BENGKULU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BENGKULU 2018 PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian pertussis di Amerika pada masa sebelum adanya vaksin mencapai 270.000 dimana terdapat 10.000 kasus meninggal. Tahun 1940-1990 vaksin pertussis dikembangkan dari seluruh sel organisme Bordetella pertussis (whole cell bordetella pertussis) yang dikombinasikan dengan difteri dan tetanus toxoid (DTwP). Namun pemberian whole cell bordetella pertussis memiliki beberapa permasalahan keamanan, sehingga dikembangkan vaksin acellullar pertussisI yang juga di kombinasikan dengan difteri dan tetanus toxoid (DTaP). Latar Belakang Dalam suatu uji klinis yang membandingkan antara pemberian DTwP dan DTaP didapatkan bahwa kedua jenis vaksin tersebut sama-sama memiliki tingkat spesifisitas titer antibodi yang tinggi. Didalam uji yang lain didapatkan hasil bahwa perlindungan dari DTaP lebih lemah dibandingkan DTwP, akan tetapi penyebab kejadian wabah pertussis berulang memiliki banyak faktor. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi angka kejadian pertussis pada remaja usia 10-17 tahun yang mendapatkan vaksin DTwP dan DTaP sebelumnya. METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian >> Penelitian ini merupakan penelitian case control study.
>> Pengambilan data:
Data diambil dari rekam medik seluruh pasien dari Kaiser Permanente Northern California (KPNC) yang lahir antara tahun 1994-1999 dan mendapatkan 4 dosis pertussis saat berumur umur 1-24 bulan dan mendapatkan booster 1x pada usia 7 tahun, serta dilakukan tes PCR untuk pertussis pada tahun 2010- 2011. lalu pasien dibagi menjadi 2 grup yaitu 1 grup dengan hasil PCR tes positif dan pasien dengan PCR tes negatif. Analisis Data Analisis data menggunakan SPSS versi 16. >> Independent t-test digunakan untuk analisis data >> uji Chi Square untuk uji komparasi antar grup variabel HASIL DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa anak yang mendapatkan 4 dosis DTwP pada usia 1-24 bulan memiliki proteksi yang lebih kuat terhadap pertussis dibandingkan dengan anak yang mendapatkan 4 dosis DTaP, dimana anak yang mendapatkan 4 dosis DTwP 6 kali lebih aman terhadap pertussis dibandingkan anak yang mendapatkan 4 dosis DTaP. Pada penelitian juga ditemukan pada anak yang mendapatkan dosis campuran antara DTwP dan DTaP memiliki tingkat resiko intermediet diantara pemberian all DTwP dan all DTaP yaitu 4 kali lebih beresiko dibandingkan dengan all DTwP Hasil yang didapatkan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Australia dimana pasien dengan vaksin DTaP 4 kali lebih beresiko dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan vaksin DTwP penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin dengan DTwP dan DTaP memicu respon imun yang berbeda pada tubuh bayi, keduanya memiliki titer antibody yang spesifik setelah imunisasi, namun pada vaksin dengan whole cell dan pada infeksi memunculkan Th 1 cytokine respon, sedangkan vaksin aseluler memunculkan campuran antara Th1/Th2 dimana respon Th2 lebih menonjol. Meskipun belum jelas apa yang akan terjadi bila Th2 lebih menonjol pada tubuh namun dari beberapa penelitian di temukan vaksin aselular memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan whole cell, walaupun lebih aman. TERIMAKASIH