PENDAHULUAN
jantung koroner dan hipertensi, diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu
karbohidrat, protein dan lemak. Penyandang DM akan ditemukan dengan berbagai gejala
makan) dengan penurunan berat badan. DM jangka waktu lama menimbulkan rangkaian
mikrovaskular.
menyebabkan kematian dan kesakitan prematur. Dari seluruh penderita diabetes mellitus
sebagian penderita tidak pernah mengalami masalah ini tetapi penderita lain dapat
mengalaminya sejak awal, rata-rata gejala terjadi 15 sampai 20 tahun setelah terjadinya
komplikasi bersama-sama atau terdapat satu masalah yang mendominasi, yang meliputi
kelainan vaskuler, retinopati, nefropati diabetik, neuropati diabetik dan ulkus kaki
diabetik.
Menurut beberapa ahli kira-kira 4% dari penduduk dunia menderita diabetes mellitus
dan 50% dari penderita ini memerlukan perawatan bedah. Dari jumlah penduduk
indonesia yang 200 juta jiwa, prevalensi penderita diabetes mellitus adalah sekitar 1,4 –
penting dalam klinik diabetes, dan seringkali menimbulkan masalah berupa tindakan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi
tinggidalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi
perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Sidabutar,
2009). Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972 juta orang atau
26,4%
penduduk dunia menderita hipertensi, dengan perbandingan 50,54% pria dan 49,49 %
wanita. Jumlah ini cenderung meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistic
penderita di negara barat seperti, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa Barat juga hampir 2
15% (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat 15% ras kulit putih pada usia 18-45 tahun dan
1.2 Tujuan
Penulisan referat ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
fitur epidemiologi, faktor predisposisi, penyebab, dan manifestasi klinis untuk kasus
diabetes mellitus dan hipertensi yang bertujuan untuk memberikan informasi latar
penulis maupun pembaca mengenai diabetes mellitus dan hipertensi beserta patofisiologi
dan penangananannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula darah yang
kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
karena kekurangan hormone insulin. Masalah utama pada penderita DM ialah terjadinya
dan kematian penderita DM (Surkesda, 2008). DM adalah suatu sindrom kronik gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau
insulin efektif (DM Tipe 2) atau insulin absolut (DM Tipe 1) di dalam tubuh. Pada DM
terdapat tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria, dapat disertai dengan atau tidaknya
gejala klinik akut seperti poliuri, polidipsi, penurunan berat badan, ataupun gejala kronik
seperti gangguan primer pada metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolisme
sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin secara efektif, akibatnya terjadi kelebihan
glukosa di dalam darah (80-110 mg/dl) yang akan menjadi racun bagi tubuh. Sebagian
glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah ke sistem urin (Wijayakusuma,
2004).
paling ditaku ti, da n merupakan kausa mayor mor biditas, ketidakm ampuan
pada pen de rita dengan diabetes mellitus. Resiko amputasi penderita diabetes
ialah 15 kali dibanding dengan yang non diabetik. Ulkus diabetik maupun
minimal saja dapat menyebabkan ulkus pada kulit dan gangguan penyembuhan
pende rita datan g ke ru mah sak it sudah dalam ka da an. lanju t sehingga amputasi
tungkai yang berakibat cacatnya penderita seumur hidup merupakan salah satu
Peningkatan tekanan darah sistolik pada umumnya >140 mmHg atau tekanan darah
diastolik >90 mmHg (Depkes RI, 2006) kecuali bila tekanan darah sistolik ≥210 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥120 mmHg (Setiawati dan Bustani, 1995).
Klasifikasi tekanan darah oleh Chobanian dkk. (2004) untuk pasien dewasa (usia ≥18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
hipertensi. Krisis hipertensi merupakan suatu kelainan klinis ditandai dengan tekanan
darah yang sangat tinggi yaitu tekanan sistolik >180 mmHg atau tekanan distolik >120
mmHg yang kemungkinan dapat menimbulkan atau tanda telah terjadi kerusakan organ.
emergensi yaitu tekanan darah meningkat ekstrim disertai kerusakan organ akut yang
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit-jam)
untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Hipertensi urgensi yaitu tingginya tekanan
darah tanpa adanya kerusakan organ yang progresif sehingga tekanan darah diturunkan
dalam waktu beberapa jam hingga hari pada nilai tekanan darah tingkat I (Depkes RI,
2006).
2.2 Epidemiologi
Diabetes mellitus tidak hanya diderita oleh penduduk di negara-negara maju namun di
adalah 1,1% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala. Sebanyak 17 propinsi
SumateraBarat.
(berdasarkan pengukuran gula darah pada penduduk umur diatas 15 tahun di daerah
perkotaan) adalah 5,7%. Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi DM diatas
Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari
3 penduduk pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan
meningkat sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010
mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang
tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90
mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol. Persentase pria
yang menderita hipertensi lebih tinggi dibanding wanita hingga usia 45 tahun dan
sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke atas,
persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari pria (Go dkk., 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar
9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat
b
belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013 ).
merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah
sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta
merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta
yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan
mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-
kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat kekurangan
kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000- 35.000
) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000. sedang pada DM dengan
penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus
mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT1 tanpa pengaturan harian, pada
b). DM Tipe 2 ( Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin =DMT 2): DMT 2
adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak
pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi
sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut : (Tjokroprawiro,
2007)
sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau
intraselluler terganggu.
sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya
terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas
Dalam patogenesis ulkus diabetikum ada 3 faktor yang dapat dipandang sebagai
predisposisi kerusakan jaringan pada kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi.
