut, hormon
thyroid yang tidak terikat melewati membran sel, kemudian masuk ke dalam inti sel dan
berikatan dengan reseptor thyroid (TR). T3 dan T4 masing-masing berikatan dengan
reseptor tersebut, tetapi ikatannya tidak sama erat. T3 terikat lebih erat daripada T4.1,12
Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA melalui jari-jari “zinc” dan
meningkatkan atau pada beberapa keadaan menurunkan ekspresi berbagai gen yang
mengkode enzim yang mengatur fungsi sel.1, 12
Ada dua gen TR manusia, yaitu gen reseptor α pada kromosom 17 dan gen reseptor β
pada kromosom 3. Dengan ikatan alternatif, setiap gen membentuk paling tidak dua
mRNA yang berbeda, sehingga akan terbentuk dua protein reseptor yang berbeda. TRβ2
hanya ditemukan di otak, sedangkan TRα1, TRα2 dan TRβ1 tersebar secara luas. TRα2
berbeda dari ketiga reseptor yang lain, yaitu tidak mengikat T3 dan fungsinya belum
diketahui. Reseptor thyroid (TR) berikatan dengan DNA sebagai monomer, homodimer
dan heterodimer bersama dengan reseptor inti yang lain.1, 12
Dalam hampir semua kerjanya, T3 bekerja lebih cepat dan 3-5 kali lebih kuat daripada
T4. Hal ini disebabkan karena ikatan T3 dengan protein plasma kurang erat, tetapi
terikat lebih erat pada reseptor hormon thyroid.1, 12

Efek Hormon Thyroid


Secara umum efek hormon thyroid adalah meningkatkan aktifitas metabolisme pada
hampir semua jaringan dan organ tubuh, karena perangsangan konsumsi oksigen semua
sel-sel tubuh. Kecepatan tumbuh pada anak-anak meningkat, aktifitas beberapa kelenjar
endokrin terangsang dan aktifitas mental lebih cepat.3

• Efek Kalorigenik Hormon thyroid


T4 dan T3 meningkatkatkan konsumsi O2 hampir pada semua jaringan yang
metabolismenya aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa, testis, uterus, kelenjar
limfe, limpa dan hipofisis anterior.1 ,2, 13
Beberapa efek kalorigenik hormon thyroid disebabkan oleh metabolisme asam lemak
yang dimobilisasi oleh hormon ini. Di samping itu hormon thyroid meningkatkan
aktivitas Na+-K+ATPase yang terikat pada membran di banyak jaringan.1, 2, 13
Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan oleh T4 dan T3, maka akan
terjadi peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan makanan tidak ditingkatkan pada
kondisi tersebut, maka protein endogen dan simpanan lemak akan diuraikan yang
berakibat pada penurunan berat badan.1, 2
• Efek Hormon Thyroid pada Sistem Saraf
Hormon thyroid memiliki efek yang kuat pada perkembangan otak. Bagian SSP yang
paling dipengaruhi adalah korteks serebri dan ganglia basalis. Di samping itu, kokhlea
juga dipengaruhi. Akibatnya, defisiensi hormon thyroid yang terjadi selama masa
perkembangan akan menyebabkan retardasi mental, kekakuan motorik dan ketulian.1, 2
Hormon thyroid juga menimbulkan efek pada refleks. Waktu reaksi refleks regang
menjadi lebih singkat pada hipertiroidisme dan memanjang pada hipotiroidisme. 1
Pada hipertiroidisme, terjadi tremor halus pada otot. Tremor tersebut mungkin
disebabkan karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medula spinalis yang
mengatur tonus otot.2
• Efek Hormon Thyroid pada Jantung
Hormon thyroid memberikan efek multipel pada jantung. Sebagian disebabkan karena
kerja langsung T3 pada miosit, dan sebagian melalui interaksi dengan katekolamin dan
sistem saraf simpatis.1, 2
Hormon thyroid meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor β-adrenergik pada jantung,
sehingga meningkatkan kepekaannya terhadap efek inotropik dan kronotropik
katekolamin.1, 2
Hormon-hormon ini juga mempengaruhi jenis miosin yang ditemukan pada otot
jantung. Pada pengobatan dengan hormon thyroid, terjadi peningkatan kadar myosin
heavy chain-α (MHC-α), sehingga meningkatkan kecepatan kontraksi otot jantung.1, 2
• Efek Hormon Thyroid pada Otot Rangka
Pada sebagian besar penderita hipertiroidisme terjadi kelemahan otot (miopati
tirotoksisitas). Kelemahan otot mungkin disebabkan oleh peningkatan katabolisme
protein. Hormon thyroid mempengaruhi ekspresi gen-gen myosin heavy chain (MHC)
baik di otot rangka maupun otot jantung. Namun , efek yang ditimbulkan bersifat
kompleks dan kaitannya dengan miopati masih belum jelas.1,2
• Efek Hormon Thyroid dalam Sintesis Protein
Peranan hormon thyroid dalam peningkatan sintesis protein dapat dijelaskan sebagai
berikut: (1) Hormon thyroid memasuki inti sel, kemudian berikatan dengan reseptor
hormon thyroid. (2) Kompleks hormon-reseptor kemudian berikatan dengan DNA dan
meningkatkan transkripsi mRNA serta sintesis protein.1, 2, 12
• Efek Hormon Thyroid pada Metabolisme Karbohidrat
Hormon thyroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk
ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan
glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan absorbsi dari traktus gastrointestinalis dan
juga meningkatkan sekresi insulin dengan efek sekunder yang dihasilkan atas
metabolisme karbohidrat.2
• Efek Hormon Thyroid pada Metabolisme Kolesterol
Hormon thyroid menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol plasma
turun sebelum kecepatan metabolisme meningkat, yang menunjukkan bahwa efek ini
tidak bergantung pada stimulasi konsumsi O2. Penurunan konsentrasi kolesterol plasma
disebabkan oleh peningkatan pembentukan reseptor LDL di hati, yang menyebabkan
peningkatan penyingkiran kolesterol oleh hati dari sirkulasi.1
• Efek Hormon Thyroid pada Pertumbuhan
Hormon thyroid penting untuk pertumbuhan dan pematangan tulang yang normal. Pada
anak dengan hipotiroid, pertumbuhan tulang melambat dan penutupan epifisis
tertunda. Tanpa adanya hormon thyroid, sekresi hormon pertumbuhan juga terhambat,
dan hormon thyroid memperkuat efek hormon pertumbuhan pada jaringan.1
Pengaturan Sekresi Hormon Thyroid
Fungsi thyroid diatur terutama oleh kadar TSH hipofisis dalam darah. Efek spesifik TSH
pada kelenjar thyroid adalah:
• Meningkatkan proteolisis tiroglobulin dalam folikel
• Meningkatkan aktifitas pompa iodida
• Meningkatkan iodinasi tirosin
• Meningkatkan ukuran dan aktifitas sel-sel thyroid
• Meningkatkan jumlah sel-sel thyroid.1, 2
Sekresi TSH meningkat oleh hormon hipotalamus, thyrotropin releasing hormone
(TRH) yang disekresi oleh ujung-ujung saraf pada eminensia media hipotalamus. TRH
mempunyai efek langsung pada sel kelenjar hipofisis anterior untuk meningkatkan
pengeluaran TRHnya.2, 14
Salah satu rangsang yang paling dikenal untuk meningkatkan kecepatan sekresi TSH
oleh hipofisis anterior adalah pemaparan dengan hawa dingin. Berbagai reaksi emosi
juga dapat mempengaruhi pengeluaran TRH dan TSH sehingga secara tidak langsung
dapat mempengaruhi sekresi hormon thyroid.2 , 14
Peningkatan hormon thyroid dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH oleh
hipofisis anterior. Bila kecepatan sekresi hormon thyroid meningkat sekitar 1,75 kali dari
normal, maka kecepatan sekresi TSH akan turun sampai nol. Penekanan sekresi TSH
akibat peningkatan sekresi hormon thyroid terjadi melalui dua jalan, yaitu efek langsung
pada hipofisis anterior sendiri dan efek yang lebih lemah yang bekerja melalui
hipotalamus.2, 14

Abnormalitas Sekresi Hormon Thyroid


Abnormalitas sekresi terjadi akibat defisiensi iodium, malfungsi hipotalamus, hipofisis
atau kelenjatr thyroid.6

Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon thyroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktifitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental melambat dan
peningkatan simpanan lemak.6
Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya
akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga terlihat penampakan edema.
Sedangkan pada anak kecil, hipotiroidisme mengakibatkan retardasi mental dan fisik.6,
15

Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah terjadinya produksi hormon thyroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan aktifitas metabolik meningkat, berat badan menurun, gelisah, tremor,
diare, frekuensi jantung meningkat dan pada hipertiroidisme berlebihan gejalanya
adalah toksisitas hormon.6, 15
Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik (penyakit Grave).
Gejalanya berupa pembengkakan jaringan di bawah kantong mata, sehingga bola mata
menonjol.6, 15

PATHWAY
 
  Etiologi

Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko karsinoma
tiroid. Terapi radiasi kadang-kadan dilakukan untuk mengecilkan jaringan tonsil dan adenoid yang
membesar, mengobati jerawat, atau mengurangi pembesaran kelenjar timus. Bagi individu yang
terkena rradiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat peningkatan insiden kanker tiroid dalam
5 hingga 40 tahun sesudah penyinaran akibatnya, individu yang menjalanii terapi radiasi harus
berkonsultasi dengan dokter dan meminta pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai bagian dari
pemeriksaan evaluasi, mengikuti terapi yang di anjurkan untuk kelainan pada kelenjar tersebut serta
melajutkann ppemeriksaan umum atau check-up setiap tahun sekali jika semua hasil
pemeriksaannya normal. ( Brunner & Suddarth. 2001)

Patofisiologi

Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium  radio aktif dibandingkan dengan kelenjar tiroid
normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan scintiscan, nodula akan tampak
sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang
dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik ini
memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid
biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak.

Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula yang teraba,
keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan limfadenopati satelit.

Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu
kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan
kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan
fatal. Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris,
folikularis, medularis, dan anaplastik.

Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal, “dingin” pada scan
isotop, dan “padat” pada ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda dengan bagian-bagian kelenjar
lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa “nodul dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas
dari bagian sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai
pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya akan mengungkapkan
nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul
ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna
untuk lesi ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat
ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang
diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.

Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada “vascular stalk”,
dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering
mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler
membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari tonjolan papil disebut
“psammoma body”, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler. Kanker ini biasanya meluas
dengan metastasis dalam  kelenjar dan dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal.
Pada pasien tua, mereka bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea.
Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan penyakit
lokal, dengan invasi kedalam pada leher, lebih jarang kematian bisa disebabka  metastasis paru yang
luas. Pada beberapa penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh
cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab
kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang
dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.

Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil walaupun pembentukan koloid
buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali
dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar
dan menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah
disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan
inti besar yang teratur sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering
tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk
tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang
ini hampir selalu merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini lebih
ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita
yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh
mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.

Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle” yang ditandai dengan sel-sel sendiri-
sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda berisi mitokondria. Mereka
bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan radioiodin. Karsinoma
campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar. Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan
oleh karsinoma folikular dapat digunakan untuk mengikuti perjalanan penyakit.

Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari badan brankial
utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin, serotonir, dan peptida-
peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh
substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam
pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan
imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan suatu pola fibri.

Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi tidak seagresif
kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah bening dan ke dalam otot
sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan
visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi oleh
tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-up. Kira-kira sepertiga karsinoma
medular adalah familial, melibatkan kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II,
sindroma sipple). MEN II ditandai dengan dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan
neuroma multipel pada lidah, bibir, dan usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika
karsinoma medular di diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka
penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dan
anggota diperiksa untuk adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum
setelah stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma
medular. Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus 0,5µg/kg, dan contoh darah vena
diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5
adalah indikatif adanya keganasan. Gen untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan
sekarang memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme panjang
fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota keluarga yang membawa
gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.

Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk karsinoma sel kecil, sel
raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama
dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan
menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat
perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap
pengobatan.  (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka pentingkiranya pasien
diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dananggota diperiksa untuk
adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukurankalsitonin serum setelah stimulasi
pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakanuntuk skrining karsinoma medular. Pentagastrin
diberikan per intravena dalambentuk bolus 0,5µg/kg, dan contoh darah vena diambil pada menit 1,
3, 5, dan 10.Peningkatan abnormal kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatifadanya
keganasan. Gen untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dansekarang memungkinkan
menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik danpolimorfisme panjang fragmen terbatas untuk
identifikasi karier gen sindroma ini.Jadi anggota keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi
dan diperiksasebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.

Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasukkarsinoma sel kecil, sel
raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama
dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktubeberapa minggu atau bulan mulai membesar dan
menghasilkan gejala-gejalapenekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat
perluasan lokalyang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten
terhadappengobatan.

 Tanda klinis

 1.Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) didekat jakun.
Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
2.Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3.Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4.Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukanselama
pemeriksaan fisik

 
5.Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saatmenelan. Ini
terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
6.Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 
1) Pemeriksaan Laboratorium. 
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang
khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan
T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun
jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker
tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh
kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma
meduler. 
2) Radiologis 
a. Foto X-Ray 
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi
trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai kalsifikasi
stipled, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang
kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-
Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan
disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus 
b. Ultrasound 
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini
cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan
murah 
c. Computerized Tomografi 
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara
pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid. 
d. Scintisgrafi 
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold
nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi
untuk memperoleh specimen yang adekuat. 
3) Biopsi Aspirasi 
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik
pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat
sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung
10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler,
karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma medule.
KONSEP KEPERAWATAN

1.      Pola kegiatan sehari - hari

a.      Aktivitas atau istirahat

Gejala          :   Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan, insomnia, kelemahan berat,
gangguan koordinasi

Tanda           :   massa pada tiroid

b.      Sirkulasi

Gejala          : Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik

Tanda         :  peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
syok (krisis tirotoksikosis)

c.         Eliminasi

Gejala         : Urine dalam jumlah banyak, diare.

d.      Integritas / Ego

Gejala           : cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang   berhubungan
dengan kondisi.

