Anda di halaman 1dari 42

CASE REPORT

Asma Bronkhial
Dokter Pendamping:
dr. A. Hendra Setia Permana
Penyusun:
dr. Vina Nurhasanah
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

Nama Pasien : An. A


Usia : 11 Tahun 4 bln
Jenis Kelamin : Laki – laki
Nama Orang Tua : Tn. M
Alamat : Pamagangan 03/12,
karang benda, parigi
Masuk Rumah Sakit : 27 Agustus 2017
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

KELUHAN UTAMA
Sesak sejak jam 03.00WIB hingga tiba di UGD RS

KELUHAN TAMBAHAN

Panas (+), batuk (+), pilek (+), pusing (+) dan


mimisan (+)
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK
RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

Riwayat penyakit sekarang

• Sesak sejak jam


• Panas
• Panas 03.00 WIB, (bibir
• Batuk • Batuk terlihat biru, dan
berdahak , • Pilek anak lemas)
hilang • Pusing • Mimisan 1x, merah
timbul segar
• Pilek • Panas
• Batuk dan Pilek
• Pusing
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK

RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

o Dulunya memang sering mengeluh sesak tapi sebentar –


sebentar sejak usia 9 tahun, tapi tidak separah ini , terutama
jika kecapean dan terpapar banyak debu, membaik dengan
istirahat.
o Anak sering mengeluh batuk pilek terutama jika terpapar
debu dan makan makanan yang digoreng. Jika ada keluhan
batuk pilek biasanya sembuhnya lama
o Flek paru (TB paru) saat usia 4 tahun dengan pengobatan
selama 6 bulan dan tidak putus
o Mimisan sebelumnya memeng sudah pernah
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK

RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

oKeluhan yang sama pada keluarga disangkal


oRiwayat alergi pada kedua orangtua disangkal

o Tidak mengkonsumsi obat jangka panjang


o Tidak mengkonsumsi obat untuk sesaknya
o Sudah keklinik sebelum masuk RS untuk pengobatan
demam dan batuk pileknya , keluhan tidak berkurang
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK

RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

Ibu os rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan ,


dan tidak pernah sakit yang bermakna selama hamil

Anak pertama lahir normal, cukup bulan ( 39 minggu) sesuai


masa kehamilan, langsung menangis, tidak ada kelainan
bawan. Berat badan lahir 3200 gr, panjang badan lahir 50 cm

Imunisasi dasar lengkap, tidak diberikan imunisasi tambahan


IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK

RESUME ASSESSMENT PLANNING FOLLOW – UP

Saat ini os duduk di kelas 6 SD , tidak pernah tinggal kelas, prestasi


disekolah baik, pergaulan dengan teman sebayanya juga baik

• Alergi obat – obatan disangkal


• Alergi makanan disangkal
• Menurut ibu os kemungkinan anaknya alergi debu

• Anak tinggal bersama kedua orangtua


• Ventilasi rumah baik, cukup pencahayaan sinar matahari
• Tidak ada hewan piaraan dirumah
• Durasi tidur cukup dan tidak pernah terganggu karena sesaknya, sesaknya
lebih sering timbul pada pagi hari, dan sering hilang dengan sendirinya
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK
OS tampak sakit sedang
Composmentis
• Suhu : 36,5oC
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 98x/menit, reguler, equal, isi cukup
• RR : 35x/menit

• Bentuk : Normochepal
• Ubun-ubun : sudah menutup
KEPALA
• Rambut tidak mudah rontok, hitam
• Mata : Konjungtiva : anemis (-)/(-)
Sklera :ikterik(-)/(-)
• Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-),
• Telinga : Normotia, serumen (+)/(+)
• Mulut : Bibir lembap, faring hiperemis (+) tonsi T2 – T2
• Leher : Pembesaran KGB (-)
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK

THORAKS
o Inspeksi :
o Bentuk dan pengembangan dinding dada simetris
o Auskultasi :
o BJ I dan II murni, reguler
o Murmur (-)
o Gallop (-)
o Wheezing (+/+)
o Palpasi : Vokal Fremitus kiri dan kanan normal
o Perkusi : Sonor (+/+)
IDENTITAS PEMERIKSAAN
ANAMNESIS LABORATORIUM
PASIEN FISIK

