0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
77 tayangan35 halaman
Kelenjar tiroid terletak di depan laring dan terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Ia mengandung ribuan folikel yang menghasilkan hormon tiroid T3 dan T4 melalui proses penangkapan iodin, sintesis tirosin, dan ikatan iodin pada tirosin. Hormon-hormon ini kemudian dilepaskan ke darah.
Kelenjar tiroid terletak di depan laring dan terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Ia mengandung ribuan folikel yang menghasilkan hormon tiroid T3 dan T4 melalui proses penangkapan iodin, sintesis tirosin, dan ikatan iodin pada tirosin. Hormon-hormon ini kemudian dilepaskan ke darah.
Kelenjar tiroid terletak di depan laring dan terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Ia mengandung ribuan folikel yang menghasilkan hormon tiroid T3 dan T4 melalui proses penangkapan iodin, sintesis tirosin, dan ikatan iodin pada tirosin. Hormon-hormon ini kemudian dilepaskan ke darah.
Kata thyroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya. Berat kelenjar thyroid bervariasi antara 20-30 gr, rata- rata 25 gr Kelenjar thyroid terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra C5-T1 Dengan adanya ligamentum suspensorium Berry kelenjar thyroidea ditambatkan ke cartilage cricoidea dari facies posteromedial kelenjar. Jumlah ligamentum ini 1 di kiri dan kanan. Fungsinya sebagai ayunan/ gendongan kelenjar ke larynx dan mencegah jatuh/ turunnya kelenjar dari larynx, terutama bila terjadi pembesaran kelenjar Dsibungkus oleh 2 kapsul : 1. Outer false capsule : Berasal dari lamina pretracheal fascia cervicalis profunda yang akan berlanjut ke inferior menjadi lapisan tipis yang akan bergabung dengan lapisan fibrosa jantung pada bagian anterior 2. Inner true capsule : dibentuk oleh kondensasi jaringan fibroareolar kelenjar thyroidea. Pada celah antara kedua capsule tersebut didapati kelenjar parathyroidea, pembuluh darah vena yang luas dan banyak.Tiroid terdiri atas lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Isthmus meluas melintasi garis tengah di depan cincin trachea 2, 3, dan 4. Panjang dan lebarnya kira- kira 1,25 cm dan biasanya di anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah. Sering terdapat lobus pyramidalis, yang menonjol ke atas dari isthmus, biasanya ke sebelah kiri garis tengah. Sebuah pita fibrosa atau muskular sering menghubungkan lobus pyramidalis dengan os hyoideum. Bila pita ini muscular, disebut m. Levator
Batas-batas lobus Anterolateral M. sternohyoideus, m. omohyoideus, m. sternohyoideus, dan pinggir anterior m. sternocleidomastoideus. Posterolateral Selubung carotis dengan a. carotis communis, v. jugularis interna, dan n. vagus Medial Larynx, trachea, pharynx, dan oesophagus. Dekat dengan struktur-struktur ini adalah m. cricothyroideus dan suplai sarafnya, n. laryngeus externus. Di alur antara oesophagus dan trachea terdapat n. laryngeus recurrens.
Pinggir posterior masing-masing lobus yang bulat berhubungan di posterior dengan glandula parathyroidea superior dan inferior dan anastomosis antara a. thyroidea superior dan inferior. Batas-Batas Isthmus Anterior M. sternothyroideus, m. sternohyoideus, v. jugularis anterior, fascia, dan kulit Posterior Cincin trachea 2, 3, dan 4
Vaskularisasi Glandula Thyroidea A. Thyroidea Superior cabang dari a. carotis externa, berjalan turun menuju kutub atas setiap lobus, bersama dengan n. laryngeus externus A. Thyroidea inferior cabang dari truncus thyrocervicalis, berjalan ke atas di belakang glandula sampai setinggi cartilago cricoidea. Kemudian membelok ke medial dan bawah untuk mencapai pinggir posterior glandula A. Thyroidea ima jika ada, dapat merupakan cabang dari a. brachiocephalica atau arcus aortae. Berjalan ke atas di depan trachea menuju isthmus V. Thyroidea superior bermuara ke v. jugularis interna V. Thyroidea media bermuara ke v. jugularis interna V. Thyroidea inferior menampung darah dari isthmus dan kutub bawah kelenjar. V. thyroidea inferior dari kedua sisi beranastomosis satu dengan lainnya pada saat mereka berjalan turun di depan trachea. Vena-vena ini akan bermuara ke dala v. brachiocephalica sinistra
Aliran Limfe 1. Ascending Lymphatic a. Media, mengalir ke prelaryngeal lymph (A) node yang terletak pada membrane cricothyroidea b. Lateral, mengalir ke Jugulo-digastric (E) dari nodulus limfatikus servikal dalam. 2. Descending Lymphatic a. Medial, mengalir ke pretracheal (B) grup di trachea b. Lateral, Sebagian nodulus ini bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus Persarafan di Daerah Leher Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus)
Mikroskopis Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid, yang terletak di daerah servikal, anterior terhadap laring, terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh suatu isthmus. Jaringan tiroid terdiri atas ribuan folikel yang mengandung bulatan berepitel selapis dengan lumen berisikan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid. Pada sediaan, sel-sel folikel berbentuk gepeng sampai silindris dan folikel mempunyai diameter yang sangat bervariasi. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan ikat longgar yang menjulurkan septa ke dalam parenkim. Septa ini berangsur-angsur menipis dan mencapai semua folikel, yamg saling terpisah oleh ikatan jaringan ikat halus tak teratur yang terutama terdiri datas serat retikulin. Tiroid pengatur utama status anatomi dan fungsional kelenjar tiroid adalah hormon perangsang-tiroid (tirotropin), yang dihasilkan hipofisis anterior. Tampilan morfologi folikel tiroid bervariasi berdasarkan bagian kelenjar dan aktivitas fungsionalnya. Pada kelenjar yang sama, folikel yang lebih besar penuh dengan koloid dan mempunyai epitel kuboid atau gepeng, dan dijumpai bersebelahan dengan folikel yang dilapisi epitel silindris. Meskipun ada variasi ini, kelenjar dikatakan hipoaktif bila komposisi rata-rata folikel ini berupa epitel gepeng. Tirotropin merangsang sintesis hormon tiroid sehingga epitel folikel tersebut meninggi. Keadaan ini diikuti pengurangan jumlah koloid dan ukuran folikel. Membran basal sel-sel folikel memiliki banyak reseptor tirotropin. Epitel tiroid terdapat di atas lamina basal. Epitel folikel memiliki semua ciri sel yang secara serentak menyintesis, menyekresi, mengabsorpsi, dan mencerna protein. Bagian basal sel-sel ini kaya akan retikulum endoplasma kasar. Intinya biasanya bulat terletak di pusat sel. Kutub apikal memiliki kompleks Golgi yang jelas dan granula sekresi kecil dengan ciri morfologi koloid folikel. Di daerah ini terdapat banyak lisosom yang berdiameter 0,5-0,6m, dan beberapa fagosom besar. Membran sel kutub apikal memiliki cukup banyak mikrovili. Mitokondria dan sisterna retikulum endoplasma kasar tersebar di seluruh sitoplasma. Jenis sel lain, yaitu sel parafolikel atau sel C, terdapat sebagai bagian dari epitel folikel atau sebagai kelompok tersendiri di antara folikel-folikel tiroid. Sel parafolikel agak lebih besar dan terpulas kurang kuat (lebih pucat) dibandingkan dengan folikel tiroid. Sel parafolikel mengandung sedikit retikulum endoplasma kasar, mitokondria panjang dan kompleks Golgi yang besar. Ciri yang paling mencolok dari sel ini adalah banyaknya granula kecil berisi hormon (berdiameter 100-180 nm). Sel-sel ini berfungsi membuat dan menyekresikan kalsitonin, yakni suatu hormon yang pengaruh utamanya adalah penurunan kadar kalsium darah dengan cara menghambat resorpsi tulang. Sekresi kalsitonin dipacu oleh peningkatan kadar kalsium darah.
Memahami dan Menjelaskan Hormon Tiroid Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Sintesis dan sekresi dari T4 dan T3 sebagi berikut: 1. Iodine trapping. Sel folikular tiroid menangkap ion iodida (I - ) dengan cara aktif transpot dari darah ke dalam sitisol. Normalnya kelanjar tiroid terdiri atas banyak ion iodida di tubuhnya. 2. Synthesis of thyroglobulin. Ketika sel folikular menangkap I - , kelenjar tiroid juga mensintesa tiroglobulin (TGB). TGB adalah glikoprotein besar dimana diproduksi di RE kasar, lalu dimodifikasi di komplek Golgi, dan dibungkus kedalam vesikel sekretori. Vesikel tadi mengalami eksositosis, dimana mengelurakan TGB ke dalam lumen folikel. Material tadi mengalami akumulasi di dalam lumen yang dan disebut kolid. 3. Oxidation of iodide. Beberapa asam amino dalam TGB yaitu tirosin dimana akan menjadi diiodinasikan. Tetapi, muatan ion iodida yang negatif tidak dapat berikatan dengan tirosin hingga mengalami oksidasi (pemindahan elektron) menjadi iodin: 2I - I 2 . Enzim yang mengkatalase reaksi ini adlah peroksidase. Setelah ion iodida dioksidasi, lalu masuk melalui membran ke dalam tiroid. 4. Iodination of thyrosine. Setelah molekul iodin (I 2 ) terbentuk, molekul ini berreaksi dengan tirosin dimana menjadi bagian dari molekul tiroglobulin yang terdapat di koloid. Jika satu atom iodin yang berikatan menjadi monoiodotirosin (T 1 ) sedangkan dua atom yang berikatan menjadi diioditirosin (T 2 ). 5. Coupling of T 1 and T 2 . Tahap terakhir dari sintesa hormon tiroid ini adalah pemasangan dua molekul T 2 menjadi T 4 atau satu molekul T 1 dengan satu molekul T 2 menjadi T 3 . 6. Pinocytosis and digestion of colloid. Droplet kolodi kembali masuk kedalam sel folikular dengan cara pinositosis dan dileburkan ikatannya dengan enzim yang dikeluarkan oleh lisosom. Enzim penernaan mengkatabolisme TGB, sehingga T 3 dan T 4 tidak terikat dengan apapun. 7. Secretion of thyroid hormones. Karena T 3 dan T 4 adalah larut dalam lipid maka hormon tesebut berdifusi melalui membran plasma ke dalam cairan interstisial dan juga ketika masuk ke dalam darah. Normalnya kuntitas T 4 lebih banyak daripada T 3 , tetapi terkadang T 3 lebih berpotensi. Dan lagi, setelah T 4 masuk ke dalam sel tubuh, sebagian besar akan dirubah menjadi T 3 dengan membuang satu iodin. 8. Transport in the blood. Lebih dari 99% baik T 3 maupun T 4 berikatan dengan protein transport dalam darah, terutama dengan thyrosine-binding globulin (TGB).
Kira-kira dari tirosin yang telah diiodinasi di dalam tiroglobulin tidak akan pernah menjadi hormon tiroid, tetapi akan tetap sebagai monoiodotirosin atau diiodotirosin. Selama terjadi proses pencernaan molekul tiroglobulin untuk melepaskan T3 dan T4, tirosin yang telah mengalami iodinasi ini juga dilepaskan dari sel-sel tiroid. Akan tetapi, tirosin ini tidak diekskresikan ke dalam darah, melainkan dengan bantuan enzim deiodenase, iodium dilepaskan dari tirosin sehingga akhirnya membuat semua iodium ini cukup tersedia di dalam kelenjar untuk membentuk hormon tiroid kembali. Pelepasan T3 dan T4 dari kelenjar tiroid : 1. Permukaan apikal sel-sel tiroid menjulurkan psedopodia mengelilingi sebagian kecil koloid, sehingga terbentuk vesikel pinositik yang masuk ke bagian apeks dari sel-sel tiroid. 2. Lisosom bergabung dengan vesikel-vesikel tersebut untuk membentuk vesikel digestif yang mengandung enzim-enzim pencernaan yang berasal dari lisosom yang sudah bercampur dengan koloid. 3. Proteinase yang ada diantara enzim-enzim ini akan mencernakan molekul-molekul tiroglobulin dan akan melepaskan T3 dan T4. 4. T3 dan T4 berdifusi melewati bagian basal dari sel-sel tiroid ke pembuluh darah kapiler yang ada disekelilingnya (dilepaskan ke darah). Tiap molekul tiroglobulin mengandung 1-3 molekul T4, dan rata-rata terdapat 1 molekul T3 untuk setiap 14 molekul T4. Dalam bentuk ini, homon tiroid disimpan di dalam folikel dalam jumlah yang cukup untuk mensuplai tubuh dengan kebutuhan normal tubuh terhadap hormon tiroid selama 1-3 bulan. Oleh karena itu, bila sintesis hormon tiroid terhenti, efek akibat defisiensi hormon tersebut belum tampak untuk beberapa bulan. Metabolisme Hormon Tiroid Sampai Keluar Tubuh Apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T 3 dan T 4 , yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T 3 dan T 4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya . Iodium dimakan lalu dirubah menjadi iodine, kemudian iodine masuk ke kelenjar tiroid untuk mengalami proses biosintesis hormon tiroid. Dalam biosintesis hormon tiroid, iodine di oksidasi menjadi iodide. Setelah melalui proses biosintesis, kelenjar tiroid mensekresikan hormon T4 dan T3, yang bebas. Didalam darah, hormon tersebut kebanyakan berikatan dengan protein transport, dan ada yang bebas memiliki fungsi dalam feedback control, aksi dalam jaringan, dan metabolisme hormon. Namun, hormon bebas dan yang berikatan memiliki suatu keseimbangan. Hormon T3 yang bebas kemudian masuk kedalam sel dan mengalami metabolisme. Hasil akhir metabolisme adalah tyrosine dan iodide didalam peredaran darah, jika tempat bekerjanya adalah sel hati, tyrosine dan iodide akan terbuang melalui cairan empedu lalu terbawa feses. Jika tyrosine dan iodide dalam darah tertangkap oleh kelenjar tiroid, maka mereka akan mengalami proses biosintesis kembali, jika tidak mereka akan terbawa ke ginjal dan dibuang melalui urine. 1. Sebagian besar dengan glucoronidation di liver eksresinya melalui empedu 2. Lebih sedikit dengan sulfation dan deiodinase di liver dan ginjal 3. Dekarboksilasi atau pemecahan ikatan ether inactive compound 4. Deaminasi alanine side chain membentuk thyroacetic acid derivative dengan aktivasi biologis yang rendah 5. Di liver terjadi penambahan sugar-adding enzyme agar lebih water-soluble
Kontrol Hormon Tiroid Ada dua foktor utama yang mengotrol ukuran dan aktifitas sekresi dari kelenjar tiroid. 1. Pertama walaupun iodin dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid, konsentrasi iodin yang tinggi di darah dapat menekan pengeluaran hormon tiroid. 2. Kedua thyroid-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus dan thyroid-stimulating hormone (TSH) dari pituitasi anterior menstimulasi sintesa dan pengeluaran hormon tiroid. Adapun mekanisme dari regulasi sekresi dan aksi hormon tiroid sebagai berikut : 1. Penurunan kadar T 3 dan T 4 atau penuruna metabilic rate menstimulasi hipotalamus untuk mengeluarkan TRH. 2. TRH masuk melalui vena portal hipofiseal dan mengalir ke pituitari anterior, dimana menstimulasi tirotrop untuk mensekresikan TSH. 3. TSH menstimulus seluruh aspek aktifitas sel folikular tiroid, termasuk iodine trapping, sintesa hormon, dan sekresi, dan pertumbuhan sel folikular. 4. Sel folikular tiroid mengeluarkan T 3 dan T 4 kedalam darah hingga metabolic rate kembali normal. 5. Peningkatan kadar T 3 menginhibisi pengeluaran TRH dan TSH (efek umpan balik negatif).
