Anda di halaman 1dari 31

STANDAR DAN STANDARISASI KARET

Oleh:
- Putri Ramadhanti (1515005)
- Syamrizal (1515022)
DAFTAR BARANG BER-SNI
Tanggal Tanggal
Jenis Produk Merk No. SNI Penerbitan Berakhir
SNI 06-7213-2006/Amd
Selang Karet untuk Kompor Gas LPG KP 1:2008 2014-06-24 2018-06-23
SNI 06-7213-2006/Amd
Selang Karet untuk Kompor Gas LPG BKlflex 1:2008 2014-07-23 2018-07-22
Karet Konvensional - SNI 06-0001-1987 2014-09-05 2018-09-04
Standard Indonesian Rubber (SIR) SAO SNI 06-1903-2000 2014-06-24 2018-06-23
Karet Konvensional - SNI 06-0001-1987 2014-05-09 2018-05-08
Karet Konvensional - SNI 06-0001-1987 2014-04-08 2018-04-07
Karet Konvensional - SNI 06-0001-1987 2014-05-05 2018-05-04
Karet Konvensional - SNI 06-0001-1987 2014-10-15 2018-10-14
Standard Indonesian Rubber (SIR) SBX SNI 06-1903-2000 2014-05-21 2018-05-20
Karet Konvensional - SNI 06-0001-1987 2014-08-26 2018-08-25
Standard Indonesian Rubber (SIR) KAU SNI 06-1903-2000 2014-03-10 2018-02-27
Karet Konvensional RSS SNI 06-0001-1987 2015-12-15 2018-12-14
sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet
cetak vulkanisasi K2 SNI 0111:2009 2014-07-08 2018-06-11
Karet Perapat PT-PBR SNI 7655:2010 2014-05-19 2018-05-18
Selang Karet Untuk Kompor Gas LPG TRUFLEX, KENMASTER SNI 06-7213-2006 2014-09-15 2018-09-14
Ban mobil penumpang MILESTAR SNI 0098:2012 2017-10-20 2021-10-19
NO NAMA PRODUK NOMOR SNI NOMOR HS NOMOR INSTANSI YANG TANGGAL
PERATURAN MEMBERLAKUKAN BERLAKU
PEMBERLAKUAN EFEKTIF
1 Ban Sepeda Motor SNI 0101:2012 4011.40.00.00 76/M-IND/PER/9/2015 KEMENTERIAN 30 September
8708.70.22.00 PERINDUSTRIAN 2015
8708.70.29.00
2 Ban truk dan bus SNI 0099:2012 4011.20.10.00 76/M-IND/PER/9/2015 KEMENTERIAN 30 September
8708.70.22.00 PERINDUSTRIAN 2015
8708.70.29.00
3 Ban dalam kendaraan bermotor SNI 6700:2012 4013.10.11.00 76/M-IND/PER/9/2015 KEMENTERIAN 30 September
4013.10.21.00 PERINDUSTRIAN 2015
4013.90.20.00
4 Ban mobil penumpang SNI 0098:2012 4011.10.00.00 76/M-IND/PER/9/2015 KEMENTERIAN 30 September
8708.70.22.00 PERINDUSTRIAN 2015
8708.70.29.00
5 Ban truk ringan SNI 0100:2012 4011.10.00.00 76/M-IND/PER/9/2015 KEMENTERIAN 30 September
8708.70.22.00 PERINDUSTRIAN 2015
8708.70.29.00
6 Karet perapat (rubber seal) pada SNI 7655:2010 4016.93.90.00 84/M-IND/PER/9/2015 KEMENTERIAN 30 September
katup tabung LPG PERINDUSTRIAN 2015
7 Selang karet untuk kompor gas LPG SNI 7213:2014 4009.31.99.10 2/M-IND/PER/1/2016 KEMENTERIAN 12 Januari
4009.32.90.10 PERINDUSTRIAN 2016
Ex.4009.41.00.00
Ex.4009.42.90.00
8 Selang termoplastik elastomer untuk SNI 8022:2014 Ex.3917.32.90.00 2/M-IND/PER/1/2016 KEMENTERIAN 12 Januari
kompor gas LPG Ex.3917.33.00.00 PERINDUSTRIAN 2016
Ex.3917.39.00.00
DAFTAR SNI WAJIB DIBERLAKUKAN
No No SNI Judul Regulator No SK
1 SNI 7655:2010 Karet perapat (rubber seal) pada KEMENPERIN 84/M-IND/PER/9/2015
katup tabung LPG
2 SNI 7213:2014 Selang karet untuk kompor gas KEMENPERIN 2/M-IND/PER/1/2016
LPG
3 SNI 0111:2009 Sepatu pengaman dari kulit KEMENPERIN 164/M-IND/PER/12/2009
dengan sol karet cetak
vulkanisasi
4 SNI 0101:2012 Ban sepeda motor KEMENPERIN 76/M-IND/PER/9/2015
5 SNI 0100:2012 Ban truk ringan KEMENPERIN 76/M-IND/PER/9/2015
6 SNI 0099:2012 Ban truk dan bus KEMENPERIN 76/M-IND/PER/9/2015
7 SNI 0098:2012 Ban mobil penumpang KEMENPERIN 76/M-IND/PER/9/2015
8 SNI 7655:2010 Karet perapat (rubber seal) pada KEMENPERIN 84/M-IND/PER/9/2015
katup tabung LPG
9 SNI 7618:2012 Regulator tekanan tinggi untuk KEMENPERIN 06/M-IND/PER/2/2014
tabung LPG
10 SNI 8022:2014 Selang termoplastik elastomer KEMENPERIN 2/M-IND/PER/1/2016
untuk kompor gas LPG
11 SNI 7213:2014 Selang karet untuk kompor gas KEMENPERIN 2/M-IND/PER/1/2016
LPG
12 SNI 6700:2012 Ban dalam kendaraan bermotor KEMENPERIN 76/M-IND/PER/9/2015
KEBIJAKAN NASIONAL
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