Tanda           :  Ansietas peka rangsang

e.       Makanan / Cairan

Gejala         : Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema non-pitting
terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.

Tanda           :   pembesaran thyroid.

f.        Neurosensori

Gejala           : Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status mental dan perilaku, seperti :
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam

Tanda           : koma (tahap lanjut),

g.      Nyeri / Kenyamanan

Gejala             : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

h.      Pernapasan

Gejala            : Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang  sampai tak dapat mengeluarkan
suara

Tanda            :  Sesak napas, suara serak.


i.        Keamanan

Gejala         :   Kulit kering , ulkus kulit

Tanda          :   lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.

j.        Seksualitas

Gejala         :  adanya riwayat monopouse dini

Tanda         :  Hilangnya tanda – tanda seks sekunder

2.      Diagnosa keperawatan

a.       Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif

b.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya metabolisme tubuh

c.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan
atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.

d.      Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.

e.       Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.

f.       Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk terapi

g.      Ansietas b/d faktor fisiologis: status hipermetabolik.


INTERVENSI KEPERAWATAN

N
O
1 Intoleransi Setelah di lakukan tindakan keperawatan cActivity therapy
aktifitas b/d selama..24 jam klien menunjukan aktivitas  Kolaborasikan
kelelahan, sehari-haari dengan baik dengan tenaga
penurunan proses Kriteria Hasil:
rehabilitasi medik
kognitif  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
dalam
tanpa di sertai peningkatan TD,ND,
dan RR merencanakan
 Mampu melakukan aktivitas sehari- program terapi yang
hari  (ADLS) Secara mandiri tepat
 TTV normal  Bantu klien untuk
 Energi psikomotor mengidentivikasi
 Level kelemahan aktivitas yang
 Mampu berpindah: dengan atau mampu di lakukan
tanpa bantuan alat  Bantu untuk
 Status kardiopulmunari adekuat memilih aktivitas
 Sirkulasi status baik konsisten yyyang
 Status respirasi : pertukaran gas dan
sesuai dengan
ventilasi adekuat
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang di
perlukan untuk
aktivitas yang di
inginkan
 Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda
dan krek
 Bantu untuk
mengidentivikasi
aktivitas yang di
sukai
 Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentivikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktifitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spritual

2 Ketidak  Setelah di lakukan tindakan keperawatan  Nutrition


seimbangan selama..24 jam klien menunjukan peningkatan Management
nutrisi kurang dari berat badan Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Criteria Hasil : makanan
b/d lambatnya  Adanya peningkatan berat
metabolisme badan sesuai dengan tujuan  Kolaborasi dengan
tubuh  Berat badan ideal sesuai ahli gizi untuk
dengan tinggi badan   menetukan jumlah
 Mampu mengidentifikasikan kalori dan nutrisi 
kebutuhan nutrisi yang di butuhkan
 Tidak adatanda-tanda pasien
malnutrisi   Anjurkan pasien
 Menunjukan peningkatan untuk meningkatkan
fungsi pengecapan dan protein vitamin C
menelan  Berikan substansi
 Tidak terjadi penurunan berat gula
badan yang berarti  Yakinkan diet yang
di makan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
di konsultasikan
dengan ahli gizi )
 Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang di
butuhkan
Nutrition
Monitoring
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa di
lakukan
 Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
 Monitor lingkungan
selam makan
 Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor turgor kulit 
monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
 Monitor mual dan
muntah
 monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

3 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Suction


nafas tidak efektif selama ... x 24 jam, klien mempertahankan  Monitor tanda-
berhubungan kepatenan jalan nafas dengan tanda respiratori
dengan obstruksi Kriteria hasil distres, sianosis,
akibat adanya  Mengeluarkan/membersihkan takipnea dan nafas
perdarahan atau sekret dan bebas aspirasi. yang berbunyi.
edema pada  Menunjukkan perilaku untuk  Periksa balutan
tempat memperbaiki/memtertahankan leher setiap jam
pembedahan, jalan nafas bersih dalam tingkat pada periode awal
kerusakan saraf kemampuan/situasi post op, kemudian
laringeal atau luka tiap 4 jam.
pada kelenjar  Monitor frekuensi
paratiroid. dan jumlah drainase
serta kekuatan
balutan.
 Periksa sensasi klien
karena keketatan
disekeliling tempat
insisi.
 Pertahankan klien
dalam posisi semi
fowler dengan
diberi kantung
es (ice bag)untuk
mengurangi
bengkak.
 Anjurkan klien
untuk berbicara
setiap 2 jam tanpa
merubah nada atau
keparauan suara.