Jarang sekali infeksi sebagai faktor tunggal, tapi seringkali merupakan komplikasi
iskemia maupun neuropati.
DIABETES MELLITUS
a. Hipertensi primer
Penyebab hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi faktor genetik dan
(Weber dkk., 2014). Faktor genetik dapat menyebabkan kenaikan aktivitas dari
garam terhadap tekanan darah. Selain faktor genetik, faktor lingkungan yang
mempengaruhi antara lain yaitu konsumsi garam, obesitas dan gaya hidup yang tidak
sehat (Weber dkk., 2014) serta konsumsi alkohol dan merokok (Mansjoer dkk.,
1999).
ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktivitas fisik
yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor
b. Hipertensi sekunder
obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik
dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari
ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi
Tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi
berbagai faktor seperti faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi dua
variabel hemodinamik yaitu curah jantung dan resistensi perifer total (Robbins dkk.,
2007). Curah jantung merupakan faktor yang menentukan nilai tekanan darah
sistolik dan resistensi perifer total menentukan nilai tekanan darah diastolik.
Kenaikan tekanan darah dapat terjadi akibat kenaikan curah jantung dan/atau
Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi. Apabila
keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas, yang
disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala klasik
tersebut diatas disebut pula“TRIAS SINDROM DIABETES AKUT” bahkan apabila tidak
segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan ketoasidosis diabetik. Gejala kronis
DM yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan
kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi dan lain-lain
(Tjokroprawiro, 2007 ).
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan
2.5 Diagnosis
pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,
faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan
tempat pengukuran.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner,
keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau
pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian
2.6 Tatalaksana
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
3).
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama
pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam
penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa
obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan
penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa
terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.
1. Terapi nonfarmakologis
a. Pengaturan Diet: Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
sebagai berikut:
• Karbohidrat : 60-70%
• Protein : 10-15%
• Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal.
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin
dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu
penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar
HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap
kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu
harapan hidup.
Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya
diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi 300 mg
per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh.
Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam (terutama daging
dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.
Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak
25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan
berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa
lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang
berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar
umumnya kaya akan vitamin dan mineral
b. Olahraga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk
mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes.
Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara
teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training) . Sedapat mungkin mencapai
zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan,
antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga
aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit per hari didahului
dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah
raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin
dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
2. Terapi farmakologis
Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga) belum
berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan
langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi
obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
a. Pemicu Sekresi Insulin
1. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada
berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal
2. Glinid
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
-Tiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis
kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
e. Insulin
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
-insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
-insulin kerja pendek ( short acting insulin)
-insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
-insulin kerja panjang (long acting insulin)
Tujuan utama terapi hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas yang
berhubungan dengan hipertensi serta berkaitan dengan kerusakan organ target (seperti
kardiovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). Target tekanan darah adalah <140/90
mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan <130/80 mmHg untuk pasien diabetes
melitus dan gagal ginjal kronis (Chobanian dkk., 2004). Terapi hipertensi meliputi :
a. Terapi non farmakologis
obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi
dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu,
modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan
dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pendekatan nonfarmakologis dibedakan
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik
teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh.
dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun.
dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang
perlu diingat adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai
pengobatan hipertensi.
Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu dipenuhi sebelum
dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah sistolik
tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melebihi 100
mmHg.
c. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung dengan
fisik.
d. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap
beban.
dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat
garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak
makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam.
Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan
garam secara ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan pasien secara drastis.
lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi
lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium
4. Menghilangkan stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan sudah
melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu
perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari
c. Penatalaksanaan Farmakologis
.aeaææ
aiou
uinŒ ›i:di1así
}‘ßZì§| l1%l1ak” x
2.7 Komplikasi
(Sidartawan, 2007).
DM, baik sistemik, organ ataupun jaringan tubuh lainya. Proses glikosilasi
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemi
normal, sedangkan akibat dari kendali gula darah yang berat resiko
pemberian gula dari luar. disebut gula darah rendah adalah bila
diminum
- minum alkohol
3 no, yaitu :
ketonemia ).
A. Dehidrasi berat, hipotensi sampai terjadi syok
mOSM/l.
steroid
2. Komplikasi Kronis
(Tjokroprawiro, 2007)
b. Mata (Tjokroprawiro,2007)
- Glaucoma
/inkontinensia).
- Impotensi Diabetik.
penyebab lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
memiliki tekanan darah diatas normal. Hipertensi merupakan salah satu faktor
serebrovaskular.
dari 140/90 mmHg diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Terapi non
farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga, menghentikan rokok
dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama dengan
obat farmakologi.
dalam mengontrol glukosa darah. Asupan zat gizi mikro, salah satunya vitamin C
Albers A. R., Krichavsky M. Z. & Balady G. J., 2006. Stress Testing in Patients
With Diabetes Mellitus Diagnostic and Prognostic Value. Circulation is
availablevol pp.583-592