Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum
memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala
jenis makanan, seperti: makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan
olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti:
kebiasaan merokok dan alkohol ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan
mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Hipertensi, Ginjal
dan sebagainya.
Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus dan Hipertensi.
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang
pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin dan
yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung
insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan
persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes
mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95%
seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20%.
Definisi hipertensi menurut WHO 1999 pada intinya sama namun memasukkan
kategori terpisah untuk hipertensi sistolik saja (sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik < 90
mmHg). Populasi lansia cenderung menderita hipertensi sistolik lebih tersendiri, yang secara
jelas berkaitan dengan peningkatan risiko MI dan stroke.
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat
ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan
kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan
kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive
Health Care Service yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan
kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan
pencegahan (public health service).

1
Dokter keluarga merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga, dan tidak
hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
Praktek dokter keluarga adalah praktek kedokteran dalam pelayanan primer dijalankan secara
komprehensif yang meliputi pelayanan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan
dan pemulihan, serta menyeluruh dan memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai
suatu unit.
Dengan pendekatan dokter keluarga, maka pemeliharaan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif, dapat dilakukan dengan mengkaji masalah kesehatan
keluarga dan individu dalam keluarga dengan mempelajari riwayat penyakit secara
komprehensif sehingga pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah :
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari
aspek fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah,
dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.
4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.

C. Tujuan Penulisan
Setelah melakukan pengamatan ini diharapkan mampu menangani kesehatan keluarga
secara menyeluruh dengan menerapkan sifat dokter keluarga yaitu Holistik,
komprehensif, terpadu, berkesinambungan, proaktif, dan pendekatan keluarga.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil
evaluasi mahasiswa dalam rangkan mengoptimalkan peran Puskesmas.
2. Manfaat untuk mahasiswa

2
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan
dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

E. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah penemuan penderita aktif (Active case finding). Data
yang diperlukan dalam pengumpulan data ini adalah data subyektif pada penderita diabetes
melitus dan hipertensi dengan wawancara dan kunjungan langsung pada penderita yang
mendatangi puskesmas Kelurahan Karet Setiabudi tentang pola hidup yang selama ini
dilakukan, untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
 Diabetes Mellitus kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
 Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.

2.2 Klasifikasi
 Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe :
1) Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes mellitus yang tergantung insulin.
2) Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung
insulin.
Diabetes mellitus tipe I biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan
persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus
diabetes mellitus tipe II sering ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan
persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non
obesitas 20%.
Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP -
Kapiler < 80
Gangguan Puasa Vena 100 - 140 2 jam PP Vena 100 - 140
Toleransi Kapiler 80 - 120 Kapiler 80 – 120
Glukosa
DM Puasa Vena > 140 2 jam PP Vena > 200
Kapiler > 120 Kapiler > 200

Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :


 Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri
yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,
Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus
hipertensi.
 Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut +
10% dari kasus-kasus hipertensi.

4
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tinggi Normal 130-139 85-89
Hipertensi
Tahap 1 (ringan) 140-159 90-99
Tahap 2 (sedang) 160-179 100-109
Tahap 3 (berat) ≥180 ≥110

2.3 Etiologi
 Diabetes Melitus tipe II :
Gangguan utama terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-
sel darah. Dalam diabetes tipe 2 reseptor sel yang merespon terhadap insulin baik
tidak bekerja sepenuhnya atau tidak menyebabkan resistensi insulin sampai untuk
menandai.
 Hipertensi :
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf
atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan
denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR,
sehingga tidak menimbulkan hipertensi.4,5

2.4 Patofisiologi
 Diabetes Melitus tipe II :
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
 Hipertensi :
- Teori terkini mengenai hipertensi :
a. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)

5
o Respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
o Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang
menetap.
- Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA)
o Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga meningkatkan
aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida
nitrat.
o Memediasi kerusakan organ akhir pad jantung (hipertrofi), pembuluh darah,
dan ginjal.
o Memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh
darah)
- Defek pada transport garam dan air
o Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak, peptida natriuretik atrial,
adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin.
o Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang
rendah.1,2

2.5 Gejala Klinis


 Diabetes Melitus tipe II :
1) Meningkatnya nafsu makan
2) Rasa haus meningkat
3) Peningkatan buang air kecil
4) Kelelahan
5) Mengalami infeksi yang penyembuhannya lambat atau sering.
 Hipertensi :
Biasanya tidak bergejala pada stadium awal; bila TD meningkat secara akut, pasien
dapat mengalami epistaksis, sakit kepala, penglihatan kabur, tinnitus, pusing, defisit
neurologis transien atau angina; bila perkembangan gejala lebih lambat, pasien dapat
datang dengan gejala yang berhubungan dengan kerusakan organ akhir, seperti gagal
jantung kongestif, stroke, gagal ginjal, atau retinopati.1

6
2.6 Penatalaksanaan
 Diabetes Melitus tipe II  Diabetes adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
secara tuntas. Hal yang dapat kita lakukan hanya mencegah agar jangan sampai
terserang diabetes. Karena diabetes itu merupakan penyakit turunan, beberapa orang
tidak dapat menghindarinya, melainkan hanya bisa mencegah supaya diabetes yang
diidapnya tidak memburuk.
- Makanan seimbang
- Diet sehat
- Olahraga
- Tingkat kadar gula darah
Pengobatan dengan terapi insulin adalah jalan pengobatan terhadap penderita
penyakit diabetes dalam arti lain terapi insulin adalah penyuntikan insulin ke dalam
tubuh hanya dilakukan terhadap pasien diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang sudah akut.
Selain dengan cara diatas kita dapat menggunakan cara terapi insulin yaitu :
1) Insulin Dasar
2) Insulin Bolus (Boluses Insulin)
 Hipertensi  Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi
terapi farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain
dengan mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol,
rokok, menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan
stress, emosi dan lebih tawakal. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis
hipertensi berdasarkan faktor resiko.3
Pilihan obat :
- Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta bloker, penghambat kanal kalsium.
- Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa
bloker, beta bloker, antagonis Ca, diuretic.
- Indikasi yang sesuai :
(1) Diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria : inhibitor ACE.
(2) Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic.
(3) Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama.
(4) Infark miokard : beta bloker (non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi
sistolik).3,4

7
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


- Nama : Ny. Mutmainah
- Tempat, tanggal lahir : Tegal, 24 Agustus 1950
- Umur : 65 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Pendidikan : SMP
- Agama : Islam
- Alamat : Jln. O Rt. 014/002, kelurahan Karet, setiabudi

3.2 Riwayat Biologis Keluarga


- Keadaan kesehatan sekarang : Baik
- Kebersihan perorangan : Sedang
- Penyakit yang sedang diderita : Diabetes Melitus dan Hipertensi
- Penyakit keturunan : Tidak ada
- Penyakit kronis/menular : Tidak ada
- Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
- Pola makan : Baik
- Pola istirahat : Baik
- Jumlah anggota keluarga : 5 orang

3.3 Psikologis Keluarga


- Kebiasaan Buruk : Tidak ada
- Pengambilan keputusan : Bapak, setelah musyawarah dengan keluarga
- Ketergantungan obat : Tidak ada
- Tempat mencari pelayanan : Puskesmas kesehatan
- Pola Rekreasi : Sedang

3.4 Keadaan Rumah/ Lingkungan


- Jenis bangunan : Permanen
- Lantai rumah : Keramik

8
- Luas rumah : 5 x 8 = 40 m2
- Penerangan : Sedang
- Kebersihan : Sedang
- Ventilasi : Baik
- Dapur : Kebersihan sedang
- Jamban keluarga : Ada
- Sumber Air Minum : Air isi ulang
- Sumber pencemaran air : Tidak ada
- Pemanfaatan pekarangan : Ada
- Sistem pembuangan air : Ada
- Tempat pembuangan sampah : Ada
- Sanitasi lingkungan : Sedang

3.5 Spiritual Keluarga


- Ketaatan beribadah : Baik
- Keyakinan tentang kesehatan : Baik

3.6 Keadaan Sosial Keluarga


- Tingkat pendidikan : Sedang
- Hubungan antaranggota keluarga : Baik
- Hubungan dengan orang lain : Baik
- Kegiatan organisasi sosial : Sedang
- Keadaan ekonomi : Sedang