Efek TSH Terhadap Kelenjar Tiroid 1. Meningkatkan proteolisis : Berhubungan dengan terlepasnya hormon hormon kelenjar tiroid 2. Meningkatkan aktivitas pompa yodium ; Meningkatkan kecepatan iodide traping 3. Meningkatkan oidinasi tirosin : Meningkatkan pembentukan hormon tiroid 4. Meningkatkan ukuran dan aktifitas sekretorik sel tiroid sehingga banyak pembentukan hormon tiroid 5. Meningkatkan jumlah sel sel tiroid sehingga banyak sel sel yang mensekresi hormon tiroid
Pengangkutan Hormon Tiroid Sebagian besar T 3 (triiodothyronine) dan T 4 (thyroxine) bersirkulasi dalam darah terikat dengan protein plasma. Hanya 0,04% T 4 dan 0,4% T 3 yang tidak terikat (bebas). 1. Thyroxine-Binding Globulin (TBG) a. merupakan liver-derived glycoprotein b. memiliki single binding site untuk T 4 atau T 3
c. konsentrasi dalam serum : 15-30 g/ml (280-560 nmol/L) d. memiliki afinitas yang tinggi untuk T 4 dan T 3 sehingga memungkinkan untuk membawa 70% dari hormon tiroid yang bersirkulasi 2. Transthyretin (Thyroxine-Binding Prealbumin/TBPA) a. merupakan 55-kDa globular polipeptida b. mengikat 10% dari T 4 yang bersirkulasi c. afinitas terhadap T 4 10 kali lipat lebih tinggi daripada terhadap T 3
3. Albumin a. mengikat T 4 dan T 3 dengan afinitas yang lebih rendah daripada TBG atau TBPA b. karena konsentrasi albumin dalam darah tinggi, maka albumin mentransport 15% dari T 4 dan T 3 yang bersirkulasi. Setiap kelenjar tiroid mensekresikan T4 100 nmol, t3 5 nmol, rt3 < 5nmol. Ketiganya akan berikatan dengan protein karier sebanyak 99% .Jumlah free T4 = 0,004 dari T4. Free T3 = 0,4% dari T3. Hormon bebas adalah penyebab dari aktifasi hormon yaitu sebagai kontrol umpan balik, kerja jaringan , metabolisme, eksresi.
Thyroid secretion free T 4 : 0,04% feedback control T 3 : 0,4% tissue action hormone metabolism fecal excretion
protein bound T 4 : 99,96% 70-75% TBG 15-20% TBPA have no biologic 5-10% albumin activity T 3 : 99,6% 70-75% TBG 25-30% albumin
Parameter Thyroxine Binding Globulin (TBG) Thyroxine Binding Prealbumin Albumin Afinitas Tinggi pada T3 dan T4 T4 > T3 T4 = T3 Konsentrasi dalam plasma 0,27 mol/L 4,6 mol/L 640 mol/L Dissosiasi (pelepasan - cepat cepat Keteranga lain Mengikat 70% thyroid hormone pada sirkulasi Ketika jenuh dapat mengangkut 20 g/dl Mengikat 10% T4 pada sirkulasi Karena konsentrasi yang tinggi dalam serum, albumin mengangkut 15% T3&T4 pada sirkulasi Fungsi Hormon Tiroid JARINGAN TARGET EFEK MEKANISME Jantung Kronotropik Meningkatkan jumlah dan afinitas reseptor -adrenergik Intropik Meningkatkan respons terhadap katekolamin dalam sirkulasi Meingkatkan proporsi rantai berat miosin (dengan aktivasi ATPase lebih tinggi) Jaringan adiposa Katabolik Merangsang lipolisis Otot Katabolik Meningkatkan pemecahan protein Tulang Perkembangan Meningkatkan pertumbuhan normal da \n perkembangan skeletal Sistem saraf Perkembangan Meningkatkan perkembangan otak normal Usus Metabolik Meningkatkan absorpsi karbojidrat Lipoprotein Metabolik Merangsang pembentuka reseptor LDL Lain-lain Kalorigenik Merangsang konsumsi oksigen oleh jaringan yang aktif secara metabolis (pengecualian: testis, uterus kelenjar getah bening, limpa, hipofisis anterior) Meningkatkan laju metabolisme
1. Efek pada Kardiovascular a. Aliran darah & curah jantung i. Meningkatnya metabolisme dalam jaringan dapat mempercepat pemakaian oksigen dan meningkatkan jumlah produk akhir metabolisme yang dilepaskan dari jaringan. ii. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Akibatnya meningkatkan curah jantung. iii. Curah jantung meningkat sampai 60% atau lebih di atas normal bila kelebihan hormone thyroid, dan turun sampai 50% dari normal bila hypothyroidism yang berat. b. Frekuensi denyut jantung i. Hormon thyroid berpengaruh langsung padi eksitabilitas jantung, sehingga dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung. ii. Efek ini sangat penting, karena frekuensi denyut jantung salah satu tanda fisik yang sangat peka. c. Kekuatan denyut jantung i. Meningkatnya aktivitas enzimatik (karena produksi hormone thyroid yang meningkat), dapat menyebabkan meningkatkan kekuatan denyut jantung (bila sekresi hormone thyroid yang tinggi). ii. Bila meningkatnya hormone thyroid itu lebih nyata, maka kekuatan otot jantung akan ditekan oleh karena timbulnya katabolisme yang berlebihan. iii. Penderita tirotoksikosis parah bisa meninggal karena ada dekompensasi jantung sekunder akibat kegagalan miokard 7 peningkatan beban jantung karena meningkatnya curah jantung. d. Volume darah i. Efek ini disebabkan paling sedikit oleh vasodilatasi yang mengakibatkan bertambahnya jumlah darah yang terkumpul dalam system sirkulasi. e. Tekanan arteri i. Rata-rata biasanya tidak berubah. Tapi karena dapat meningkatkan aliran darah melalui jaringan di antara 2 denyut jantung, maka tekanan nadi sering meningkat, bersama dengan kenaikantekanan sistolik sebesar 10-15 mmHg pada hyperthyroidism dan tekanan diastole yang menurun secara bersamaan.
2. Efek pada Respirasi i. Meningkatnya kecepatan metabolisme, dapat meningkatkan pemakaian oksigen & pembentukan karbondioksida. ii. Akibatnya, aktifnya semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan & kedalaman dalam pernafasan. 3. Efek pada Saluran Cerna i. Selain meningkatkan nafsu makan & asupan makanan, hormone thyroid meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan & pergerakan saluran cerna. ii. Sering terjadi diare. iii. Menurunnya hormone thyroid konstipasi. 4. Efek terhadap Fungsi Otot i. Meningkatnya hormone thyroid otot bereaksi dengan kuat. ii. Bila jumlah hormone thyroid berlebihan, otot malahan jadi lemah berlebihan (karena berlebihnya katabolisme protein). iii. Kekurangan hormone thyroid menyebabkan otot sangat lamban & otot tersebut berelaksasi dengan perlahan setelah kontraksi. iv. Gejala yang khas dari hyperthyroidism timbulnya tremor halus pada otot. 5. Efek pada Mekanisme Tubuh yang Spesifik a. Efek pada Berat Badan i. Bila produksi hormone thyroid sangat meningkat, maka hampir selalu menurunkan berat badan & sebaliknya. ii. Hormon thyroid meningkatkan nafsu makan, keadaan ini dapat melebihi keseimbangan perubahan kecepatan metabolisme. b. Efek pada Metabolisme Karbohidrat Hormon thyroid merangsang: i. Penggunaan glukosa yang cepat oleh sel. ii. Meningkatkan glikolisis. iii. Meningkatkan glukogenesis. iv. Meningkatkan kacaptan absorpsi dari saluran cerna. v. Meningkatkan sekresi insulin. Keseluruhan di atas hasil akhirnya : efek pada metabolisme karbohidrat.\
c. Efek pada Metabolisme Lemak i. Lipid akan diangkut dari jaringan lemak, yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma. ii. Hormon thyroid juga mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel. d. Efek pada Plasma & Lemak Hati i. Meningkatnya hormone thyroid menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dalam darah & juga meningkatkan asam lemak bebas. ii. Sebaliknya, penurunan hormone thyroid akan menimbulkan pengendapan lemak secara berlebihan di dalam hati. e. Efek pada Metabolisme Vitamin i. Hormon thyroid meningkatkan jumlah enzim (vitamin merupakan bagian penting dari beberapa enzim/koenzim). ii. Sekresi hormone thyroid berlebihan defisiensi vitamin relative. f. Efek pada Laju Metabolisme Basal Kelebihan hormone ini meningkatkan metabolisme basal sampai setinggi 60-100% di atas nilai normal. 6. Efek terhadap Pertumbuhan i. Pada hipothyroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat tertinggal. ii. Pada hiperthyroidisme, seringkali terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan, sehingga anak tadi jadi lebih tinggi daripada anak lain yang seumur. iii. Efek penting : Meningkatnya pertumbuhan & perkembangan otak selama kehidupan janin & beberapa tahun pertama kehidupan pasca lahir. 7. Hormon Thyroid Meningkatkan Transkripsi Sejumlah besar Gen Efek umum thyroid adalah menyebabkan transkripsi inti dari sejumlah besar gen. 8. Jenis-Jenis Peningkatan Aktivitas Metabolik Selular yang Penting Hormon thyroid meningkatkan aktivitas metabolisme seluruh atau sebagian besar jaringan. a. Efek dalam Meningkatkan Sintesis Protein i. Fungsi tiroksin yang utama adalah: Meningkatkan jumlah & aktivitas mitokondria. ii. Selanjutnya thyroid meningkatkan kecepatan pembentukan adenosine trifosfat (ATP) untuk membangkitkan fungsi selular. b. Efek dala Meningkatkan Transpor Aktif Ion-Ion Melalui Membran Sel Hormon thyroid menyebabkan membrane sel dari sebagian besar sel menjadi mudah dilewati oleh ion natrium. 9. Efek pada SSP i. Hormon thyroid meningkatkan kecepatan berpikir, tapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, & sebaliknya. ii. Berkurangnya hormone thyroid , akan menurunkan fungsi di atas. iii. Penderita hyperthyroid cenderung menjadi sangat cemas & psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, kecemasan yang sangat berlebih (paranoia). 10. Efek pada Fungsi Seksual i. Pada Pria : Meningkatnya hormone thyroid Impotensi Penurunan hormone thyroid hilang libido. ii. Pada wanita : Menurunya hormone thyroid menorrhagia, polymenorrhea, periode mens tidak teratur, bahkan amenorrhea. Hipothyroid Penurunan libido yang sangat besar. Hyperthyroid oligomenorrhea, amenorrhea. iii. Kerja hormone thyroid pada gonad, mungkin disebabkan oleh kombinasi pengaruh metabolisme langsung pada gonad&melalui kelenjar perangsangan serta pertumbuhan metabolisme hormone hipofisis enterior yang mengendalikan fungsi-fungsi seksual. 11. Efek pada Tidur i. Karena efek yang melelahkan dari hormone thyroid pada otot & SSP. ii. Penderita hyperthyroid sering merasa lelah terus-menerus, tapi karena efek eksitasi dari hormone thyroid pada sinaps, timbul kesulitan tidur. iii. Gejala khas hipohyroidism Somnolen yang berat, ditambah waktu tidur 12-14 jam sehari. 12. Efek pada Kelenjar Endokrin Lain i. Meningkatnya hormone thyroid meningkatkan sekresi hormone sebagian besar kelenjar endokrin lain. ii. Contoh : meningkatnya sekresi hormone tiroksin dapat meningkatkan metabolisme glukosa di seluruh bagian tubuh, sehingga meningkatkan kebutuhan insulin yang diekskresikan pancreas.
Memahami dan Menjelaskan Hipotiroid, Hipertiroid dan Eutiroid HIPOTIROID Merupakan suatu sindrom klinis yang dihasilkan dari defisiensi hormone thyroid. Pada bayi dan anak-anak, rendahnya hormone thyroid dapat menganggu tumbuh kembang anak yang serius seperti terjadinya mental retardation. Pada orang dewasa, pengaruh yang di dapat dari kurangnya honmon thyroid secara umum dapat menyebabkan terjadinya penurunan metabolisme, heart rate yang rendah, akibat konsumsi oksigen kurang, ditambah efeknya terhadap deposition of glicosaminoglikans in intracell terutama pada kulit dan otot. Etiology Primary hypothyroidism 1. Hashimotos thyroiditis : 2. Radioactive iodine therapy for graves disease 3. Subtotal thyroidectomy for graves disease, nodular goiter, or thyroid cancer. 4. Excessive iodide intake 5. Sub acute thiroiditis 6. Iodide deficiency 7. Inborn error of thyroid hormone synthesis 8. Drug : a. Lithium b. Interferon alfa c. Amiodarone.
Patofisiologi Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999) Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan hipotiroidisme, yaitu : A. Hipotiroidisme sentral (HS) Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH. B. Hipotiroidisme Primer (HP) Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena, 1. Operasi, 2. Radiasi, 3. Tiroiditis autoimun, 4. Karsinoma, 5. Tiroiditis subakut, 6. Dishormogenesis, dan 7. Atrofi Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya. Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi. Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen. Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas. Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut. Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat jarang. Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.
Manifestasi Klinik Sering merasa kelelahan ketika bangun di pagi hari, kenaikan berat badan, sering merasa kedinginan sepanjang waktu terutama tangan dan kaki merupakan gejala umum dari hipotiroid. Adapun gejala umum hipotiroidisme yang lain, adalah : Depresi dan mudah stress. Nyeri / sakit pada seluruh anggota tubuh, terkadang diikuti sakit kepala. Insomnia atau susah tidur. Sembelit atau susah buang air besar. Kerontokan pada rambut dan sebagian lagi mengalami kekeringan. Berkurangnya / menurunnya daya ingat dan konsentrasi Penurunan CO Kebutuhan oksigen menurun Hiperlipidemia Hiperkolestrolemia Anemia Penurunan transportasi oksigen Penurunan peristaltik Anoreksia Peningkatan BB Konstipasi absorbsi glukosa lambat Pembesaran pada leher Apatis Berbicara lambat Sering berkeringat Udema Dispnea
Pemeriksaan a) Pemeriksaan T3 dan T4 serum Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid. T3 serum(0,6 1,85 mg/dl) T4 serum (4,8 12,0 mg/dl) TSH (0,4 6,0 mg/dl) b) Pemeriksaan TSH Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid c) Pemeriksaan USG dan scan tiroid Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
Penatalaksanaan Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik. Yang perlu diperhatikan adalah : a. Dosis awal b. Cara menaikan dosis tiroksin Tujuan pengobatannya : a. Meringankan keluhan dan gejala b. Menormalkan metabolism c. Menormalkan TSH d. Membuat T3 dan T4 normal e. Menghindari komplikasi dan resiko Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi : a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan dosis. b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati. Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939). Penatalaksanaan medis umum lainnya : a. Farmakoligi : Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin (cytomel). b. Diet rendah kalori
HIPERTIROID Hipertiroidisme dikenal juga sebagai tirotoksikosis (respons jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan). Thyrotoxicosis juga didefinisikan sebagai Clinical syndrom akibat kenaikan hormon thyroid yang mengakibatkan peningkatan metabolisme. Penyebab- penyebabnya bisa karena : 1. Karena hiperaktifitas kelenjar thyroid 2. Karena thyroid sintetik 3. Hormon thyroid yang berasal dari ovarian tumor (struma ovarii) Kondisi yang berhubungan dengan thyrotoxicosis : 1. Diffuse toxic goiter ( Graves disease ) 2. Toxic adenoma ( plummers disease ) 3. Toxic multy nodular goiter. 4. Subacute thyroiditis. 5. Silent thyroiditis 6. Thyrotoxicosis factitia 7. Rare forms of thyrotoxicosis : ovarian struma, metastatic thyroid carcinoma (follicular), hydatyform mole, hamburger thyrotoxicosis, TSH pituitary tumor,pituitary resistance to T3 dan T4.
Gejala dan tanda. Pada penderita hipertiroidism dapat ditemukan gejala-gejala takikardia, gelisah, suhu tubuh meningkat, BB menurun, kelelahan, pandangan berkunang-kunang, dan muka yang memerah, kulit terasa hangat, berkeringat banyak. Pada graves disease dapat ditemukan exophthalmus, pretibial mixedema, vitiligo. Biasanya tanda tersebut tidak terlihat pada single atau multinodular toxic goiter. Reflek achiles akan memanjang pada hipotiroid dan memendek pada hipertiroid. Pada pasien dengan hipertiroid yang hebat biasanya dijumpai gejala hiperpireksia, takikardi, gagal jantung, eksitasi neuromuscular, delirium dan ikterik. Pemeriksaan laboratorium. Disini dilakukan pengukuran konsentrasi T3, T4, T3RU dan TSH RIA. Sejarah pengobatan pada pasien sangat penting untuk diketahui karena banyak obat dan campuran bahan organic lainnya yang dapat memberikan efek pada serangkaian tes fungsi tiroid. Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang sedikit, karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini ada 2 pemeriksaan yang dapat membantu yaitu T3 suppression test dan TRH test, pada T3 suppression test pasien dengan hipertiroid mengalami kegagalan dalam penekanan ambilan tiroid dari radioiodin pada waktu diberikan T3 exogen. Pada tes TRH, serum TSH tidak meningkat sebagai respon pemberian TSH pada pasien hipertiroid. Pada hipertiroidism ditemukan juga keadaan rendahnya colesterol serum, limfositosis, dan biasanya hiperkalsemia, dan glukosuria. Pemeriksaan penunjang Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian klinik mempunyai peran yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar tiroid, penginderaan visual untuk menetapkan kelainan morfologi kelenjar tiroid, dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk menetapkan perubahan patologis. Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay yang dapat memberi gambaran fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, TBG, dan TSH dalam plasma. Kadar T4 total di dalam serum adalah refleksi tepat fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3 total di dalam serum selalu tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG diperlukan untuk interpretasi kadar T4 dan sampai tingkat tertentu berlaku untuk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah pada kehamilan atau pengobatan dengan sediaan estrogen. Kadar TSH di dalam serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme, oleh karena kadar ini meningkat sebelum ada pengurangan kadar T4. Antibodi mikrosom dan antibodi tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun. Imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid stimulating immunoglobulins, TSI) dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. TSI juga berperan pada patogenesis penyakit ini. Tiroglobulin dapat dideteksi di dalam serum orang normal, dan penetapan kadarnya dapat digunakan untuk mengetahui kekambuhan karsinoma tiroid sesudah tireoidektomi total. Sidik radioaktif menggunakan unsur teknetium (Tc99m) atau yodium (I 131) dapat memperlihatkan gambaran jaringan tiroid yang berfungsi. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang umumnya disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal. Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan hipofungsi, meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang berfungsi normal. Pemeriksaan kelenjar tiroid Morfologi - Besar, bentuk, batasnya - Konsistensi, hubungan dengan struktur sekitarnya - USG, foto Rontgen Fungsi - Uji metabolisme - Uji fungsi tiroid, kadar hormon - Antibodi tiroid Lokasi (dan fungsi) - Sidik radioaktif/tes yodium radioaktif Diagnostik patologik - Fungsi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi - Biopsi insisi/eksisi untuk pemeriksaan histologi Teknik ultrasonografi digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid yang teraba pada palpasi adalah nodul tunggal atau multipel, dan berkonsistensi padat atau kistik. Pemeriksaan ultrasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan keganasan dan hanya dapat mengenal kelainan di atas penampang setengah sentimeter. Pemeriksaan sitologi Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma. Cara ini cara baik untuk menduga kemungkinan keganasan dalam nodul tiroid, dan mulai menggeser kegunaan pemeriksaan radioaktif atau ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis. Diagnosa banding. Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan, tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause, pheocromositoma, primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah diperlukan. Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid. Pada ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat, denyut jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal. Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid abnormal. Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid. Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis. Farmakologi Pada dasarnya pengobatan penderita hipertiroidi meliputi : A. Pengobatan Umum B. Pengobatan Khusus C. Pengobatan dengan Penyulit Pengobatan Umum 1. Istirahat. Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat. Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu pikiran baik di rumah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit. 2. Diet. Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain karena : terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium yang negatif. 3. Obat penenang. Mengingat pada Hipertiroid sering terjadi kegelisahan, maka obat penenang dapat diberikan. Di samping itu perlu juga pemberian psikoterapi.
Pengobatan Khusus. 1. Obat antitiroid. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium, lithium, perchlorat dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide adalah propylthiouracyl (PTU), 1 methyl 2 mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini bekerja menghambat sintesis hormon tetapi tidak menghambat sekresinya, yaitu dengan menghambat terbentuknya monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan.Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar gondok sehingga pengaruh pengobatan lebih tergantung pada konsentrasi obat dalam kelenjar dari pada di plasma. MMI dan carbimazole sepuluh kali lebih kuat daripada PTU sehingga dosis yang diperlukan hanya satu persepuluhnya. Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 600 mg perhari untuk PTU atau 30 60 mg per hari untuk MMI/carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai dosis tunggal setiap 24 jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU atau carbimazole dosis tinggi akan memberi remisi yang lebih besar. Secara farmakologi terdapat perbedaan antara PTU dengan MMI/CBZ, antara lain adalah: a. MMI mempunyai waktu paruh dan akumulasi obat yang lebih lama dibanding PTU di dalam kelenjar tiroid. Waktu paruh MMI 6 jam sedangkan PTU + 12jam. b. Penelitian lain menunjukkan MMI lebih efektif dan kurang toksik dibanding PTU. c. MMI tidak terikat albumin serum sedangkan PTU hampir 80% terikat pada albumin serum, sehingga MMI lebih bebas menembus barier plasenta dan air susu,sehingga untuk ibu hamil dan menyusui PTU lebih dianjurkan. Jangka waktu pemberian tergantung masing-masing penderita (6 24 bulan) dan dikatakan sepertiga sampai setengahnya (50 70%) akan mengalami perbaikan yang bertahan cukup lama. Apabila dalam waktu 3 bulan tidak atau hanya sedikit memberikan perbaikan, maka harus dipikirkan beberapa ke-mungkinan yang dapat menggagalkan pengobatan (tidak teratur minum obat, struma yang besar, pernah mendapat pengobatanyodium sebelumnya atau dosis kurang) Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya gatal-gatal, skin rash dapat ditanggulangi dengan pemberian anti histamin tanpa perlu penghentian pengobatan. Dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan hilangnya indera pengecap, cholestatic jaundice dan kadang-kadang agranulositosis (0,2 0,7%), kemungkinan ini lebih besar pada penderita umur di atas 40 tahun yang menggunakan dosis besar. 2. Yodium. Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara akut tetapi dalam masa 3 minggu efeknya akan menghilang karena adanya escape mechanism dari kelenjar yang bersangkutan, sehingga meski sekresi terhambat sintesa tetap ada. Akibatnya terjadipenimbunan hormon dan pada saat yodium dihentikan timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi menghebat. Pengobatan dengan yodium (MJ) digunakan untuk memperoleh efek yang cepat seperti pada krisis tiroid atau untuk persiapan operasi. Sebagai persiapan operasi, biasanya diguna-kan dalam bentuk kombinasi. Dosis yang diberikan biasanya 15 mg per hari dengan dosis terbagi yang diberikan 2 minggu sebelum dilakukan pembedahan.Marigold dalam penelitiannya menggunakan cairan Lugol dengan dosis 1/2 ml (10 tetes) 3 kali perhari yang diberikan 10 hari sebelum dan sesudah operasi. 3. Penyekat Beta (Beta Blocker). Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh adanya hipersensitivitas pada sistim simpatis.Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini diduga akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap katekolamin.Penggunaan obat-obatan golongan simpatolitik diperkirakan akan menghambat pengaruh hati.Reserpin, guanetidin dan penyekat beta(propranolol) merupakan obat yang masih digunakan.Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat. Biasanya dalam 24 36 jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala.Di samping pengaruh pada reseptor beta, propranolol dapat menghambat konversi T4 ke T3 di perifer. Bila obat tersebut dihentikan, maka dalam waktu 4 6 jam hipertiroid dapat kembali lagi. Hal ini penting diperhatikan, karena penggunaan dosis tunggal propranolol sebagai persiapan operasi dapat menimbulkan krisis tiroid sewaktu operasi.Penggunaan propranolol sebagai : persiapan tindakan pembedahan atau pemberian yodium radioaktif, mengatasi kasus yang berat dan krisis tiroid.
EUTIROID Tiroiditis mencakup segolongan kelainan yang ditandai dengan adanya inflamasi tiroid. Termasuk didalamnya keadaan yang timbul mendadak dengan disertai rasa sakit yang hebat pada tiroid (misalnya : subacute granulomatous thyroiditis dan infectious thyroiditis), dan keadaan dimana secara klinis tidak ada inflamasi dan manifestasi penyakitnya terutama dengan adanya disfungsi tiroid atau pembesaran kelenjar tiroid (misalnya subacute limphocytic painless thyroiditis ) dan tiroiditis fibrosa (Riedel thyroiditis).
Pemeriksaan Tiroid Uji fungsi tiroid 1. Tiroksin (T4) bebas = FT4 dan total = T4 2. Triidotironin (T3) bebas = FT3 dan total = T3 3. Thyrotropin (TSH) sensitif = TSHs Uji isotopik 1. Uji tangkap iodium (iodine uptake test) 2. Uji stimulasi dan supresi 3. Uji pelepasan perchlorate (perchlorate discharge test) 4. Uji ekskresi iodium dalam urine (bisa juga non-isotopik)
Morfologi kelenjar tiroid 1. Sidik tiroid (thyroid scan) 2. Ultrasonografi 3. CT scan dan MRI Etiologi 1. Antibodi antireseptor TSH (TRAb) 2. Antibodi antitiroglobulin (ATA) 3. Antibodi Antimikrosomal (AMA)/Anti Thyroxine Peroxidase )Anti TPO Lain-lain 1. Petanda tumor 2. Sidik seluruh tubuh (total body scintigraphy) 3. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) Pemeriksaan Penunjang Fungsi Tiroid Langkah pertama adalah menentukan status fungsi tiroid pasien dengan memeriksa kadar TSH (sensitif) dan T4 bebas (Free T4 atau FT4). Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal. Namun, perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid tidak menghilangkan kemungkinan keganasan meskipun memang kecil. Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status tiroid. Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau hipertiroidisme, menentukan maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal. TSHs (Thyroid Stimulating Hormon sensitive) merupakan tes TSH generasi ketiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status tiroid, tes FT4 dan T3total dapat dilakukan sebagai tes lanjutan bila dijumpai TSHs yang abnormal. Tes TRH digunakan untuk mengukur respon hipofisis terhadap rangsangan dari TRH, caranya dengan menentukan kadar TSH serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis/ subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah pemberian TRH, sebaliknya bila pasien eutiroid/ sumbu hipotalamus-hipofisisnya masih intak maka hipofisis akan memberi respons yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Jika hasil tes TRH normal, ini dapa menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme. Maka, tes TRH ini hanya dilakukan pada pasien yang dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih normal atau dihunakan untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi dengan atau tanpa adanya hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak diketahui. Pemeriksaan kadar antibodi antitiroid peroksidase dan antibodi antitiroglobulin penting untuk diagnosis tiroiditis kronik Hashimoto, terutama bila disertai peningkatan kadar TSH. Sering pada Hashimoto juga timbul nodul baik uni/bilateral sehingga pada tiroiditis kronik Hashimoto pun masih mungkin terdapat keganasan. Pemeriksaan kadar tiroglobulin serum untuk keganasan tiroid cukup sensitif tetapi tidak spesifik karena peningkatan kadar tiroglobulin juga ditemukan pada tiroiditis, penyakit Graves, dan adenoma tiroid. Pemeriksaan kadar tiroglobulin sangat baik untuk monitor kekambuhan karsinoma tiroid pascaterapi (yang nonmeduler). Pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare, tes genetik, dan pemeriksaan kadar kalsitonin perlu dikerjakan. Bila tidak ada kecurigaan ke arah karsinoma tiroid medulare atau neoplasia endokrin multipel II, pemeriksaan kalsitonin tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. Kadar Tg akan menigkat pada Ca tiroid berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal setelah tiroidektomi total, kebuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada jaringan Ca atau metastasis lagi. Kadarnya akan menignkat kembali jika terjadi metastasis setelah terapi. Nilai Rujukan Dan Interpretasi 1. TES T4 Interpretasi : a. Meningkat : hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin, methadone, estrogen. b. Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti androgen, kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll. 2. TES T3 Nilai Rujukan: Dewasa: 0,8 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl) Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi. Interpretasi a. Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut, peningkatan TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau lebih dan obat T4 300 mg/hr atau lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral b. Menurun : hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3 normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida, phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium, propanolol, reserpin, steroid. 3. TES FT4 Nilai Rujukan: 10 27 pmol/L Interpretasi: a. Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T4. b. Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3. 4. TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN) Nilai Rujukan : 4,4 9,3 pmol/L Interpretasi : a. Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan kelebihan produksi T3. b. Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3. 5. Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE) Nilai rujukan : 0,4 5,5 mIU/l Interpretasi : a. Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium potassium. b. Menurun : hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin. 6. TES TSHs (TSH 3rd Generation) Nilai rujukan : 0,4 5,5 mIU/l Batas pengukuran : 0,002 20 mIU/L Interpretasi a. Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium potassium. b. Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan dopamin. 7. Antibodi Tiroglobulin Nilai rujukan
: 3-42 ng/ml Interpretasi : a. Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang tidak diterapi, penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid. b. Menurun : hipotiroidisme neonatal. 8. Antibodi Mikrosomal Nilai rujukan : hasil tes negatif Interpretasi : Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun, juga dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan pengobatan tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi petunjuk kegagalan fungsi tiroid. 9. TS Ab Nilai rujukan: hasil tes negatif Interpretasi : TSAb ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak mendapat pengobatan, 15% pada penyakit Hashimoto, 60% pada penderita Graves oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tiroid. Pencitraan Pencitraan pada nodul tiroid dapat membantu mengarahkan dugaan nodul tiroid tersebut cenderung jinak atau ganas. Modalitas yang sering dgunakan adalah sidik tiroid (scanning) dan USG. USG Bertujuan untuk: 1. Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan pada daerah leher berada di dalam atau di luar tiroid 2. Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik atau lesi solid 3. Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari satu. 4. Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif. 5. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui tumor primernya. 6. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan risiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid. 7. Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid. Gambaran USG dengan karakteristik dan risiko kemungkiann ganas jika ditemukan nodul yang hipoechogenik, mikrokalsifikasi, batas ireguler, peningkatan aliran vaskulat pada nodulu (via pemeriksaan dengan teknik Doppler) serta bila ditemukan invasi/ limfadenopati regional. Sidik Tiroid Sidik tiroid dilakukan dengan menggunakan dua macam isotop yaitu iodium radioaktif (I-123) dan teknetium perteknetat (Tc-99m dengan cara melihat kemampuan tiroid menangkap radiofarmaka. Cara ini berguna untuk menetapkan apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang umumnya disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal. Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan hipofungsi, meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang berfungsi normal.
Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk: 1. Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah. 2. Nodul panas bila penangkapan iodium lebih banyak dari pada sekitarnya.Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih. 3. Nodul hangat bila penangkapan iodium di suatu daerah/nodul sedikit meninggi/hampir sama dengan daerah sekitarnya; biasanya disebabkan oleh hiperplasia jaringan tiroid fungsional di daerah tersebut. 4. Nodul normal jika distribusi penangkanap difus/rata di kedua lobi
CT SCAN & MRI Computed Tomographic Scanning (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak dianjurkan pada evaluasi awal nodul tiroid karena di samping tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis, juga sangat mahal. CTScan dan MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya perluasan struma substernal atau terdapat penekanan trakea (organ sekitarnya) Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) BAJAH merupakan metode yang sangat efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas. Pemeriksaan ini dianggap sebagai metode yang efektif untuk membedakan nodul jinak atau ganas pada nodul tiroid yang soliter maupun pada yang multinoduler. Dilaporkan pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus ini mempunyai sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas 92%. Angka negatif palsu sekitar 1-6% dan positif palsu sekitar 1%. Ini bisa karena kesalahan pengambilan sampel (nodul kurang 1 cm atau lebih 4 cm). Hasil BAJAH dibagi empat kategori: 1. Jinak (negatif): Tiroid normal, Nodul kolloid, Kista, Tiroiditis subakut, Tiroiditis Hashimoto 2. Mencurigakan: adenoma folikular, adenoma Hurtle, temuan kecurigan keganasan tapi tidak pasti 3. Ganas (positif): karsinoma tiroid papilare, karsinoma tiroid medula, karsinoma tiroid anaplastik 4. Tidak adekuat/memuaskan. Keterbatasan metode ini adalah sering ditemukan hasil yang tidak adekuat sehingga tidak dapat dinilai. Keterbatasan yang lain adalah tidak mampu membedakan neoplasma sel folikular dan sel Hurtle adalah jinak atau ganas karena keduanya mirip. Keduanya bisa dibedakan dari ada atau tidak adanya invasi kapsul atau invasi vaskular pada pemeriksaan histopatologis sediaan dari operasi. Ketepatan diagnostik FNAB akan meningkat bila sebelum biopsi dilakukan penyidikan isotopik/USG. Sidik tiroid diperlukan untuk mentingkirkan nodul tiroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik, sedangkan USG selain untuk membedakan nodul kistik dari padat dan menuntukan ukuran nodul, juga berguna untuk menuntun biopsi. Teknik ini aman, murah serta dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan risiko sangat kecil.
Tindakan Tiroidektomi Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau sebagian dari kelenjar tiroid akan dihapus. Kelenjar tiroid terletak di maju (anterior) bagiandari leher tepat di bawah kulit dan di depan jakun. Tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin tubuh, yang berarti bahwa mengeluarkan produk-produknyadi dalam tubuh, ke dalam darah atau getah bening. tiroid menghasilkan beberapa hormon yang memiliki dua fungsi utama: mereka meningkatkan sintesis proteindi sebagian besar jaringan tubuh, dan mereka meningkatkan tingkat konsumsioksigen tubuh. Sebuah tiredoktomi dimulai dengan anestesi umum yang dikelola oleh ahlianestesi. anestesi akan menyuntikkan obat ke pembuluh darah pasien dan kemudian menempatkan tabung saluran udara di tenggorokan untuk ventilasi(memberikan udara untuk) orang selama operasi.Setelah pasien telah dibius, ahlibedah membuat sayatan di bagian depan leher pada tingkat di mana sebuahkalung ketat akan beristirahat. Dokter bedah menempatkan dan mengambil hatijangan sampai melukai kelenjar paratiroid dan saraf laring berulang, sementaramembebaskan kelenjar tiroid dari struktur sekitarnya. Langkah berikutnyaadalah penjepitan aliran darah ke bagian kelenjar tiroid yang akandihapus. Selanjutnya, ahli bedah menghapus semua atau bagian darikelenjar. Jika kanker telah didiagnosa, semua atau sebagian besar kelenjar akandihapus.Jika penyakit lain atau nodul yang hadir, ahli bedah dapat menghapushanya bagian dari kelenjar. Jumlah jaringan kelenjar dikeluarkan tergantungpada kondisi yang sedang dirawat. Dokter bedah dapat menempatkan menguras,yang merupakan tabung plastik lunak yang memungkinkan cairan jaringanmengalir keluar dari suatu daerah, sebelum menutup insisi. Insisi ditutup denganbaik jahitan (jahitan) atau klip logam. Sebuah dressing ditempatkan di atassayatan dan tiriskan, jika seseorang telah ditempatkan.Orang umumnya tinggal di rumah sakit satu sampai empat hari setelah sebuah tiroidektomi. Diagnosis / Persiapan Gangguan tiroid tidak selalu berkembang dengan cepat, dalam beberapa kasus,gejala-gejala pasien mungkin halus atau sulit dibedakan dari gejala gangguanlain. Pasien yang menderita hipotiroidisme kadang-kadang salah didiagnosasebagai memiliki depresi kejiwaan. Sebelum tiroidektomi yang dilakukan,berbagai tes dan penelitian biasanya diperlukan untuk menentukan sifat penyakittiroid. Analisis Laboratorium darah menentukan kadar hormon tiroid aktif yangberedar dalam tubuh. Tes yang paling umum adalah tes darah yang mengukurtingkat thyroid-stimulating hormone (TSH) dalam aliran darah. computedtomography scan dan sonogram(CT scan) membantu menentukan ukurankelenjar tiroid dan lokasi kelainan. Sebuah obat nuklir scan dapat digunakan untuk menilai fungsi tiroid atau untuk mengevaluasi kondisi suatu nodul tiroid,tetapi tidak dianggap sebagai uji rutin. Biopsi jarum dari suatu kelainan atauaspirasi (penghapusan oleh suction) cairan dari kelenjar tiroid juga dapatdilakukan untuk membantu menentukan diagnosis.Jika diagnosis hipertiroidisme, seseorang mungkin akan diminta untuk mengambil obat antitiroid atau iodida sebelum operasi. pengobatan Lanjutan dengan obat antitiroid mungkin merupakan pengobatan pilihan. Jika tidak, adaprosedur khusus lainnya harus diikuti sebelum operasi.
Rehabilitasi Sebuah insisi tiroidektomi memerlukan sedikit untuk perawatan tidak adasetelah berpakaian dihapus. Kawasan mungkin dimandikan lembut dengansabun ringan. Jahitan atau klip logam dikeluarkan tiga sampai tujuh hari setelah operasi. Risiko Ada risiko yang pasti terkait dengan prosedur. Kelenjar tiroid harus dihapushanya jika ada alasan menekan atau kondisi medis yang memerlukan itu.Seperti semua operasi, orang yang mengalami obesitas, merokok, atau memilikigizi buruk memiliki resiko lebih besar untuk mengembangkan komplikasiberhubungan dengan anestesi umum itu sendiri.Suara serak atau kehilangan suara mungkin berkembang jika saraf laringberulang terluka atau dihancurkan selama operasi. kerusakan saraf lebih mudahterjadi pada orang yang telah gondok besar atau tumor kanker.Hipoparatiroidisme (underfunctioning dari kelenjar paratiroid) dapat terjadi jikakelenjar paratiroid terluka atau dihapus pada saat tiroidektomi itu. Hipoparatiroidisme ditandai oleh penurunan kadar kalsium darah yangmengakibatkan kejang otot dan berkedut.Hipotiroidisme (underfunctioning dari kelenjar tiroid) dapat terjadi jika semuaatau hampir seluruh kelenjar tiroid akan dihapus. penghapusan Lengkap,bagaimanapun, mungkin disengaja ketika pasien didiagnosis dengan kanker. Jikatingkat tiroid seseorang tetap rendah, obat pengganti tiroid mungkin diperlukanselama sisa hidupnya.hematoma adalah pengumpulan darah dalam organ atau jaringan, yangdisebabkan oleh istirahat di dinding pembuluh darah. Leher dan daerahsekitarnya kelenjar tiroid memiliki pasokan yang kaya pembuluhdarah. Pendarahan di daerah operasi dapat terjadi dan sulit untuk mengontrolatau menghentikan. Jika hematoma terjadi di bagian tubuh, mungkinmengancam nyawa. Sebagai hematoma membesar, mungkin menghalangi jalannapas dan menyebabkan seseorang berhenti bernapas. Jika hematoma tidak berkembang di leher, ahli bedah mungkin perlu melakukan drainase untuk membersihkan jalan napas.Luka infeksi dapat terjadi. Jika mereka lakukan, irisan yang dikeringkan, danbiasanya tidak ada konsekuensi serius. Hasil Normal Kebanyakan pasien keluar dari rumah sakit satu sampai empat hari setelahsebuah tiroidektomi. Kebanyakan melanjutkan kegiatan normal mereka duaminggu setelah operasi. Orang yang menderita kanker mungkin memerlukanperawatan lanjutan oleh seorang ahli onkologi atau endokrinologi.
Morbiditas dan tingkat mortalitas Mortalitas tiroidektomi pada dasarnya adalah nol. Hypothyroidism diperkirakanterjadi pada 12- 50% orang pada tahun pertama setelah sebuahtiroidektomi. Akhir-onset hipotiroidisme mengembangkan antara sebuah%tambahan 1-3 orang setiap tahun. Meskipun hypothyroidism mungkin kambuhbertahun-tahun setelah tiroidektomi sebagian, 43% dari rekuren terjadi dalamwaktu lima tahun.Kematian dari badai tiroid, suatu komplikasi yang jarang tiroidektomi, berada dikisaran 20-30%. Badai tiroid ditandai dengan demam, kelemahan danpemborosan otot-otot, pembesaran kegelisahan, hati, perubahan suasana hati,perubahan status mental, dan dalam beberapa kasus, koma badai Thyroid.Adalah suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Setelah tiroidektomi parsial, fungsi tiroid kembali normal pada 90-98%dari orang.