ABDOMEN
o Inspeksi : Distensi abdomen (-), massa (-)
o Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+) hepatomegali (-) splenomegali (-)
massa intraabdomen (-)
o Perkusi : timphani 4 kuadran abdomen (+)
o Auskultasi : Bising usus normal (+)

SUPERIOR: INFERIOR :
• Akral Hangat (+/+), • Akral hangat (+/+)
• Edem (-/-), • Edem (+/-)
• Sianosis(-/-), • Sianosis(-/-)
• Pucat (-/-) EKSTREMITAS
• Pucat (-/-)
• RCT (<2 detik) • RCT (<2 detik)
• Turgor baik • Turgor baik
IDENTITAS PEMERIKSAAN LABORATORI
ANAMNESIS
PASIEN FISIK UM
27 Agustus 2017
Jenis Pememriksaan Hasil Pemeiksaan Nilai Rujukan

Hemoglobin 16 g/dl 11,8 – 15,00 g/dl

Leukosit 14.12 rb/µL 4.50 – 13.50 rb/µL

Hematokrit 48 % 40 – 52 %

Trombosit 349 rb/µL 156 – 408 rb/µL

Eritrosit 5.90 10^6 4.40 – 5.90 10^6

MCV/VER 82 fL 72 – 88 fL

MCH/HER 27 pg 23 – 31 pg

MCHC/KHER 33 g/dl 32 – 36 g/dL


ASSESSME
PLANNING
NT

Diagnosis :
• Asma bronkhial
• Faringitis
• Epistaksis
PLANNIN
ASSESSMENT
G
• Infus RL 20 gtt
• Nebulizer: Combivent + Flexotid/ 8 jam
• Cefotaxim 2x1 gr IV
• Paracetamol 3x330 mg IV
• Ambroxol syr 3x1 cth
• Tiamsinolon 3x1 tab
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ASMA
o Inflamasi kronik saluran respiratorik
o Banyak sel dan elemen seluler berperan (sel
mast, eosinofil, limfosit T)
o Pada orang rentan, inflamasi kronik 
episodik wheezing berulang, batuk, sesak
nafas, rasa dada tertekan
o Berhubungan dengan penyempitan saluran
respiratorik yang luas dan bervariasi 
irreversibel sebagian atau teratasi spontan /
pengobatan
FAKTOR RISIKO
1. Jenis Kelamin : prevalens laki – laki >
perempuan 3:2 pada usia 6 – 11 tahun
2. Usia : gejala seperti asma pertama kali timbul
pada usia muda.
3. Riwayat Atopi : berhubungan dengan
meningkatnya risiko asma persisten beratnya
asma
4. Lingkungan : adanya alergen dilingkungan hidup
anak meningkatkan risiko penyakit asma
FAKTOR RISIKO
5. Ras : Laporan dari AS didapatkan bahwa
prevalens dan kejadian serangan asma pada ras
kulit hitam lebih tinggi dari pada kulit putih
6. Asap rokok : prevalensnya lebih tinggi pada anak
yang terpajan asap rokok
7.Outdoor air Pollution : beberapa partikel halus di
udara(debu jalan raya, nitrat dioksida, CO, atau
SO2) diduga berperan pada penyakit asma,
meningkatkan gejala asma .
8. Infeksi respiratorik
PATOFISIOLOGI ASMA

• Obstruksi Saluran respiratori


• Hiperreaktifitas saluran respiratori
• Otot polos saluran respiratori
• Hipersekresi mukus
• Keterbatasan aliran uadara irreversible
• Eksaserbasi
• Asma nokturnal
• Abnormalitas gas darah
Perubahan Pada Saluran Napas
Pencetus
(debu, bulu binatang, kapuk, dll)

Tidak timbul serangan

Timbul serangan

Bronkus Bronkus
Hiperreaktif : Tetap lebar
(tidak rentan, tidak sensitif,
•Otot saluran napas mengkerut tidak mudah goncang, stabil)

•Saluran napas menebal / membengkak


•Lendir lebih banyak dan kental/lengket
Bronkus
Diagnosis
Mengi berulang dan/atau batuk persisten :
• Episodik
• nocturnal (variability)
• Musiman
• Setelah aktifitas fisik
A
S
Serangan Asma
Tentukan derajat
M Pencetus
A dan Atasi
Serangan teratasi segera