3.7 Kultural Keluarga


- Adat yang berpengaruh : Jawa, namun tidak terlalu berpengaruh

3.8 Daftar Anggota Keluarga

Hubungan Jenis Keadaan


Nama Keadaan Gizi
dengan KK Kelamin Kesehatan
Bp. Efendi KK Laki-laki Baik Baik
Ny. Mutmainah Istri Perempuan DM, Baik
Hipertensi
Yanti Anak* Perempuan Baik Baik

9
Hariri Menantu* Laki-laki Baik Baik
Nunung Anak Perempuan Baik Baik
Wahyu Menantu Laki-laki Baik Baik
Heri Mulyana Cucu Laki-laki Baik Baik
Sri Ayu Cucu* Perempuan Baik Baik

* = Tidak tinggal serumah dengan pasien.

3.9 Genogram Keluarga

 Keterangan:
- Laki-Laki

- Perempuan

- Penderita DM dan HT

3.10 Pemeriksaan
A. Anamnsesis
 Keluhan utama : Pusing
 Keluhan tambahan: Pegal dan kaku pada leher dan bahu
 Riwayat Penyakit Sekarang :
- Diabetes Tipe II ,GDP= 198 mmol/dL
- Hipertensi, tekanan darahnya mencapai 170/100 mmHg.
- Pasien rajin kontrol ke puskesmas.
 Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku sudah 10 tahun menderita Hipertensi
dan selama 3 tahun menderita Diabetes Millitus.
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat penyakit ginjal : disangkal

10
- Riwayat penyakit kuning : disangkal
- Riwayat penyakit paru : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut garis keturunan langsung dari pasien,
pasien tidak mengetahui riwayat kesehatan keluarganya (orang tua) pasien karena
orang tua pasien telah meninggal sejak pasien masih berumur 22 tahun. Jadi,
tidak dapat diketahui apakah diabetes dan hipertensi yang diderita pasien adalah
penyakin keturunan atau tidak.
 Riwayat alergi : disangkal

B. Pemeriksaan Fisik :
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda vital :
o TD : 160/90 mmHg
o RR : 24 x/menit
o Nadi : 80 x/menit
o Suhu : 37 ºC

C. Pemeriksaan Penunjang :
- Glukosa Darah : Puasa 198 mg/Dl
Alasan pemeriksaan penunjang ini yang disarankan adalah untuk memastikan
diagnosis, menyingkirkan DD, follow up dan rencana terapi.

D. Diagnosis Penyakit : Diabetes Melitus dan Hipertensi


E. Diagnosis Keluarga : Dalam keluarga pasien, status kesehatan semua keluarga
pasien baik.
F. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit :
a. Promotif :
- Meningkatkan kesadaran pasien terhadap kesehatannya, dengan memotivasi
pasien untuk tetap terus beraktifitas atau berolahraga yang ringan, misal berjalan
kaki pada pagi hari.
- Mendorong keluarga pasien untuk mendukung pengobatan yang dijalani pasien.

11
- Memberikan pengertian pada pasien bahwa penyakit yang diderita dapat
dikontrol untuk mencegah timbulnya komplikasi.
b. Preventif :
- Mengupayakan pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan-makanan yang
mengandung kadar gula dan garam yang tinggi atau makanan yang mengandung
banyak lemak, dan memperbanyak makan serat, seperti buah dan sayuran.
- Meminum obat-obatan secara teratur untuk mencegah timbulnya gejala.
c. Kuratif :
Pihak Puskesmas tetap terus memberi pengobatan setiap kali pasien datang untuk
memeriksakan kesehatannya. Obat yang diberikan adalah Amlodipine dan
Glibenclamid.
d. Rehabilitatif :
Mengupayakan pasien untuk tetap terus memeriksakan dirinya ke Puskesmas agar
tekanan darah tetap terkontrol dan tetap memotivasi pasien agar menelan obat yang
diberi secara teratur.
G. Prognosis :
- Penyakit : Bila pasien teratur meminum obat yang diberikan dan selalu memeriksa
tekanan darahnya ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan pola hidup
sehat yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
- Keluarga : Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta
keluarga yang sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana
keluarga yang sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien
maupun keluarganya.
- Masyarakat : Adanya hubungan sosial yang baik antar masyarakat di tempat pasien
tinggal yang sangat mendukung kesehatan pasien dapat membesarkan hati pasien
untuk mengontrol penyakitnya. Prognosisnya dubya ad bonam untuk pasien
maupun masyarakat.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Peranan keluarga dalam mengobati penyakit pasien:


