Anda di halaman 1dari 42

PRESENTASI KASUS

SKIZOFRENIA KATATONIK
Disusun oleh:
Ami Puspitasari
NIPP. 20174011033

Pembimbing:
dr. Iffah Qoimatun, Sp. KJ, M. Kes

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD KOTA SALATIGA 1
2018
KASUS
Identitas Pasien

Nama • Ny. M

Usia • 34 tahun

Jenis Kelamin • Perempuan

Alamat • Salam, Randuacir, Argomulyo,

Pekerjaan • Ibu rumah tangga

Status Pernikahan • Janda


ANAMNESIS

Keluhan Utama
Kontrol rutin setiap 1 bulan. 1 bulan
terakhir ini, keluarga pasien mengeluhkan pasien
malas-malasan untuk membantu pekerjaan rumah
tangga, seperti cuci piring, menyapu dll.
Riwayat Penyakit Sekarang dan Riwayat
perjalanan penyakit:
• Menurut Tn. S, pasien mengalami gangguan sejak tahun 2013 dan
ditinggal suami tanpa alasan yang jelas. Pasien menikah pada tahun
2013, namun sebulan kemudian, suami pasien meninggalkan pasien
tanpa alasan yang jelas. Setelah keluarga pasien mencari tahu
keadaan mantan suami pasien, ternyata suami pasien sudah memiliki
istri lagi. Saat menikah, pasien tinggal bersama suami, dan menurut
keterangan pasien dan keluarga, saat menikah pasien disuruh banyak
kegiatan seperti masak, mengirim masakan ke sawah dan mengurusi
ayam. Pasien merasa tertekan karena terlalu banyaknya pekerjaan
yang dilakukan. Saat pasien ditanya oleh keluarga tentang keadaan
lebih detail saat di rumah suami, pasien tidak menceritakan hal yang
lain.

5
Riwayat Penyakit Sekarang dan
Riwayat perjalanan penyakit:
• Semenjak saat itu, terdapat banyak keluhan pada pasien, seperti
pasien sulit tidur, gaduh gelisah tanpa alasan yang tidak jelas, sering
marah, segala macam dipecahkan, banyak melamun, bengong,
kadang tidak mau bicara, kedua tangan dan kaki suka gerak” sendiri,
sering khawatir cemas. Pasien juga dulu sering mendengar bisikan”
namun pasien selalu menutup telinga dan tidak ingin mendengar dan
mengikuti bisikan tersebut. Pasien juga pernah melihat gambaran
anak kecil di rumahnya dan sempat hingga menyentuh pasien, namun
pasien tidak menghiraukan nya. Menurut keluarga pasien sering
mondar mandir keluar masuk kamar dan sering tidak tidur kalo
malam. Pasien juga sering ngomong sendiri dan senyum-senyum
sendiri. Pasien juga sering jalan” keluar rumah. Pada tahun 2014
pasien sempat dibawa keluarga ke Jakarta, saat di Jakarta, pasien
sempat kabur 4 kali dari rumah, namun dapat ditemukan kembali.

6
Riwayat Penyakit Sekarang dan
Riwayat perjalanan penyakit:
• Keluarga pasien pernah membawa pasien ke pengobatan alternative,
namun pasien sempat marah dan pengobatan alternative pun tidak
dilanjutkan. Kemudian keluarga pasien membawa pasien RSJ
Semarang pada tahun 2013 sebanyak 3 kali. Keluhan pasien sempat
berkurang setelah berobat di Semarang, dan kemudian disarankan
untuk berobat rutin ke RSUD Salatiga. Setelah berobat di RSUD
Salatiga dengan rutin, keluhan pasien lama kelamaan berkurang.

• Awalnya pasien rajin membantu pekerjaan rumah tangga di rumah,


seperti menyapu, cuci piring dll, namun 1 bulan terakhir ini, keluarga
pasien merasa pasien sekarang malas-malasan dan tidak mau lagi
membantu pekerjaan rumah tangga.

