Anda di halaman 1dari 34

Laporan

Jaga
Jumat, 24-11-17

Yunitia anjani
Besta Desmara
Nama diagnosis terapi
1. Tn. T Vulnus eksoriatum, vulnus Debridement
laseratum
2. Tn. F Vulnus laseratum Debridement, wound
toilet, hecting dalam 15,
hecting luar 17, wound
dressing
3. An. M Luka bakar grade 2a ec. Aspirasi cairan bula
Termal, luas : 1 3/4 menggunakan spuit 5cc,
burnazin
ANAMNESIS

IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn DD
2. Usia : 42 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. MRS : 24/11/17
6. Alamat : Jl Widuri II RT 03 RW 05, Genuk,
Kota Semarang, Jawa Tengah
7. No. CM : 01331733
KELUHAN UTAMA

Rasa nyeri bekas gigitan ular


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 ± 10 menit sebelum masuk IGD pasien
mengeluhkan punggung kaki kanan
bekas gigitan berdenyut, nyeri pada
bekas gigitan, terasa bengkak &
kemerahan pada tempat gigitan.
 Setelah itu kaki pasien diikat dengan
menggunakan tali pada bagian atas
pergelangan kaki.
pasien digigit ular pada punggung kaki
kanan ketika hendak ke kamar mandi di
belakang rumahnya. Pasien mengatakan
digigit ular berwarna hijau dengan ekor
berwarna merah , panjang ± 20 cm, kepala
segitiga dengan 1 kali gigitan.
Mual (+), muntah (-), Mengigil (-) , kaki
dapat diangkat, akral dingin (-), sesak nafas (-
), gatal-gatal seluruh badan (-), kejang (-).
Keluar darah dari tempat gigitan (-),
penurunan kesadaran (-), pandangan kabur (-)
Riwayat Penyakit Dahulu

• Tidak ada riwayat digigit ular sebelumnya


• Asma (-), Kejang (-), gangguan
pembekuan darah (-).
PRIMARY SURVEY
Airway and Cervical Control
• Pasien bisa berbicara lancar dengan suara yang jelas.
• Look : agitasi (-), sianosis (-), penggunaan otot bantu
nafas (-)
• Listen : snooring(-), gurgling (-), stridor (-), hoarsness(-)
• Feel : tidak terdapat deviasi trakea
• SpO2 99%
• Assessment: Airway clear

Breathing
• Look : nafas spontan, jejas (-)frekuensi nafas 22 x/menit,
pengembangan dinding dada simetris.
• Listen : suara nafas vesikular (+/+)
• Feel : krepitasi (-), sonor diseluruh lapangan paru
• Assessment: Breathing clear
Circulation
• Look : kemerahan, tampak luka fang mark (vulnus
morsum) ,tak tampak deformitas, udem

• Feel : Akral hangat ,CRT < 2 detik, Nadi 72x/menit,


reguler, isian cukup
• Movement : gerakan bebas
• Tekanan Darah 140/89 mmHg

• Assessment: Circulation clear


• Tindakan: pasang IV line RL 18 tpm
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :tampak sakit ringan
2. Kesadaran :komposmentis
3. Vital Sign
Tekanan Darah : 140/89mmHg
Nadi : 110 kali/menit
Suhu : 37,0˚C
Pernafasan : 22 x/menit
Status Generalis :
 Pemeriksaan kepala dan leher : konjungtiva
palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor
 Pemeriksaan thoraks :
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan, jejas (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
 Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
 Auskultasi : SDV (+/+)focal fremitus normal
 Pemeriksaan abdomen :
 Inspeksi : cembung, tanda inflamasi (-)
 Auskultasi : BU (+) N
 Perkusi : timpani di 4 kuadran
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
 Pemeriksaan ekstremitas : Status lokalis
Status Lokalis :
Regio : dorsum pedis
Inspeksi : Tampak 1 buah luka bekas
gigitan berbentuk 2 titik, edema (+),
eritema (+), perdarahan (+), bula (-),
Palpasi : Akral hangat, nyeri tekan (+),
edema (+), CRT <2 detik, ROM baik.
Diagnosis Kerja
Snake bite

Rencana Pemeriksaan Penunjang


-
DIAGNOSIS AKHIR
 Snake bite
PENATALAKSANAAN
 Insisi linier + massage
 Infus RL 20tpm
 SABU 1 vial drip
1. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat
penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan
menghindari komplikasi sebelum mendapatkan
perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala
dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa
korban ke tempat perawatan medis.
Metode pertolongan yang dilakukan adalah
menenangkan korban yang cemas; imobilisasi
(membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit
dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu
agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau
kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke
dalam aliran darah dan getah bening; pertimbangkan
pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari
gangguan terhadap luka gigitan karena dapat
meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan
pendarahan lokal.
• 2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya,
dengan cara yang aman dan senyaman mungkin. Hindari
pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan
penyerapan bisa.
• 3. Pengobatan gigitan ular Pada umumnya terjadi salah
pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode
penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga
menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat
tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang
digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus
dihindari karena tidak terbukti manfaatnya
• 4. Terapi yang dianjurkan meliputi:
a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
Gambar 3. Imobilisasi bagian tubuh menggunakan perban.
b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun
elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat
di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki
sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat
dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi
ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu
Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan
torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas;
penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi
perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock
perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat
terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan
ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka diberikan
satu dosis toksoid tetanus.
e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik.
g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka sifatnya
adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat
polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya
diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.
PEMBAHASAN

Gigitan Ular
PERBEDAAN ULAR BERBISA DAN
TIDAK BERBISA

Tidak berbisa Berbisa

Bentuk Kepala Bulat Elips, segitiga

Gigi Taring Gigi Kecil 2 gigi taring besar

Bekas gigitan Lengkung seperti U Terdiri dari 2 titik

Warna Warna-warni Gelap


JENIS ULAR BERBISA
Secara umum dibagi dalam 3 famili :
1. Hydrophidae (ular laut)
2. Elapidae (Ular kobra)
3. Viperidae ( Crotalidae)

KOMPONEN BISA ULAR


Bisa ular : suatu zat/substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan
mangsa dan juga berperan dalam pertahanan diri.

Berasal dari kelenjar parotid yang berada di setiap bagian bawah sisi
kepala
KOMPONEN BISA ULAR
Terdiri dari berbagai macam protein, enzim dan polipeptida.
Hialuronidase yang dapat merusak sel sehingga memudahkan
penyebaran racun.
Enzim proteolitik : meningkatkan permeabilitas vaskular  edema,
bula, lebam dan nekrosis di tempat gigitan.
Phospholipase A2 (lecithinase): ditemukan pada hampir seluruh bisa
ular. Merusak mitokondria eritrosit leukosit trombosit, saraf tepi,otot
skelet,endotel pembuluh darah dan juga memicu pelepasan histamin dan
antikoagulan.
Zinc metalloproteinase haemorrhagins: merusak endotel pembuluh
darah  mengakibatkan perdarahan.
Procoagulant enzymes: banyak pada famili Viperidae dan sebagian
kecil Elapidae menstimulasi pemecahan benang fibrin di aliran darah
 membuat darah sukar membeku (consumption coagulopathy) .
Sifat bisa :

I. Neurotoksik : Ular Kobra, ular Kraits


& ular Karang, ular Welang
II. Hemolitik : Rattlesnaker, ular
comperhead.
III. Neurotoksik dan Hemolitik : ular laut.
Tanda dan Gejala gigitan ular berbisa

• Tidak semua ular berbisa sewaktu menggigit


akan meninjeksikan bisanya.
• Walaupun tidak ada bisa yang diinjeksikan
ke tubuhnya  panik, nafas menjadi cepat,
tangan dan kaki menjadi kaku, sakit kepala.
• Tanda dan gejala bervariasi  jenis ular dan
jumlah bisa yang diinjeksikan.
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium : darah rutin,
elektrolit, PT/APTT, fibrinogen, Ureum/
Kreatinin
• EKG

PEMERIKSAAN
PENATALAKSANAAN
 Menenangkan pasien yang cemas
 Immobilisasi bagian yang kena gigitan
 Pemberian ATS
 Pemberian analgetik
 Pemberian SABU sesuai derajat Parrish
a. Derajat 0 dan 1 tidak diberikan SABU, observasi
dalam 12 jam
b. Derajat II : 3-4 vial SABU
c. Derajat III : 5-15 vial SABU
d. Derajat IV : berikan penambahan 6-8 vial SABU

Anda mungkin juga menyukai