MAKALAH
KELOMPOK 2
LATAR BELAKANG…
• Data pada tahun 2011, kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia didominasi oleh angka perkosaan, yakni 400.939 dan angka
terbanyak (70.115 kasus) perkosaan ternyata dilakukan dalam rumah tangga. Pelaku perkosaan dilakukan oleh suami, orangtua sendiri,
bahkan saudara dan keluarga terdekat. Sementara perkosaan di tempat umum (publik) sebanyak 22.285 kasus. Selain itu, negara telah
melakukan kekerasan yang sama karena telah membiarkan 1.561 kasus perkosaan yang tidak terselesaikan (kompas,Hukum.2012).
• Survei Kekerasan Terhadap Anak tahun 2013 terhadap kelompok usia 13-17 tahun menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak laki-laki, dan 1 dari 5
anak perempuan mengalami jenis kekerasan (fisik, seksual, atau emosional) dalam 12 bulan terakhir (kementerian pemberdayaan
perempuan, 2017). Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan angka kasus kekerasan terhadap anak meningkat
menjadi 6.006 kasus pada tahun 2015, dari 2.179 kasus pada tahun 2011, hingga 4.311 kasus pada tahun 2013 (PUSKAPA,2016) . Berdasarkan
data beberapa studi dari United Nations Children’s Fund (UNICEF), didapatkan informasi bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan,
terdapat 37% anak di Papua, 31% di Nusa Tenggara Timur (NTT), 24% di Jawa Tengah (Jateng), dan 13% di Aceh mengalami kekerasan
seksual. Berdasarkan survei Kekerasan Terhadap Anak pada tahun 2013, sebanyak 78,8% anak laki-laki dan 85,1% anak perempuan tidak
mengetahui pelayanan atau bantuan ketika mengalami kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Seperti di negara lain, hingga saat ini
Indonesia belum memiliki data yang merepresentasikan situasi kekerasan seksual terhadap anak secara nasional (Indonesia,UNICEF.2013).
• Perkosaan sebagai suatu tindakan kekerasan merupakan suatu tindak kejahatan
yang dinilai sangat merugikan dan mengganggu ketentraman dan ketertiban
hidup, terutama bagi korbannya. Adanya reaksi umum yang berlebihan
terkadang juga semakin memojokkan korban. Peristiwa perkosaan yang
merupakan berita yang cukup menarik untuk dibicarakan membuat masyarakat
tertarik untuk menjadikan berita tersebut sebagai salah satu bahan
pembicaraan (Fakih dalam Prasetyo, 1997). Akan tetapi tidak jarang masyarakat
justru membicarakan peristiwa tersebut dari segi negatifnya yang dapat
membuat korban merasa malu, takut, dan bersalah dengan kejadian yang
menimpa dirinya. Perasaan tersebut membuat korban semakin enggan untuk
bercerita kepada orang lain ataupun melaporkan kejadian yang dialaminya
• Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska
perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung
terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan
reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut,
cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan
gejala psikologis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma
yang menyebabkan korban memiliki rasa kurang percaya diri, konsep diri
yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti
jantung berdebar dan keringat berlebihan.
RUMUSAN MASALAH…