4 Nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management


berhubungan selama ... x 24 jam klien menunjukkan Nyeri  Lakukan penkajian
dengan edema berkurang/hilang dengan nyeri secara
pascaoperasi. Kriteria Hasil: konprehensif
 Tidak ada rintihan, ekspresi wajah termasuk lokasi,
rileks, karakteristik, durasi,
 melaporkan nyeri dapat frekuensi, kualitas
berkurang/hilang. Dari skala 7 dan faktor
berkurang menjadi 2. presipitasi.
 Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
 Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
 Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.
 Analgesic
Administration
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu.
 Tentukan
pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.

5 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Communication


komunikasi …..24 jam klien menunjukkan berkomunikasi Enhancement
berhubungan dengan baik dengan  Antisipasi kebutuhan
dengan cedera Kriteria hasil : sebaik mungkin,
pita suara.  Mampu menciptakan metode kunjungi pasien
komunikasi dimana kebutuhan dapat secara teratur.
dipahami.  Gunakan
 Gerakan terkoordinasi : mampu penerjemah jika
menkoordinasi gerakan dalam diperlukan
menggunakan isyarat.  Dorong pasien untuk
berbicara secara
perlahan
 Pertahankan
lingkungan yang
tenang
 Anjurkan untuk tidak
berbicara terus
menerus.
 Kolaborasikan
dengan dokter obat
obat yang
diperlukan untuk
meringankan rasa
nyeri
6 Defisiensi Setelah di lakukan tindakan keperawatan Teaching : disease proses
pengetahuan b/d selama..24 jam klien menunjukan peningkatan  Berikan penilaian
kurang informasi pengetahuan tentang tingkat
tentang program Kriteria Hasil : pengetahuan pasien
untuk pengobatan  Pasien dan keluarga menyatakan tentang proses
untuk terapi pemahaman tentang penyakit, penyakit yang
kondisi, prognosis dan program spesifik
pengobatan  Jelaskan
 Pasien dan keluarga mampu patofisiologi dari
melaksanakan prosedur yang di penyakit dan
jelaskan secara benar bagaimana hal ini
 Pasien dan keluarga mampu berhubungan
menjelaskan kembali apa yang di dengan anatomi dan
jelaskan perawat / tim kesehatan fisiologi ,  dengan
lainnya cara yang tepat
 Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit, dengan
cara yang tepat
 Gambarkan proses
penyakit , dengan
cara yang tepat

 Identivikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
 Sediakan informasi
pada pasien tentang 
kondisi, dengan cara
yang tepat
 Hindaro jaminan
yang kosong
 Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
  Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan

7 Ansietas b/d Setelah di lakukan tindakan keperawatan Anxiety Reducation


faktor fisiologis: selama..24 jam klien menunjukan sikap ( penurunan kecemasan )
status kontrol emosi  Gunakan pendekatan
hipermetabolik Kriteria Hasil : yang menenangkan
 Klie mampu mengidentifikasi dan   Nyatanya dengan jelas
mengungkapkan gejala cemas harapan terhadap
 Mengidentifikasi, mengungkapkan pelaku pasien
dan menunjukan teknik untuk  Jelaskan semua
mengontrol cemas prosedur dan apa
 Vital sign dalam batas normal yang di rasakan
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa selama prosedur
tubuh dan tingkat aktivitas  Pahami prespektif
menunjukan berkurangnya pasien terhadap
kecemasan situasi stress
 Temani pasien untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
 Dorong keluarga
untuk menemani anak
 Lakukan back / neck
rub
 Dengarkan dengan
penuh perhatian

 Identifikasi  tingkat
kecemasanBantu
pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

TINJAUAN KASUS
Laporan Kasus

Seorang perempuan usia 30 tahun, masuk RS di hantar oleh keluarganya dengan keluhan adanya
benjolan pada leher sejak 3 bulan yang lalu dan semakin membesar, suara serak, stridor vokal, bruit,
gaduh dan gelisah dan aneroksia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa pada tiroid dan nodul
keras pada kelenjar tiroid. Bila klien menelan terasa ada yang menjanggal. Pemeriksaan fisik
ditemukan TTV: TD 120/80 mmhg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 37º, turgor baik. Klien nampak cemas
dan kwatir dengan benjolan yang ada di lehernya yang semakin membesar. Klien nampak gelisah.
Klien di anjurkan untuk melakukan USG, kemotrapi dan harus segera dilakukan triodektomi total.