 Peran keluarga sudah cukup baik terutama pasien yang sering diingatkan agar istirahat
teratur, makan dikontrol, dan tidak lupa untuk minum obat.
 Peran lainnya ialah dengan mengontrol pola makan pasien yang terkadang sulit
mengikuti anjuran diet dari dokter. Akan tetapi terkadang sulit untuk menyesuaikan
jenis makanan pasien dengan keluarga lainnya. Hal inilah yang menjadi kendala.
 Kondisi lingkungan perumahan: menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
 Keadaan sosial-ekonomi pasien dalam penyembuhan penyakit, sudah baik karena ada
usaha untuk kondisi pasien yang baik pernah berobat ke rumah sakit. Pasien dan
keluarga memiliki kesadaran untuk memeriksakan diri secara tepat dan tidak menunda
penyakit sampai parah. Keadaan sosialisasi pasien dengan kerabat masyarakat sekitar
cukup baik. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor positif bagi kesehatan pasien.

4.2 Penjelasan kepada pasien dan keluarga:


 Tentang penyakitnya
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan. Oleh karena itu,
penting untuk mengetahui dan mencegahnya. Meski kadang dilihat sebelah mata oleh
pasien, diabetes memiliki berbagai komplikasi yang cukup mengganggu. Diabetes
meliputi multi system yaitu saraf, gastrointestinal dan lainnya. Maka dari itu, sedikit
keluhan yang dirasakan oleh pasien harus diwaspadai sedini mungkin dengan
memeriksakan diri ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Yang terpenting
dalam pengobatan diabetes adalah membuat kadar gula darah terkontrol, tidak
melebihi batas normal. Semakin tinggi angka, maka lebih banyak komplikasinya.
 Tentang upaya pengendaliannya
Yang terpenting dalam pengendalian yang dilakukan ialah mengkonsumsi obat-obatan
yang diberi oleh dokter. Pengendalian terpenting dalam diabetes mellitus ialah
pengendalian pola makan. Mengurangi karbohidrat, makanan yang asin, berlemak dan
manis. Diperlukan juga olahraga ringan demi menjaga kebugaran.
 Peran keluarga

13
Peran keluarga sangat besar khususnya suami dan anak pasien. Peran keluarga sudah
baik, terlihat saat melakukan kunjungan sang anak memperhatikan pasien dengan
mengunjungi dokter untuk berkonsultasi. Selain itu, pengawasan terhadap konsumsi
obat telah dilakukan dengan baik.
 Cara Makan Obat
Dikarenakan obat yang diberikan lebih dari satu, maka perlu diatur jadwal konsumsi
obat sehingga menjadi teratur. Obat yang diberikan ada 2 buah, yaitu Glibenclamid
dan Amlodipin. Obat juga disarankan jangan sampai lupa dimakan. Oleh karena itu
diperlukan pengawasan ekstra dari anggota keluarga sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam konsumsi obat.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah hipertensi terkontrol dan diabetes mellitus.
Keberhasilan dalam penatalaksanaan penyakit sangat bergantung pada motivasi dan
perhatian keluarga terhadap penyakit pasien.

5.2 Saran
1) Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
khususnya penyakit yang tergolong kronis dan berat.
2) Pasien
- Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,
sehingga mengurangi beban pikirannya.
- Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga
kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.
- Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat.

15
Lampiran Kegiatan

Gambar.1 Gambar.2
Foto bersama Pasien dan Anaknya Tempat mencuci

Gambar.3 Gambar.4
Bak digunakan untuk menampung air Kondisi Dapur

Gambar.5
Kamar Mandi
16

Anda mungkin juga menyukai