(Tenang)
Tentukan
klasifikasi

Episodik Episodik Persisten


jarang sering

PENGHINDARAN (AVOIDANCE) dan EDUKASI

Reliever (+) Reliever (+) Reliever (+)


Controller (-) Controller (+) Controller (+)
Serangan Asma
(Eksaserbasi asma)

• Episode perburukan yang progresif dari


gejala sesak nafas, batuk, wheezing, rasa
dada tertekan, atau berbagai kombinasi
gejala tersebut.
• Penurunan PEF atau FEV1  indikator
yang dipercaya
Klasifikasi Asma

Derajat serangan Klasifikasi penyakit


(Akut) (kronis)
• Ringan • Asma episodik
jarang 75%
• Sedang
• Asma episodik
• Berat sering 20%
• Ancaman henti • Asma persisten 5%
napas
Algoritma serangan asma
Klinik / IGD
Nilai derajat serangan

Tatalaksana awal
• nebulisasi -agonis 1-2x, selang 20 menit
• nebulisasi keDUA + antikolinergik

Serangan ringan Serangan berat


(nebulisasi 1x, Serangan sedang (nebulisasi 3x,
respons baik (nebulisasi 2x, respons buruk)
repons parsial) • O2 sejak awal
• bertahan 1-2 jam, • berikan O2
boleh pulang • pasang infus
• nilai ulang  se- • nilai ulang  berat,
• gejala timbul lagi  dang  Ruang Ruang Rawat Inap
serangan sedang Rawat Sehari • foto Ro toraks
• Berikan steroid oral
Boleh pulang Ruang Rawat Inap
• bekali -agonis Rng. Rawat Sehari • Oksigen teruskan
(hirupan / oral) • Oksigen teruskan • atasi dehidrasi &
• jika ada obat • steroid oral asidosis jika ada
pengendal, te- • nebulisasi / 2 jam • steroid IV tiap
ruskan • 8-12 jam klinis sta- 6-8 jam
• inf.virus (+), bil boleh pulang • nebulisasi/1-2 jam
steroid oral • 12 jam klinis blm • aminofilin IV awal,
• 24-48 jam kon- membaik lanjutkan rumatan
trol proevaluasi  rawat inap • nebulisasi 4-6x 
baik, interval 4-6 j
• 24 jam stabil 
boleh pulang
Catatan:
• dengan steroid &
• Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi 1x,
langsung -agonis + antikolinergik
aminofilin IV tetap
• Bila belum ada alatnya, nebulisasi awal dapat diganti dgn tidak baik  ICU
adrenalin sk. 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,3 ml/kali.
• Untuk serangan sedang dan terutama berat, O2 2-4L/mnt
diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
Tatalaksana Asma
Tujuan :
• Gejala kronik minimal (idealnya tidak ada)
• Serangan akut minimal (jarang)
• Kunjungan ke UGD tidak pernah
• Penggunaan ß2-agonis minimal
• Aktivitas tidak terhambat
• Uji fungsi paru normal (mendekati)
• Efek samping obat minimal
Serangan Asma

Nebulisasi 1-2 x
Respons baik Respons parsial

RRS
Oksigen
Pulang Nebulisasi
Steroid oral Rawat Inap
IVFD Oksigen
Bronkodilator Nebulisasi
IVFD
Steroid sistemik
Rehidrasi
Aminofilin
Respons baik Respons buruk

Pulang
Serangan Berat
• Respons buruk pasca nebulisasi
• Oksigen
• Jalur parenteral: Atasi dehidrasi dan asidosis
• Steroid IV
• Aminofilin IV lnisial, lalu rumatan
• Nebulisasi
• Foto toraks
• Baik: PULANG
• Respons tidak baik: RAWAT INTENSIF
Oksigen
• Mutlak diberikan pada keadaan serangan
berat
• Pada serangan berat terjadi hipoksemia
Nebulisasi (serangan berat)
• β2 agonis dan ipratropium bromida Vs β2 agonis
sendiri: hasil lebih baik:
– jumlah perawatan berkurang
– Scoring gejala berkurang
– Peningkatan fungsi paru
– Kerja obat lebih lama
– Mengurangi durasi & jumlah pengobatan sebelum
meninggalkan IGD
ß agonis + ipratropium bromida
• Belum sepakat (berguna)
– Serangan asma ringan
– Serangan asma sedang
• Sepakat
– Serangan asma berat

IVFD
• Mengatasi dehidrasi
– Minum kurang karena sesak
– Muntah
• Koreksi asam basa, elektrolit
• Pemberian obat-obat parenteral
Steroid
• Sistemik (Intravena atau oral)
• Antiinflamasi
• Kontroversi: penggunaan nebuliser
 Dosis tinggi (1600-2000ug)
 Serangan berat kurang dianjurkan
Aminofilin
• Inisial: 6-8 mg/kgBB IV selama 10-20
menit
• Berikan rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam
• Perlu monitor kadar aminofilin
Penggunaan obat lain
• Adrenalin: ada dosis maksimal, efek  dan
ß
• Salbutamol SC: harus hati-hati
• MgSO4: tidak berbeda bermakana
• Steroid inhaler: dosis sangat tinggi (1600-
2000 mg)
• Antibiotik: Tidak digunakan, kec: bakteri
dan sinusitis
• Mukolitik: Tidak dianjurkan pada serangan
berat
TATALAKSANA SERANGAN ASMA

RINGAN
Nebulisasi
Observasi 1-2 jam SEDANG

PULANG RRS BERAT


•O2, steroid
Obat rutin, Oksigen
• Nebulisasi
reliever dan/atau
Nebulisasi • Hidarasi
controller
•Aminofilin
IVFD
• Rö
Steroid oral •ICU (?)
Klasifikasi penyakit
Parameter klinis Asma Asma
Asma persisten
dan uji fungsi paru episodik jarang episodik sering

Frekuensi < 1x /bulan > 1x /bulan Setiap hari

Lamanya < 1 minggu >1 minggu Setiap hari

Antar serangan Tanpa gejala gejala(+) Gejala malam hari

Tidur dan aktivitas Normal Mungkin tergangguterganggu

Pemeriksaan fisis Normal Mungkin abnormal Abnormal

Pengendali Tidak perlu Steroid/kombinasi Steroid/kombinasi


Fungsi paru PEF/FEV1 <60%
PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80%
(diluar serangan) Variabilitas 20-30%
Variabilitas
>15% > 30% > 50%
(serangan)
Asma Episodik Jarang
• 75% populasi asma anak
• Episode yang terjadi <1x per 4–6 minggu,
• wheezing setelah aktivitas berat,
• Tanpa gejala diantara episode serangan
• Fungsi paru yang normal diantara serangan
• Terapi profilaksis tidak dibutuhkan
Asma Episodik Sering
• 20% populasi asma
• Serangan lebih sering
• wheezing pada aktivitas sedang
• dapat dicegah dengan pemberian β2-agonis
• Gejala terjadi kurang 1x/minggu
• Fungsi paru diantara serangan normal atau
hampir normal
• Perlu controller (pengendali)
Asma Persisten
• ± 5% anak asma
• Episode akut yang sering,
• wheezing pada aktivitas ringan
• diantara interval gejala membutuhkan 2-
agonis lebih dari 3 kali/minggu baik karena
terbangun malam hari maupun dada
terasa berat pada pagi hari
• Perlu controller (pengendali)
Setiap pasien asma
• Harus ada klasifikasi derajat penyakit dan
derajat serangan misal:
 Asma episodik jarang di luar serangan
 Asma episodik jarang dengan serangan sedang
 Asma episodik sering dengan serangan berat
 Asma episodik sering di luar serangan
 Asma persisten dengan serangan berat
 Derajat penyakit tidak bergantung derajat
serangan
Tujuan tatalaksana asma
• Gejala kronik minimal (idealnya tidak ada)
• Serangan akut minimal (jarang)
• Kunjungan ke UGD tidak pernah
• Penggunaan ß2-agonis minimal
• Aktivitas tidak terhambat
• Uji fungsi paru normal (mendekati)
• Efek samping obat minimal
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai