Presentan:
Ridho Anugrah S – 12100116211
Preseptor:
Diana Rahmi, dr., Sp.A
Jenis Kekebalan
Kekebalan pasif: kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
oleh individu itu sendiri. Contoh: kekebalan pada janin yang diperoleh dari
ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
imunoglobulin.
Kekebalan aktif: kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan
pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah.
Tujuan imunisasi
Umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan apusan tenggorok
negative 2 kali berturut-turut
Tirah baring selama ± 2-3 minggu
Pemberian cairan serta diet yang adekuat
Khusus
Antitoksin (ADS)
Antibiotik
Penilin prokain 50.000-100.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari. Bila terdapat riwayat
hipersensitivitas penisilin, berikan eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari.
Kortikosteroid
Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai gejala obstruksi
jalan napas bagian atas, dan miokarditis. Berikan prednisone 2mg/kgBB/hari selama 2
minggu kemudian diturunkan dosisnya bertahap.
PENCEGAHAN
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT dilakukan ketika usia 2 bulan (DPT 1), 3 bulan (DPT 2), 4
bulan (DPT 3), 18 bulan (DPT 4), 5 tahun (DPT 5), 10-12 tahun (DPT 6), yang
kemudian diberikan booster Td setiap 10 tahun.
Keluarga dekat pasien yang positif menderita difteri diisolasi dan meminum
antibiotik sampai keluar hasil negatif.
Bagi petugas kesehatan yang menangani kasus difteri, meminum antibiotik
untuk pencegahan.
Apabila menemukan kasus difteri, laporkan ke Puskesmas setempat.
PERTUSIS (batuk 100 hari)
DEFINISI
Pertusis adalah infeksi akibat bakteri Gram-negatif Bordetella pertussis pada
saluran napas sehingga menimbulkan batuk hebat yang khas.(PPM, jilid 2)
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan pada tahun 2008 terjadi 16 juta kasus di seluruh dunia, 95%
diantaranya terjadi di negara sedang berkembang.
Angka kematian akibat pertusis mencapai 195.000 anak.
ETIOLOGI
Laboratorium
Leukositosis (15.000–100.000/mm3) dengan limfositosis absolut
Didapatkan antibodinya (IgG terhadap toksin pertusis)
Foto Rontgen toraks: infiltrat perihiler atau edema, atelektasis, atau
empiema
Diagnosis pasti dengan ditemukannya organisme pada apus nasofaring (bahan
media Bordet-Gengou)
KOMPLIKASI
Pneumonia Kejang
Atelektasis Tanda perdarahan, berupa:
Ruptur alveoli Epistaksis, melena, perdarahan
Emfisema subkonjungtiva, hematom
epidural, perdarahan intrakranial
Kuman tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam suasana anaerob
(rendah oksigen), lalu menghasilkan toksin yang akan menempel pada reseptor di sistem
syaraf menimbulkan kontraksi dan spastisitas otot yang tak terkontrol, kejang, dan
gangguan sistem otonom.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat luka yang terkontaminasi (luka septik): trauma, luka bakar, injeksi i.m.,
pembedahan, pemotongan, dan perawatan tali pusat, serta ditemukan ulser,
gangren, gigitan ular yang nekrotik, dan infeksi telinga tengah
Riwayat tidak diimunisasi tetanus atau imunisasi tetanus tidak lengkap
Pemeriksaan Fisik
Trismus adalah kekauan otot maseter sehingga mulut sukar dibuka
Risus sardonicus, terjadi sebagai akibat kekauan otot mimik
Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh
Otot dinding perut kaku sehingga perut seperti papan
Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan sebagai akibat kejang
yang terus menerus atau oleh karena kekakuan otot laring yang dapat
menimbulkan anoksia dan kematian.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium spesifik untuk mendiagnosis tetanus
tidak ada, oleh karena itu diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis:
trismus, disfagia, rigiditas muskular, dan atau spasme
Mungkin leukositosis sedang dan LCS dalam batas normal
KOMPLIKASI
Sepsis
Bronkopneumonia akibat infeksi sekunder bakteri
Kekakuan otot laring dan otot jalan napas
Patah tulang belakang
TATA LAKSANA
PENCEGAHAN
Perawatan luka
Pemberian ATS dan Tetanus Toksoid
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT dilakukan ketika usia 2 bulan (DPT 1), 3 bulan (DPT 2), 4 bulan
(DPT 3), 18 bulan (DPT 4), 5 tahun (DPT 5) dan 12 tahun (dT).
PROGNOSIS
Indikasi kontra
Ensefalopati dalam 7 hari pasca DPT sebelumnya
Perhatian khusus
Demam >40,5°C, kolaps dan episode hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam pasca
DPT sebelumnya yang tidak berhubungan dengan penyebab lain
Kejang dalam 3 hari pasca DPT sebelumnya
Menangis terus ≥3 jam dalam 48 jam pasca DPT sebelumnya
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis whole
cells (DTPw)
dan Tetanus Toksoid (TT)
Heat Marker /
Vaccine Vial Monitor
(VVM)
Vaksin Difteri Tetanus Pertusis
aselular (DTPa)
POLIO
DEFINISI
Polio/Poliomyelitis adalah penyakit kelumpuhan akut yang menular disebabkan
oleh virus polio. Predileksi virus polio pada sel kornu anterior medulla spinalis, inti
motorik batang otak dan area motorik kortek otak yang menyebabkan kelumpuhan
serta atrofi otot. (Buku Ajar-Infeksi)
EPIDEMIOLOGI
Mortalitas lebih sering terjadi pada kasus poliomyelitis paralisis
Virus polio lebih banyak menyerang anak-anak, terutama anak yang
immunocompromised.
Pada bulan Juni 2017, WHO melaporkan wabah polio terjadi di Republik Kongo
dan Siria
ETIOLOGI
Poliomyelitis disebabkan oleh virus polio
Virus polio merupakan virus RNA positive-strained tidak berenvelope, termasuk
genus Enterovirus, dalam famili Picornaviridae dengan ukuran 27µm memiliki 3
tipe strain, yaitu strain 1 (Brunhilde), strain 2 (Lansig) dan strain 3 (Leon)
PATOGENESIS
Virus polio masuk melalui mulut dan bermultiplikasi di faring dan saluran
cerna. Virus dapat terus dikeluarkan bersama tinja dalam beberapa minggu.
Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk ke pembuluh darah,
kemudian sistem saraf pusat; bereplikasi di medula spinalis dan batang otak
serta mengakibatkan kerusakan sel.
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi 8-12 hari
Gejala ringan (Minor illness):
Bisa tanpa gejala
Nyeri tenggorok
Perasaan tidak nyaman di perut
Gangguan gsstrointestinal
Demam ringan
Lemas
Nyeri kepala ringan
Gejala Berat (Major illness):
Gejala klinis dimulai dengan demam
Kelemahan cepat dalam beberapa jam
Nyeri kepala
Muntah
Terlihat mengantuk, iritabel, dan cemas
Nyeri otot, kaku otot, memburuk dan menimbulkan kelumpuhan maksimal
dalam 48 jam (tipe spinal)
Insufisiensi pernapasan, kesulitan menelan, tersedak, kelumpuhan pita suara,
dan kesulitan bicara (tipe bulbar)
PENYAKIT POLIO
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang:
Darah: Leukosit normal/sedikit meningkat, peningngkatan titer IgG 4x lipat
atau titer anti-IgM (+) pada stadium akut. PCR
LCS: 20-300 sel, predominan limfosit (lymphcytic pleocytosis), glukosa normal,
protein normal/sedikit meningkat.
Kultur: dari feses dan apus tenggorok
KOMPLIKASI
Isi:
polio oral: virus hidup yang dilemahkan
Inactivated polio vaccine (IPV): vaksin yang dimatikan
Cara pemberian dan dosis: OPV: 2 tetes peroral tiap pemberian
Jadwal: imunisasi dasar 4x, yaitu saat lahir, usia 2, 3, dan 4
bulan. Imunisasi lanjutan 1 tahun setelah dosis ketiga, interval
tidak kurang dari 4 minggu
KIPI:
Dapat terjadi polio yang berkaitan dengan vaksin (risiko 1 : 2,5
juta), risiko makin menurun pada pemberian dosis berikutnya
Dapat timbul gejala pusing, diare ringan, nyeri otot
Vaksin Polio
Heat Marker
Vaccine Vial Monitor (VVM)
TERIMA KASIH