7
ANAMNESIS
RPD RPSos

Semenjak kecil hingga


sekarang pasien tidak
memiliki riwayat penyakit. • Memiliki hubungan baik dengan
Penyakit hipertensi, DM, tetangga-tetangganya serta
asma disangkal keluarga memilik hubungan baik dengan
pasien. Pasien tidak rekan-rekan kerjanya.
mempunyai riwayat trauma
kepala.
Riwayat Perkembangan
Perinatal dan • Baik
Prenatal

Masa Pre Sekolah • Baik

Masa Sekolah • Baik

• Saat SMK pasien merupakan siswa berprestasi dalam


Masa Remaja Bahasa Inggris dan pernah mendapat penghargaan

Masa Dewasa • (on the next slide)


MASA DEWASA
Pernikahan dan • Sudah menikah tapi suami sudah tidak ada
Seksual kabar

• Tahun 2013 bekerja sebagai karyawan di


Riwayat Pekerjaan perusahaan rokok selama 4 bulan

Riwayat Pendidikan • SMK

Situasi sekarang • Mengalami gangguan

Persepsi terhadap • Tidak mengerti dan tidak sadar akan sakit


diri yang diderita
GENOGRAM
STATUS PSIKIATRI
Pembicaraan Afektif
Deskripsi Umum
• Kesan Umum : perempuan
sesuai umur, rawat diri baik, • Kualitas :
tidak kooperatif dan banyak Remming
senyum sendiri • Kecepatan
• Kesadaran : composmentis • Mood eutimik,
produksi :
afek normal,
• Perilaku dan aktivitas motorik : tidak spontan,
kesan appropriate
Normal, tenang, tidak harus ditanya
menunjukkan gerakan- dulu baru
gerakan tubuh yang tidak bicara
relevan • Kuantitas :
relevan
STATUS PSIKIATRI Persepsi

Pikiran
• riwayat halusinasi visual (+)
berupa sosok anak kecil di
pintu rumah pasien,
• Bentuk pikir non halusinasi audiotorik (+)
realistik, isi pikir mendengar suara-suara
normal, progresi bisikan, namun pasien
pikir untuk kualitas menutup telinga sehingga
dan kuantitas tidak mau mendengar
normal bisikan, halusinasi taktil (+)
pasien pernah disentuh oleh
suatu bayangan namun
pasien segera menjauh dan
tidak menghiraukan
• Ilusi (-)
STATUS PSIKIATRI
Kognitif dan Daya Nilai Impuls, Insight, Realibilitas
• Kognitif : Konsentrasi
(sering cemas
• Pengendalian impuls baik
khawatir akan suatu
hal) • Insight (tilikan diri) pasien
buruk, pasien merasa bahwa
• ingatan jangka pendek dan
dirinya tidak ada gangguan
panjang,orientasi, pikiran
jiwa dan merasa sehat
abstrak dalam batas
normal • Reliabilitas : dapat dipercaya
• Daya Nilai : realita, norma
sosial, dan uji daya nilai
baik
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
• Aksis I = Skizoafektif Katatonik
DD: Skizofrenia Residual (F20.5)
Gangguan Katatonik Organik (F06.1)
• Aksis II = Gangguan kepribadian
emosional tak stabil (F60.3), Gangguan
kepribadian cemas (menghindar) (F60.6)
• Aksis III = Tidak ditemukan pada Axis III
• Aksis IV = Masalah pekerjaan
• Aksis V = GAF Scale 60-51: gejala
sedang (moderate), disabilitas sedang.
TERAPI
• Risperidon 2 x 2 mg PO, evaluasi 30 hari
Clozapin 1 x 50 mg PO, evaluasi 30 hari
Trifluoperazine 2 x 5 mg PO, evaluasi 30
Farmakoterapi hari
Trihexyphenidil 2 x 5 mg PO, evaluasi 30
hari

• Psikoterapi individu
Psikoterapi keluarga/caregiver
Non-
farmakoterapi
Faktor pencetus kurang jelas
Self esteem dan kepribadian yang kurang baik
Sistem pendukung yang baik

KESIMPULAN
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia at bonam
Ad Functionam : Dubia at bonam
TINJAUAN PUSTAKA

18
19
20
21
Skizofrenia Katatonik
1. Definisi
Catatonic s.  (DSM-IV) jenis skizofrenia yang ditandai
dengan gangguan psikomotor bermakna,
termasuk beberapa kombinasi imobilitas
motorik (stupor, katalepsi), aktivitas
motorik berlebihan, negativisme ekstrim,
mutisme, ekolalia, ekopraksia dan
keanehan gerakan-gerakan involunter
seperti posturing, manerismus,
menyeringai, atau prilaku stereotipik. 4