A.    Pengkajian

1.      Biodata

Nama               :  Ny. R

Umur               : 30 tahun

Jenis kelamin   : Perempuan

Agama             : -

Pekerjaan         : -

Pendidikan      : -

Alamat                        : -

2.      Riwayat Kesehatan

a.    Riwayat kesehatan sekarang

1.      Keluhan Utama

Terdapat benjolan pada leher yang semakin membesar.

b.   Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan terdapat benjolan pada bagian leher sejak 3 bulan yang lalu yang semakin
membesar.

3.      Pemeriksaan Head To Tue

1.      Kepala       : -

2.      Mata         

Inspeksi     : -
Palpasi       : -

3.      Hidung      : -

4.      Mulut        : -

5.      Telinga      : -

6.      Leher

Inspeksi     : Terdapat benjolan pada leher

Palpasi       : Terdapat Massa, Terdaat nodul pada kelenjar tiroid

7.      Kulit

Inspeksi     : turgor baik

Palpasi       : -

8.      Abdomen  : -

9.      Ekstermitas

Inspeksi     : -

Palpasi       : -

4.   Kesadaran

            Compos Mentis (15)

B.     Pemeriksaan Penunjang

a.      Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus,
kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-
kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human
Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi
baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar
kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

b.      Radiologis

1.      Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi
trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler
dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,
sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi
juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga
dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka
foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

2.      Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti
antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid

C.    Klasifikasi Data

Data Subjective

Ø  Klien mengatakan ada benjolan pada leher sejak 3 bulan yang lalu dan semakin membesar

Ø  Klien mengatakan sulit untuk menelan

Ø  Klien mengatakan suara serak

Ø  Klien mengatakan gaduh gelisah dan aneroksia

Data Objective

Ø  Terdapat massa pada tiroid

Ø  Terdapat nodul keras pada kelenjar tiroid

Ø  Klien nampak cemas

Ø  Klien nampak gelisah

D.    Analisa Data

Data Fokus Etiologi Problem


DS: - Difisiensi Iodium Pola nafas tidak efektif
-          klien mengatakan ada -Disfungsi TRH
benjolan di leher hipotalamus
DO: -TSH meransang tiroid
-          terdapat nodul yang keras untuk mensekresi T3
pada kelenjar tiroid -Pembesaran pada
tiroid, nodul yang keras
-Menekan struktur di
leher (Trakhea)
-Gangguan respirasi
-Depresi ventilasi
-Pola nafas tidak efektif
DS :  Difisiensi Iodium Bersihan jalan nafas tidak
-          Klien  mengatakan suara Disfungsi TRH hipotalamus efektif
serak  
-       Klien mengatakan ada
benjolan pada leher
DO:  TSH meransang tiroid untuk
-          Terdapat nodul keras pada mensekresi T3
kelenjar tiroid  

Pembesaran pada tiroid nodul


yang keras

Penekanan pada trakhea

Penurunan refleks batuk


 

Akumulasi sekret
(suara serak)

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

DS: Difisiensi Iodium Nutrisi kurang dari kebutuhan


-          klien mengatakan ad tubuh
yang mengganjal ketika TSH meransang tiroid untuk
menelan mensekresi T3
-           Klien mengatak ada
benjolan di leher Pembesaran pada tiroid, nodul
DO: yang keras
-          Terdapat nodul keras
pada kelenjar tiroid Kesulitan menelan
-          Terdapa massa pada  
tiroid

Intake nutrisi kurang


Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh

DS: Difisiensi Iodium Hambatan Komunikasi


-          Klien mengatakan suara
serak TSH meransang tiroid untuk
-          Klien mengatakan ada mensekresi T3
benjolan pada leher  
DO:
-          Terdapat nodul yang
keras pada kelenjar tiroid Pembesaran pada tiroid, nodul
-          Terdapat stridor vokal yang keras
-          Terdapat massa pada  
tiroid.

Menekan struktur di leher


 

Kolapsnya pita suara


 

Hambatan komuunikasi

DS: Difisiensi Iodium Ansietas


-          klien mengatakan ada
benjolan di leher
-           Klien mengatakan gaduh TSH meransang tiroid untuk
dan gelisah mensekresi T3
DO:
-          klien nampak cemas dan
Pembesaran pada tiroid nodul
kwatir terhadap benjolan yang
ada di lehernya yang keras
-       Klien nampak gelisah
Penyakit kronik
(Ca. Tiroid)

Tidak tau kondisi dan


pengobatan

Stress Psikologis

Ansietas
E.     Diagnosa Keperawatan

a.       Ketidakefektifan pola  nafas b/d adanya nodul  ditandai dengan

      DS             : - klien mengatakan ada benjolan di leher dan suara serak

      DO            : - terdapat nodul yang keras pada kelenjar tiroid

                       

b.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d dispneu (sesak napas) yang di tandai dengan :

      DS             :  -  Klien  mengatakan suara serak

-    Klien mengatakan ada benjolan pada leher

            DO            :  - Terdapat nodul keras pada kelenjar tiroid

c.       Ketidakseimbanngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya massa pada tiroid
ditandai dengan

      DS             : -   klien mengatakan ad yang mengganjal ketika menelan

-       Klien mengatak ada benjolan di leher

      DO                  : -  Terdapat nodul keras pada kelenjar tiroid

-       Terdapa massa pada tiroid

d.      Hambatan  komunikasi b/d terjepitnya pita suara ditandai dengan

      DS             : - Klien mengatakan suara serak

-       Klien mengatakan ada benjolan pada leher

      DO            :-  terdapat stridor vokal

-       Terdapat massa pada tiroid.

e.       Ansietas b/d kecemasan ditandai dengan

      DS             : -  klien mengatakan ada benjolan di leher

-       Klien mengatakan gaduh dan gelisah

      DO                  : -  klien nampak cemas dan kwatir terhadap benjolan yang ada

                             di lehernya


-       Klien nampak gelisah

NO Diagnosa Noc (Tujuan) Nic (Intervensi)


1 Ketidakefektifan pola  nafas b/d adanya Setelah dilakukan Airway Management
nodul  ditandai dengan tindakan keperawatan ·      Buka jalan nafas
DS: selama 2 kali dalam 24 ·      Posisikan pasien
-          klien mengatakan ada benjolan di jam klien menunjukkan untuk memaksimalkan
leher dan suara serak kepatenan jalan nafas ventilasi
DO: dengan kriteria hasil: ·      Lakukan fisiotrapi
-           terdapat nodul yang keras pada ·      Tidak ada sianosis dada bila perlu
kelenjar tiroid dan dyspneu ·      Auskultasi suara
·      Menunjukkan jalan nafas, catat adanya
nafas yang paten (klien suara tambahan
tidak merasa tercekik) ·      Atur intake untuk
·      TTV dalam rentang cairan
normal. mengoptimalkan
keseimbangan.
Oxygen Teraphy
·      Pertahankan jalan
nafas yang paten
·      Pertahankan posisi
pasien
·      Observasi adanya
tanda hipoventilasi
Vital Sign Monitoring
·      Monitor TTV
·      Monitor kualitas
dari nadi
·      Monitor frekuensi
dan irama pernafasan
·      Monitor suara paru
·      Monitor suara paru
abnormal.

2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Setelah dilakukan Airway Suction


dispneu (sesak napas) yang di tandai tindakan keperawatan ·         Monitor tanda-
dengan selama  2x 24 jam, tanda respiratori
DS : klien menunjukkan distres, sianosis,
-          Klien  mengatakan suara serak kepatenan jalan nafas takipnea dan nafas
-          Klien mengatakan ada benjolan pada dengan yang berbunyi.
leher Kriteria hasil ·         Periksa balutan
DO:  ·        Mengeluarkan/m leher setiap jam pada
-           Terdapat nodul keras pada kelenjar embersihkan sekret periode awal post op,
tiroid dan bebas aspirasi. kemudian tiap 4 jam.
·         Menunjukkan ·         Monitor
perilaku untuk frekuensi dan jumlah
memperbaiki/memper drainase serta
tahankan jalan nafas kekuatan balutan.
bersih dalam tingkat ·         Periksa sensasi
kemampuan/situasi klien karena keketatan
disekeliling tempat
insisi.
·         Pertahankan
klien dalam posisi semi
fowler dengan diberi
kantung es (ice
bag)untuk mengurangi
bengkak.
·         Anjurkan klien
untuk berbicara setiap
2 jam tanpa merubah
nada atau keparauan
suara.

3 Ketidakseimbanngan nutrisi kurang dari Setelah di lakukan Nutrition


kebutuhan tubuh b/d adanya massa pada tindakan keperawatan Management
tiroid ditandai dengan selama3 kali 24 jam ·   Kaji adanya alergi
DS: klien menunjukan makanan
-          klien mengatakan ad yang peningkatan berat ·   Kolaborasi dengan
mengganjal ketika menelan badan ahli gizi untuk
-           Klien mengatak ada benjolan di Criteria Hasil : menetukan jumlah
leher ·      Adanya kalori dan nutrisi  yang
DO: peningkatan berat di butuhkan pasien
-           Terdapat nodul keras pada kelenjar badan sesuai dengan ·   Anjurkan pasien
tiroid tujuan untuk meningkatkan
-          Terdapat massa pada tiroid ·      Berat badan ideal protein vitamin C
sesuai dengan tinggi ·   Berikan substansi
badan   gula
·      Mampu ·   Yakinkan diet yang di
mengidentifikasikan makan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
·      Tidak adatanda- mencegah konstipasi
tanda malnutrisi ·   Berikan makanan
·      Menunjukan yang terpilih ( sudah di
peningkatan fungsi konsultasikan dengan
pengecapan dan ahli gizi )
menelan ·   Ajarkan pasien
·      Tidak terjadi bagaimana membuat
penurunan berat catatan makanan
badan yang berarti harian
·   Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
·   Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
·   Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang di butuhkan

Nutrition Monitoring
·  BB pasien dalam
batas normal
·  Monitor adanya
penurunan berat
badan
·  Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa di lakukan
·  Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
·  Monitor lingkungan
selam makan
·  Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
·  Monitor turgor kulit 
monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
·  Monitor mual dan
muntah
·  monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
·  Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
·  Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

4 Hambatan komunikasi b/d terjepitnya pita Setelah dilakukan Communication


suara ditandai dengan tindakan keperawatan Enhancement
DS: 3 kali 24 jam klien ·         Antisipasi
-          Klien mengatakan suara serak menunjukkan kebutuhan sebaik
-         Klien mengatakan ada benjolan pada berkomunikasi dengan mungkin, kunjungi
leher baik dengan pasien secara teratur.
DO: Kriteria hasil : ·         Gunakan
-           terdapat stridor vokal ·         Mampu penerjemah jika
-          Terdapat massa pada tiroid. menciptakan metode diperlukan
komunikasi dimana ·         Dorong pasien
kebutuhan dapat untuk berbicara secara
dipahami. perlahan
·         Gerakan ·         Pertahankan
terkoordinasi : mampu lingkungan yang
menkoordinasi tenang
gerakan dalam ·         Anjurkan untuk
menggunakan isyarat. tidak berbicara terus
menerus.
·         Kolaborasikan
dengan dokter obat
obat yang diperlukan
untuk meringankan
rasa nyeri

5 Ansietas b/d kecemasan ditandai dengan Setelah di lakukan Anxiety Reducation


DS: tindakan keperawatan ( penurunan
-        klien mengatakan ada benjolan di selama..24 jam klien kecemasan )
leher menunjukan sikap ·    Gunakan
-        Klien mengatakan gaduh dan gelisah kontrol emosi pendekatan yang
DO: Kriteria Hasil : menenangkan
-           klien nampak cemas dan kwatir ·    Klie mampu ·    Nyatanya dengan
terhadap benjolan yang ada di lehernya mengidentifikasi dan  jelas harapan terhadap
-          Klien nampak gelisah mengungkapkan gejala pelaku pasien
cemas ·    Jelaskan semua
·    Mengidentifikasi, prosedur dan apa yang
mengungkapkan dan di rasakan selama
menunjukan teknik prosedur
untuk mengontrol ·    Pahami prespektif
cemas pasien terhadap situasi
·    Vital sign dalam stress
batas normal ·    Temani pasien
·    Postur tubuh, untuk memberikan
ekspresi wajah, bahasa keamanan dan
tubuh dan tingkat mengurangi takut
aktivitas menunjukan ·    Dorong keluarga
berkurangnya untuk menemani anak
kecemasan ·    Lakukan back / neck
rub
·    Dengarkan dengan
penuh perhatian
·    Identifikasi  tingkat
kecemasan
·    Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
·    Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
·    Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
·    Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
https://www.google.com/search?
source=hp&ei=Cn9tXN68NNHprQHzqJLIBw&q=asuhan+keperawatan+kanker+kelenjar+tiroid&oq=As
uhan+keperawatan+kangker+kelenjar+&gs_l=psy-
ab.1.1.33i22i10i29i30l4.1705.22859..24960...7.0..0.139.2937.38j3......0....1..gws-
wiz.....0..0i131j0j0i22i10i30j0i13j0i13i30j0i13i5i30j0i8i13i30j33i22i29i30.Y15Wx6ChEec

https://www.google.com/search?
biw=1366&bih=633&ei=PkZtXJXuOIm7rQG94oLgDQ&q=ETIOLOGIKANGKER+kelenjar+tiroid&oq=ETI
OLOGIKANGKER+kelenjar+tiroid&gs_l=psy-
ab.3...21358.26243..26975...0.0..0.245.843.5j0j2......0....1..gws-wiz.......0i71j0i13.ovfH45k5_ME

Anda mungkin juga menyukai