 Mencakup aspek legalitas, kelembagaan, kaidah, dan pedoman.

 mengatur dasar rencana pelaksanaan kegiatan Standardisasi dam penilaian kesesuaian agar
pemangku kepentingan turut berpartisipasi

 Disusun oleh BSN berdasarkan rencana pembangunan nasional.

 ditetapkan oleh menteri yang mengoordinasikan.

 menjadi dasar dalam perencanaan, perumusan, penetapan, penerapan, pemberlakuan,


pemeliharaan, dan pengawasan SNI serta kegiatan Penilaian Kesesuaian.

UU 20 Tahun 2014: pasal 5 - pasal 7


PROSES STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN
dalam UU No. 20 Tahun 2014

pemeliharaan
SNI penerapan SNI
secara
sukarela

penetapan bukti pengawasan;


perencanaan perumusan evaluasi
SNI kesesuaian
SNI SNI efektifitas

p emberlakuan
LITBANG
SNI secara
wajib

kebijakan
PEMBINAAN
nasional KERJASAMA

sistem
informasi

LPK
akreditasi melakukan hasil
LPK KEGIATAN
PK PK

ketertelusuran
hasil PK
KELEMBAGAAN

 Komite Akreditasi Nasional (KAN)


o Melaksanakan tugas dan tanggungjawab pemerintah di bidang AKREDITASI
LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN
o KAN adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk dengan Peraturan Presiden
o KAN bertanggungjawab kepada Presiden melalui Kepala BSN

UU 20 Tahun 2014: pasal 8 – pasal 9


LEMBAGA SERTIFIKASI

Persyaratan Umum untuk Kompetensi Lembaga Sertifikasi Produk

 KAN memberikan akreditasi untuk untuk Lembaga Sertifikasi Produk (selanjutnya disebut
LSPro). Lembaga Sertifikasi Produk dapat memenuhi persyaratan dalam SNI ISO / IEC
17065:2012 ‘Penilaian kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi produk, proses
dan jasa’ yang merupakan adopsi identik dari ISO/IEC 17065:2012 ‘Conformity assessment
– Requirements for bodies certifying products, processes and services'.
 Sertifikasi produk adalah sarana untuk memberikan jaminan bahwa produk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam standar dan dokumen normatif lainnya.
 Tujuan keseluruhan dari sertifikasi produk adalah untuk memberikan kepercayaan kepada
seluruh pihak yang berkepentingan bahwa produk memenuhi persyaratan yang ditentukan
sesuai dengan acuan standarnya masing-masing produk. Nilai sertifikasi adalah tingkat
keyakinan dan kepercayaan yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Produk dengan
menunjukkan ketidakberpihakan dan kompeten terhadap pemenuhan persyaratan tertentu.
Persyaratan Umum untuk Kompetensi Lembaga Sertifikasi
Person

 KAN memberikan akreditasi untuk untuk Lembaga Sertifikasi Person (selanjutnya


disebut LSP). Lembaga Sertifikasi Person dapat memenuhi persyaratan dalam SNI
ISO/IEC 17024:2012 ‘Penilaian kesesuaian – Persyaratan untuk lembaga sertifikasi
person’ yang merupakan adopsi identik dari ISO/IEC 17024:2012 ‘Conformity
assessment – Requirements for bodies certifying person'.
 Sertifikasi person adalah salah satu cara untuk memberikan jaminan bahwa personel
yang disertifikasi memenuhi persyaratan skema sertifikasi. Keyakinan terhadap setiap
skema sertifikasi person dicapai melalui suatu proses asesmen dan re-asesmen berkala
yang diakui secara global terhadap kompetensi person yang disertifikasi.
 Tujuan keseluruhan dari sertifikasi person adalah untuk memberikan kepercayaan
kepada seluruh pihak yang berkepentingan bahwa personil telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai kompetensinya. Nilai sertifikasi adalah tingkat
keyakinan dan kepercayaan yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Person dengan
menunjukkan ketidakberpihakan dan kompeten terhadap pemenuhan persyaratan
tertentu.
PENILAIAN KESESUAIAN:
Kegiatan Penilaian Kesesuaian

o Pemenuhan terhadap persyaratan SNI dibuktikan melalui kegiatan Penilaian Kesesuaian.

o Kegiatan Penilaian Kesesuaian dilakukan melalui pengujian, inspeksi, dan/atau Sertifikasi.

o Pengujian, Inspeksi, dan Sertifikasi dilakukan untuk memastikan pemenuhan terhadap persyaratan SNI

o Bila SNI belum tersedia, atau untuk kepentingan nasional, Pengujian, Inspeksi, dan Sertifikasi dapat dilakukan
berdasarkan standar lain, dan/atau regulasi

o Hasil Pengujian dan Inspeksi dinyatakan dalam bentuk Laporan atau Sertifikat

o Hasil Sertifikasi dinyatakan dalam bentuk Sertifikat Kesesuaian

o Sertifikat kesesuaian dapat didasarkan pada laporan audit, laporan pengujian, dan/atau laporan inspeksi.

o Kegiatan Penilaian Kesesuaian dilaksanakan berdasarkan Persyaratan Kompetensi yang diakui di tingkat
internasional
(UU 20 Tahun 2014: pasal 30– pasal 35
Lembaga Penilaian Kesesuaian

o Kegiatan Penilaian Kesesuaian dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN.
o Dalam hal terdapat perjanjian saling pengakuan antara KAN dan lembaga akreditasi
internasional, kegiatan Penilaian Kesesuaian dapat dilakukan oleh LPK di luar negeri yang
telah diakreditasi di negara tersebut berdasarkan asas timbal balik.

(UU 20 Tahun 2014: pasal 36– pasal 38)


Ketertelusuran Hasil Penilaian Kesesuaian
UU 20 Tahun 2014: pasal 42– pasal 45

o Pengukuran dalam kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian harus tertelusur ke sistem satuan
internasional.
o Ketertelusuran ke sistem satuan internasional dilakukan melalui pengelolaan standar nasional satuan
ukuran, pengembangan bahan acuan, dan kalibrasi.
o Pengelolaan standar nasional satuan ukuran dilakukan oleh BSN.
o Dalam melakukan pengelolaan standar nasional satuan ukuran, BSN bekerja sama dengan kementerian
dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian lainnya berdasarkan kompetensi teknisnya.
o Pengembangan bahan acuan dan kalibrasi dilakukan oleh produsen bahan acuan dan laboratorium
kalibrasi yang diakreditasi oleh KAN atau lembaga akreditasi di negara lain yang telah memiliki perjanjian
saling pengakuan.
o Hasil pengembangan bahan acuan merupakan bahan acuan yang karakteristiknya dinyatakan dalam
bentuk sertifikat bahan acuan.
o Hasil kalibrasi dinyatakan dalam bentuk laporan atau sertifikat kalibrasi.
Bukti Kesesuaian

o Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal yang telah memenuhi SNI diberi bukti
kesesuaian berupa sertifikat.
o Sertifikat Kesesuaian menjadi dasar persetujuan penggunaan Tanda SNI dan/atau
Tanda Kesesuaian.
o Persetujuan penggunaan Tanda SNI diberikan oleh BSN kepada Pelaku Usaha.
o Persetujuan penggunaan Tanda Kesesuaian diberikan oleh kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian yang berwenang kepada Pelaku Usaha.
o Dalam hal Indonesia terikat dengan perjanjian internasional, BSN melimpahkan
persetujuan penggunaan Tanda kepada kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
lainnya yang berwenang.
UU 20 Tahun 2014: pasal 46– pasal 47
Efektifitas Penerapan SNI

o Dalam rangka efektivitas penerapan SNI, BSN dapat melakukan uji petik kesesuaian
terhadap SNI berkoordinasi dengan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
terkait.
o Hasil uji petik kesesuaian terhadap SNI disampaikan kepada KAN, instansi pembina,
dan kementerian/ lembaga pemerintah nonkementerian yang bertanggung jawab
melakukan pengawasan pasar sebagai masukan untuk tindak lanjut yang diperlukan.

UU 20 Tahun 2014: pasal 48– pasal 49


KERJA SAMA

o Untuk mengembangkan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian serta Akreditasi LPK,


dapat dilakukan kerja sama internasional.
o Untuk memenuhi kewajiban internasional di bidang Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian, BSN harus bekerja sama dengan kementerian dan/atau lembaga
pemerintah nonkementerian lainnya.

UU 20 Tahun 2014: pasal 50– pasal 51


PENGAWASAN

o Pengawasan terhadap Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal yang


diberlakukan SNI secara wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
o Kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan/atau Pemerintah
Daerah berkoordinasi untuk melakukan pengawasan terhadap Barang, Jasa,
Sistem, Proses, atau Personal yang memiliki sertifikat dan/atau
menggunakan Tanda SNI dan/atau Tanda Kesesuaian.

UU 20 Tahun 2014: pasal 58


PEMBINAAN

o Terhadap Pelaku Usaha mikro dan kecil, diberikan pembinaan paling sedikit berupa
fasilitas pembiayaan Sertifikasi dan pemeliharaan Sertifikasi.
o Pemberian fasilitas pembiayaan Sertifikasi dan pemeliharaan Sertifikasi untuk Usaha
mikro dan kecil berasal dari APBN.
o BSN, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian lainnya, dan/atau
Pemerintah Daerah dapat melakukan pembinaan dan pengembangan LPK
dengan memperhatikan kebutuhan pasar dan masyarakat.
Bagaimana Proses Mendapatkan Sertifikasi SNI
untuk Produk?

 Proses sertifikasi produk adalah proses menilai apakah suatu produk memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam standar. Untuk itu yang harus dilakukan untuk adalah :

1. Pastikan jenis produk apa yang ingin disertifikasi, ingat objek utama sertifikasi produk adalah produknya
bukan perusahaan, hal ini berbeda dengan sertifikasi sistem manajemen yang menjadikan perusahaan objek
sertifikasinya.

2. Cek apakah Produk yang anda ingin sertifikasi sudah ada Standar nya, dalam hal ini apakah SNI nya sudah
ditetapkan. Jika SNI nya belum ada, maka produk anda tidak dapat disertifikasi.

3. Setelah memastikan SNI nya, cek apakah ada Lembaga Sertifikasi Produk yang sudah terakreditasi oleh
KAN untuk SNI tersebut. jika tidak ada LSPro yang terakreditasi berarti produk anda belum dapat
disertifikasi, namun anda bisa meminta LSPro untuk menambah ruang lingkup akreditasinya kepada KAN
sehingga produk anda bisa disertifikasi. Khusus untuk SNI yang sudah diwajibkan, beberapa kementerian
mengatur tentang penunjukan sementara LSPro yang belum diakreditasi untuk melakukan sertifikasi, namun
dipersyaratkan dalam jangka waktu tertentu harus sudah terakreditasi.

4. Anda dapat menghubungi Langsung LSPro terkait untuk detail persyaratannya.


Skema Sertifikasi Produk

 Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan sertifikasi dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk
(LSPro). Perusahaan yang ingin produknya disertifikasi mengajukan aplikasi ke LSPro dan mengikuti
proses sertifikasi yang ada di LSPro.

 Dalam melakukan proses sertifikasi tersebut, Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) haruslah
mengoperasikan skema sertifikasi tertentu , dalam SNI ISO/IEC 17067:2013 dikatakan bahwa skema
sertifikasi ialah ‘Aturan, prosedur dan manajemen untuk melakukan sertifikasi terhadap produk – produk
tertentu’.

 Skema berisi tata cara/persyaratan-persyaratan dan mekanisme apa saja yang diperlukan dan dilakukan
dalam pelaksanaan sertifikasi produk tertentu. Dari mulai proses seleksi, determinasi, review, keputusan
dan atestesi.Jadi dalam melakukan sertifikasi, LSPro haruslah memastikan bahwa kegiatan sertifikasi
yang dilakukannya sesuai dengan skema yang dioperasikannya.

 Pada prinsipnya skema sertifikasi produk sangatlah bergantung dari jenis , karakteristik serta proses
produksi produk tersebut. Dalam SNI ISO/IEC 17067:2013 – Penilaian kesesuaian – Fundamental
sertifikasi produk dan panduan skema sertifikasi produk. Disebutkan contoh-contoh skema sertifikasi dari
mulai tipe 1a,1b,2,3,4,5,6 dan tipe n. dari sekian banyak contoh tipe sertifikasi tersebut, yang banyak
digunakan oleh regulator maupun lembaga sertifikasi adalah skema sertifikasi tipe 5 dan tipe 1b.
Skema sertifikasi tipe 5

 Skema sertifikasi tipe 5 ini merupakan skema untuk sertifikasi


produk yang menggabungkan (jika diperlukan) antara
assessmen proses produksi, audit sistem manajemen yang
relevan, pengujian serta survailen berupa pengujian di pabrik
ataupun di pasar, audit sistem manajemen dan assessmen
proses produksi. Sertifikat untuk tipe 5 ini biasanya berlaku
untuk 2-4 tahun, dengan survailen dilakukan setiap tahun.
Skema sertifikasi tipe 1b
 Skema sertifikasi tipe 1b merupakan skema untuk sertifikasi produk yang hanya
menilai kesesuaian produk per batch produksi/atau per-shipment pengiriman,
sehingga tidak diperlukan adanya audit sistem manajemen, dan assessmen proses
produksi, namun dengan pengujian atau inspeksi setiap batch pengiriman dengan
sampling yang sesuai mewakili produk yang akan disertifikasi. Sertifikat hanya berlaku
untuk produk dalam batch yang sama, sedangkan untuk produk lain yang berbeda
batch harus dilakukan sertifikasi kembali. Tidak ada mekanisme survailen dalam
skema sertifikasi tipe ini.
Sertifikasi berdasarkan SNI

 Standar Nasional Indonesia (SNI), merupakan Standar yang ditetapkan oleh BSN dan
berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Standar ini dirumuskan
komite–komite teknis yang terdiri dari multi stake holder baik itu pemerintah,
akademisi, kalangan industri serta para ahli yang kompeten di bidangnya masing–
masing. Setiap komite teknis didukung oleh sekretariat komite teknis yang tersebar di
hampir seluruh Kementerian dan Lembaga Pemerintah.
 Pada prinsipnya penerapan/sertifikasi SNI adalah sukarela, para pihak yang ingin
menerapkan SNI dipersilahkan menjadikan SNI sebagai rujukan dalam kegiatan atau
proses yang dilakukannya. Namun untuk membuktikan dan mendapatkan pengakuan
formal bahwa benar suatu perusahaan/organisasi telah menerapkan SNI atau standar
tertentu, perlu proses penilaian kesesuaian yang dilakukan pihak ketiga. Proses
penilaian oleh pihak ketiga inilah yang disebut sebagai Sertifikasi, dan lembaga yang
melakukan kegiatan penilaian disebut sebagai lembaga sertifikasi.
Secara umum ada tiga (3) klasifikasi kegiatan sertifikasi berdasarkan SNI yang dapat dilakukan:

1. Sertifikasi Sistem Manajemen, yaitu sertifikasi terhadap sistem manajemen perusahaan


misalnya berdasarkan SNI ISO (9001, 14001, 22000, HACCP,dll)
2. Sertifikasi Produk, yaitu sertifikasi terhadap produk yang dihasilkan perusahaan berdasarkan
SNI produk tertentu misalnya SNI 1811:2007 untuk Helm, SNI 3554:2015 untuk Air minum dalam
kemasan, SNI 2054:2014 untuk baja tulangan beton, dan produk – produk lainnya
3. Sertifikasi Personnel, yaitu sertifikasi terhadap kompetensi personel misalnya Auditor, PPC,
Tenaga Migas, Tenaga Kelistrikan, dll

Jadi Sertifikasi SNI adalah proses penilaian keseseuaian terhadap produk/sistem


manajemen/kompetensi suatu perusahaan/personel berdasarkan persyaratan dalam SNI dalam
rangka memperoleh pengakuan formal.
Apakah Semua produk yang beredar di Indonesia Wajib
SNI ?

 Belakangan ini kita diramaikan dengan banyaknya razia kepada pedagang yang
mengatasnamakan SNI, kesan yang timbul ialah bahwa semua produk yang beredar di
wilayah Republik Indonesia ini harus memiliki SNI baru boleh beredar di pasaran. Hal ini
tentunya meresahkan masyarakat khususnya para pedagang yang khawatir terkena razia
dan barang dagangannya disita. Lalu bagaimanakah yang sebenarnya?
 SNI atau Standar Nasional Indonesia adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada dasarnya penerapan SNI adalah sukarela, sebagai ilustrasi saat ini ada
sekitar 6000 lebih SNI yang sudah ditetapkan, meliputi berbagai macam hal dari metode
pengujian, standar produk, standar sistem pengujian, dan lain-lain.
 Khusus untuk standar produk, tidak semua produk yang beredar sudah ada SNI nya. dan
kalaupun sudah ada SNI nya belum tentu ada lembaga sertifikasi yang kompeten
(dibuktikan melalui akreditasi KAN) untuk melakukan sertifikasi untuk SNI tersebut karena
dibutuhkan SDM yang kompeten dan Laboratorium yang mampu melakukan pengujian
untuk semua parameter yang ada dalam SNI. Sehingga secara teknis tidak
memungkinkan jika semua produk harus ber SNI.
Lalu apa itu SNI wajib?

 Walaupun penerapan SNI pada prinsipnya sukarela, namun untuk keperluan


melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi
nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah
dapat memberlakukan SNI tertentu secara wajib untuk produk yang dijual di dalam
negeri baik yang diproduksi di dalam negeri maupun produk import. Penetapan SNI
wajib ini bukan dilakukan oleh BSN, melainkan oleh kementerian teknis seperti
Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,
Kementerian ESDM dan lain-lain melalui keputusan Menteri terkait.
 Apabila SNI untuk jenis produk tertentu telah diwajibkan, produk dengan jenis
sama yang tidak bertanda SNI tidak boleh diedarkan atau diperdagangkan di
wilayah RI (inilah yang seharusnya terkena razia terkait SNI).
 Sedangkan produk yang tidak wajib, tidak ada masalah apabila belum disertifikasi
berdasarkan SNI. Tanda SNI pada produk yang belum wajib SNI berfungsi sebagai
tanda bahwa produk tersebut memiliki keunggulan (value added) karena telah
disertifikasi.
 Namun yang perlu jadi perhatian, walaupun baru sekitar 100 produk yang wajib SNI, ada
peraturan-peraturan lain yang tidak terkait dengan standar / SNI yang juga mengatur mengenai
peredaran produk misalnya, peraturan tentang label dari kementerian perdagangan yaitu melalui
Permendag nomor 67/M-DAG/11/2013 tentang kewajiban pencantuman label dalam bahasa
Indonesia yang mewajibkan produk – produk yang beredar di Indonesia (yang tercantum dalam
lampiran peraturan tersebut) memiliki label dalam bahasa Indonesia, serta peraturan-peraturan
lainnya.
 Jadi jika Anda produsen/importir yang produknya dalam daftar wajib SNI, pastikan bahwa
produk anda sudah tersertifikasi SNI, Jika anda pedagang dengan produk yang berada di daftar
produk wajib SNI maka pastikan kepada distributor anda bahwa produk tersebut sudah
tersertifikasi dan minta buktinya karena suatu saat bisa jadi akan ada pengawasan dari otoritas
yang berwenang terkait produk tersebut. Jika anda pengguna dan ingin membeli produk yang ada
dalam daftar wajib SNI pastikan bahwa anda membeli yang sudah ‘ber SNI’, kalau perlu
laporkan jika ada yang belum ‘ber SNI’, karena produk yang wajib SNI namun tidak memiliki
SNI adalah barang yang tidak legal dan berpotensi membahayakan.
PENERAPAN SNI
Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela
 Dengan demikian untuk menjamin keberterimaan dan pemanfaatan SNI secara
luas, penerapan norma - keterbukaan bagi semua pemangku kepentingan,
transparan dan tidak memihak, serta selaras dengan perkembangan standar
internasional - merupakan faktor yang sangat penting.
Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara,
perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pemerintah dapat saja memberlakukan SNI tertentu secara wajib.

 Pemberlakuan SNI wajib dilakukan melalui penerbitan regulasi teknis oleh


instansi pemerintah yang memiliki kewenangan untuk meregulasi kegiatan dan
peredaran produk (regulator). Dalam hal ini, kegiatan dan produk yang tidak
memenuhi ketentuan SNI menjadi terlarang.
DENGAN DEMIKIAN PEMBERLAKUAN SNI WAJIB PERLU DILAKUKAN SECARA
BERHATI-HATI UNTUK MENGHINDARKAN SEJUMLAH DAMPAK SEBAGAI BERIKUT:
A. menghambat persaingan yang sehat;
B. menghambat inovasi; dan
C. menghambat perkembangan UKM.
Cara yang paling baik adalah membatasi penerapan SNI wajib bagi kegiatan atau produk yang memiliki
tingkat risiko yang cukup tinggi, sehingga pengaturan kegiatan dan peredaran produk mutlak diperlukan
Pemberlakuan SNI wajib perlu didukung oleh pengawasan pasar, baik pengawasan pra-pasar untuk
menetapkan kegiatan atau produk yang telah memenuhi ketentuan SNI wajib tersebut maupun pengawasan
pasca-pasar untuk mengawasi dan mengkoreksi kegiatan atau produk yang belum memenuhi ketentuan SNI
itu. Apabila fungsi penilaian kesesuaian terhadap SNI yang bersifat sukarela merupakan pengakuan, maka
bagi SNI yang bersifat wajib penilaian kesesuaian merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
oleh semua pihak yang terkait. Dengan demikian penilaian kesesuaian berfungsi sebagai bagian dari
pengawasan pra-pasar yang dilakukan oleh regulator.
Mengingat bahwa pemberlakuan regulasi teknis di suatu negara juga berlaku untuk produk impor, maka
untuk menghindarkan terjadinya hambatan perdagangan internasional/negara anggota WTO termasuk
Indonesia telah menyepakati Agreement on Technical Barrier to Trade (TBT) dan Agreement on
Sanitary and Phyto Sanitary Measures (SPS). Upaya pengurangan hambatan perdagangan tersebut akan
berjalan dengan baik apabila masing-masing negara dalam memberlakukan standar wajib,
menerapkan Good Regulatory Practices.
Undang-Undang nomor 3 tahun 2014

 Berdasarkan Undang-Undang nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian,


standardisasi industri meliputi Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis
dan Pedoman Tata Cara. SNI pada dasarnya berlaku secara sukarela, namun dapat
diberlakukan secara wajib dalam rangka Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan (K3L).
 “Pada hakekatnya pemberlakuan SNI secara wajib, selain melindungi konsumen dari
banyaknya produk-produk yang tidak sesuai dengan standar, juga digunakan untuk
perlindungan industri dalam negeri melalui penciptaan persaingan usaha yang sehat,
papar Ngakan. (rinaldi/win)

Anda mungkin juga menyukai