22
2.Epidemiologi5
Statistik Amerika Serikat
Frekuensi katatonia di Amerika Serikat tidak diketahui. Beberapa
penelitian mencatat penurunan frekuensi katatonia di bagian Amerika
Serikat selama abad terakhir. Berbagai bias dapat mempengaruhi hasil
studi epidemiologi beberapa katatonia. Pada tahun 1994, kejadian
katatonia antara pasien rawat inap psikiatri di sebuah rumah sakit
universitas di New York adalah 7% . Namun, rumah sakit adalah rumah
sakit tersier rujukan perawatan dikenal untuk pengobatan katatonia.;
ini, populasi mungkin tidak mewakili populasi umum. 5
Statistik Internasional
Frekuensi saat katatonia pada populasi internasional tidak diketahui.
Beberapa studi epidemiologi diterbitkan melaporkan angka yang
sangat berbeda, menunjukkan bahwa frekuensi katatonia dapat
bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain. Di sisi lain, banyak kasus
katatonia mungkin tetap tidak terdiagnosis. Hasil dapat dikacaukan
oleh bias pemastian. Dengan kata lain, katatonia dapat didiagnosis
lebih jarang di negara-negara berkembang daripada di negara-negara
industri, karena dokter gagal untuk mengidentifikasi kondisi pasien
mereka. 5 23
Katatonia jarang pada anak-anak pra-remaja; telah dilaporkan
pada remaja dan orang dewasa. 5

Frekuensi katatonia di berbagai ras tidak diketahui. Ungvari et


al mencatat kebutuhan untuk menyelidiki peran pengaruh
etnis, budaya, dan sosial dalam pengembangan catatonia. 5

Berdasarkan laporan RISKEDAS Kementrian Kesehatan


.Republik Indonesia tahun 2013 bahwa prevalensi gangguan
jiwa berat di Indonesia adalah sebesar 1,7 0/00, dengan
prevalensi tertinggi terdapat didaerah DIY dan Aceh 2,7 0/00,
diikuti Sulawesi tengah 2,6 0/00, Bali dan Jawa Tengah
2,3,0/00, Sumatera Barat 2,9 0/00 Kepulauan Riau 1,3 0/00,
dan Sumatera Utara 0,9 0/00. Sedangkan yang terendah di
Kalimantan Barat (0,7 0/00). 6

24
2. Penegakkan Diagnosis
2.1) Menurut Pedoman Diagnostik PPDGJ – III
 F20.2 Skizofrenia Katatonik
Kriteria skizofrenia katatonik yaitu:¹
1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
2. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya :

25
26
3. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi
perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia
mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
4. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala
katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia.
Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta
dapat juga terjadi pada gangguan afektif.(1)

27
28
2.2) Penegakkan Diagnosis Katatonik Berdasarkan
DSM 5 7
Katatonia bisa timbul didalam konteks beberapa
gangguan, termasuk perkembangan saraf, psikotik,
bipolar, gangguan depresi dan gangguan kondisi medis
lainnya (Contoh: defisiensi folat serebral, autoimun yang
langka dan gangguan paraneoplastik). Mengenali gejala
katatonia :
a). Katatonia bergabung dengan gangguan mental lainnya
(i.e. perkembangan saraf, gangguan psikotik, gangguan
bipolar, gangguan depresi dan gangguan mental
lainnya).
b). Gangguan katatonia karena kondisi medis lainnya
c). Katatonia tidak terklarifikasikan

29
Katatonia bergabung dengan Gangguan Mental
(Katatonia Specifier)
Gambaran klinik didominasi 3/lebih yang diikuti
dengan gejala :
1. Stupor (i.e. tidak ada aktivitas psikomotor, tidak
berhubungan lingkungan)
2. Katalepsi (i.e. rangsangan pasif postur melawan
gravitasi)
3. Fleksibilitas lilin (i.e. sedikit, bahkan resistensi
terhadap anggota gerak dari pemeriksaan)
4. Mutisme (i.e. tidak/sangat kecil, respon verbal
{kecuali jika diketahui aphasia})

30
5. Negativisme (i.e. berlawanan atau tidak ada respon
untuk instruksi/ stimuli eksternal)
6. Posturing (i.e. spontan dan pemeliharaan aktif dari
postur terhadap rangsangan)
7. Mannerisme (aneh, pergerakan tidak disadari yang
mendarah daging dan kebiasaan)
8. Stereotype (i,e., repetitive, tidak sesuai dengan tujuan
perpindahan)
9. Agitasi, tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.
10. Grimacing
11. Echolalia
12. Echopraxia

Katatonia terkait dengan gangguan mental lain (katatonia specifier) ditunjukkan ketika 3 atau lebih fitur yang hadir
selama satu perkembangan saraf, psikotik, bipolar, depresi, atau gangguan mental lainnya. Katatonia muncul di 35%
dari individu dengan skizofrenia, namun sebagian besar kasus katatonia berhubungan dengan depresi atau gangguan
bipolar. 31
32
Selain itu, DSM-5 daftar kriteria berikut spesifik untuk gangguan
katatonik karena kondisi lain medis :
1. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa gangguan adalah konsekuensi
patofisiologis langsung kondisi medis lain.
2. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan
mental lain (misalnya, episode manik)
3. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
4. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau
penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting
lainnya berfungsi

33
3. Diagnosis Banding¹
1. Skizofrenia residual
2. Gangguan Katatonik organik

34
4. Penatalaksanaan
Tiga pengamatan tentang skizofrenia perlu diperhatikan
saat klinisi mempertimbangkan penanganan gangguan ini :ᶾ
• Tanpa memandang kausanya, skizofrenia terjadi pada
seseorang dengan profil psikologis individu, keluarga dan
sosial yang unik.
• Faktor bagaimana pasien dipengaruhi gangguan itu dan
bagaimana pasien akan terbantu dengan penanganannya-
Harus menentukan pendekatan penanganan.
• Kompleksitas skizofrenia biasanya membuat pendekatan
terapeutik tunggal manapun tidak memadai untuk mengatasi
gangguan multiaspek ini.

35
1. Rawat Inap2
2. Farmakoterapi
- Anti psikosis8
Obat antipsikosis tipikal golongan fenotiazin yaitu
Klorpromazin (CPZ), flufenazin, perfenazin, tiridazin,
trifluperazin. Antipsikosis tipikal golongan lain:
klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon,
tioktisen.
antipsikosis atipikal terdiri dari Klozapin, Olanzapin,
Risperidon, quetiapin, sulprid, ziprasidon, aripriprazol,
zotepin, amilsulpirid.
3. Sosio terapi2

36
5. Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami
seseorang. Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan
melihat pada prediktor prognosis spesifik di tabel berikut :²

37
PEMBAHASAN dan KESIMPULAN
• Pembahasan
• Telah diperiksa seorang perempuan berinisial Ny. M, berusia
34 tahun, seorang janda, datang untuk kontrol rutin, dengan
keluhan satu bulan terakhir ini malas-malasan dan tidak mau
membantu pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, cuci
piring dll. Pasien memiliki riwayat halusinasi visual, halusinasi
audiotorik dan halusinasi taktil, namun sekarang halusinasi
sudah cukup berkurang. Tidak ditemukan adanya riwayat
medik gangguan mental sebelumnya. Kemudian dari riwayat
medik terakhir, ia mengalami Gangguan Skizoafektif
Katatonik(F 20.2). Pada pemeriksaan status mental
didapatkan kesan umum terlihat baik, rawat dirinya baik,
mood euforik dengan afek normoafek, gangguan isi pikir
berupa tidak realistis. Pemeriksaan lain-lain dalam batas
normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan juga didapatkan
hasil dalam batas normal.

39
Perbedaan Katatonia PPDGJ III dan
DSM 5
PPDGJ III DSM 5
1. Pengkodean. F20.2 1. Pengkodean 293.89 (F06.1)
2. Satu atau lebih dari 2. Gambaran klinik didominasi
3/lebih yang diikuti dengan
perilaku berikut ini gejala
harus mendominasi 3. Penggolongan Katatonia
gambaran klinisnya terbagi menjadi 3 yaitu:
- Katatonia tergabung dengan
gangguan mental yang lain
- Kondisi Kesehatan
- dan tidak terklasifikasi

40
DOKUMENTASI

41
ALHAMDULILLAH
JAZAAKUMULLAH KHAIRAN
KATSIRAN

WASSALAMU’ALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai