Anda di halaman 1dari 105

Sistem Neraca Sosial Ekonomi

(SNSE)

Ukar W. Soelistijo

Program Pasca Sarjana Ekonomi Mineral


Rekayasa Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung
2014
8. Sistem neraca sosial-ekonomi dengan
instrumen social accounting matrix
8. Sistem neraca sosial-ekonomi dengan
instrumen social accounting matrix
8.1. Latar belakang
Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (income) dan
menciptakan kesempatan kerja (job/employment).
Penelitian Todaro (1987) dan Nafsiger (1990) tentang
perkembangan perekonomian negara-negara di
dunia menyatakan bahwa permasalahan utama di
negara-negara berkembang adalah adanya
kesenjangan pendapatan (income) dan
pengangguran atau kelangkaan kesempatan kerja
(job) oleh akibat tidak adanya pemerataan hasil
pembangunan.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi perlu
dikaitkan dengan distribusi pendapatan dan
kesempatan kerja (employment).
8.1. Latar belakang
SNSE (Sistem Neraca Sosial Ekonomi):
- merupakan perangkat data dan analisis untuk mengaitkan kinerja ekonomi dengan masalah
distribusi pendapatan dan kesempatan kerja (ketanagakerjaan). SNSE merupakan bagian
dari sistem neraca nasional (SNA) yang mempunyai keterkaitan dengan PDB, tabel I-O dan
neraca arus dana.
- PDB menurut lapangan usaha (sektor produksi) menunjukkan nilai tambah atau pendapatan
yang diciptakan oleh berbagai unit (sektor) ekonomi produksi, yang pada akhirnya akan
menjadi sumber pendapatan masyarakat (rumah tangga dan unit usaha).
- PDB menurut penggunaan (pengeluaran) menjelaskan tentang pembagian PDB menjadi
konsumsi akhir rumah tangga, konsumsi akhir pemerintah dan konsumsi akhir lainnya. Tabel I-
O memperjelas tentang struktur proses produksi, nilai tambah yang diturunkan, dan struktur
permintaan/konsumsi.
- merekam sebagian besar dari transaksi tersebut dan memperluasnya menjadi gambaran
struktur distribusi dan redistribusi pendapatan dan konsumsi antar kelompok rumah
tangga.
- merupakan suatu kerangka data yang merangkum peubah sosial-ekonomi dalam bentuk
matriks yang kompak dan terpadu. Peubah berfokus pada kelompok rumah tangga (dalam
bentuk pemerataan pendapatan, struktur dan pola konsumsi, kemampuan menabung, kondisi
tenaga kerja dan informasi lainnya).
- Kerangka SNSE :
= memberikan berbagai klasifikasi faktor produksi, pelaku ekonomi dan kegiatan ekonomi,
yang memberikan mengenai keadaan sosial-ekonomi masyarakat dalam kurun tertentu.
= juga memberikan gambaran tentang keadaan proses pembentukan pendapatan dan
distribusinya.
= secara parsial menunjukkan kondisi ekonomi rumah tangga dalam butir-butir neraca
pendapatan dan pengeluaran (income and outlay accounts) pada masing-masing
golonbgan rumah tangga.
b. Maksud dan Tujuan
- Mengumpulkan data sosial-ekonomi Indonesia 2005
dalam bentuk matriks sehingga proses distribusi dan
alokasi pendapatan pelaku ekonomi dapat dipetakan
dan dianalisis secara rinci.
- Memberikan informasi dan gambaran umum tentang
kinerja sosial-ekonomi secara makro (kinerja
perekonomian Indonesia, distribusi pendapatan faktor
produksi (factorial income distribution), distribusi
pendapatan rumah tangga (household income
distribution), serta pola pengeluaran rumah tangga
(household expenditure pattern)).
- Menyajikan informasi tentang hasil dan proses produksi
(pendapatan yang diberikan di satu sisi, dan distribusi
pendapatan yang diterima oleh kelompok masyarakat
dan penggunaannya di sisi lain).
- Merupakan perluasan Tabel I-O, maka sebagian data
SNSE dapat pula dilihat pada perangkat tersebut.
c. Isi substansi
- Pertama: Perangkat SNSE, bentuk dan arti kerangka
SNSE, kegunaan SNSE, pengenalan kerangka SNSE,
metode estimasi dan sumber data, analisis dampak
pengganda neraca SNSE dll.
- Kedua, Analisis hasil-hasil SNSE (perekonomian
Indonesia, distribusi pendapatan faktorial, neraca
terkonsolidasi dan analisis pendapatan dan pengeluaran
rumah tangga (neraca pendapatan dan pengeluaran
rumah tangga, distribusi pendapatan rumah tangga,
kesenjangan pendapatan antarrumah tangga, pola
pengeluaran dan pengeluaran konsumsi akhir rumah
tangga, tabungan rumah tangga dengan analisis
dampak pengganda neraca/accounting multiplier effect
analysis)).
8.2 Pemahaman Tentang SNSE
8.2.1 Gambara umum
- Negara berkembang yang pembangunan ekonominya berdasarkan
”growth oriented development” menyadari bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ternyata juga menimbulkan
implikasi terhadap masalah lain, yang pada akhirnya merugikan
proses pertumbuhan itu sendiri.
- Masalah tersebut antara lain: distribusi pendapatan yang tidak
merata, tingkat pengangguran yang tinggi, serta masalah
kemiskinan yang meresahkan sebagian besar masyarakat. Mulai
tahun 1970-an negara berkembang dengan kebijakan
pembangunan berupaya untuk memadukan pertumbuhan dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan.
- Sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup
(living standard) yang layak untuk setiap individu, khususnya
golongan ekonomi lemah atau kelompok miskin. Yang harus
mejadi perhatian utama adalah masalah kesenjangan dalam
berbagai segi kehidupan masyarakat. Pengamatan masalah
pemerataan memerlukan rincian (disagregasi) mengenai distribusi
apa yang telah dihasilkan dari pembangunan, dan kelompok
masyarakat mana yang menikmatinya (siapa mendapat apa).
8.2.1 Gambara umum

- Untuk mengevaluasi kemiskinan dan pemerataan hasil pembangunan


dibutuhkan:
= data/informasi sebagai indikator berbagai ukuran distribusi: pendapatan,
konsumsi, produksi, jumlah tenaga kerja dan lain-lain.
= Kerangka dasar analisis pengukuran dalam satu wadah untuk
menggambarkan hubungan antara berbagai pola tersebut serta peubah-
peubah yang saling mempengaruhi.
= Untuk mengetahui berbagai dampak dari setiap kebijakan yang diambil
dapat ditelusuri pengaruhnya terhadap setiap segmen dalam struktur sosial-
ekonomi masyarakat.
- Adanya keterkaitan yang erat antara:
= Strategi dan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.
= Sasaran pembangunan yang akan dicapai.
= Teori dasar dan model pembangunan.
= Sistem data data dan pengukuran prestasi hasil pembangunan.

Diperlukan suatu wadah keterkaitan antarunsur tersebut dalan suatu


perangkat statistik yang aplikatif, komprehensif dan informatif yaitu SNSE
yang dirancang PBB.
8.2.2 Perangkat SNSE

SNSE (Sistem Nasional Sosial Ekonomi):


- merupakan salah satu perangkat data ekonomi makro utnuk mengukur masalah
pemerataan pendapatan, sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat.
- memberikan gambaran menyeluruh tentang berbagai hubungan penting antara
struktur produksi, input faktor produksi yang sebagian besar dimiliki oleh
rumah tangga, alokasi (distribusi dan redistribusi) pendapatan faktor produksi,
komposisi permintaan atas barang dan jasa untuk konsumsi akhir, serta
tabungan yang merupakan sumber investasi.
- Instiutusi rumah tangga menjadi fokus utama analisis, di samping faktor dan
kegiatan produksi. Unsur-unsur ini di rinci ke dalam kelompok-kelompok rumah
tangga menurut karakteristak ekonomi, soaial mauun sifat demografisnya.
- Faktor produksi dirinci menjadi buruh, tanah, modal dan faktor lainnya. Kegiatan
produksi (yang menghasilkan barang dan jasa yang mnenjadi objek distribusi
pendapatan di antara rumah tangga) menurut lapangan usaha (sektor kegiatan
produksi) dan komoditas.
- Mempelajari hubungan timbal balik antara struktur produksi, distribusi pendapatan
(nilai tambah) yang ditimbulkan adanya kegiatan produksi, redistribusi pendapatan,
konsumsi, tabungan serta investasi Hubungan tersebut digambarkan sebagai arus
yang berputar melalui transaksi yang terjadi.
- Sebagai dasar evaluasi dan dalam menyusun perencanaan pembangunan memuat 2
hal pokok :
= Suatu kerangka dasar analisis yang bersifat modular, yang menjelaskan hubungan
peubah-peubah di dalam maupun antara berbagai sub-subsistem yang saling
mempengaruhi.
= Suatu sistem klasifikasi yang konsisten dan terinci yang ditunjang oleh data sosial-
ekonomi yang lengkap.
8.2.2 Perangkat SNSE

- Gambar 8.0 : awal permasalahan adalah bahwa


setiap rumah tangga (RT) mempunyai
kebutuhan dasar yang dipenuhi melalui
konsumsi barang dan jasa. Permintaan
komoditas dipenuhi melalui produksi. Proses
produksi ini dilakukan karena partisipasi faktor-
faktoir produksi yang sebagian besar dimiliki
oleh RT. Dengan adanya permintaan barang
dan jasa terjadi proses produksi dan pada
gilirannya menciptakan pendapatan bagi
pemilik faktor produksi. Kemudian terjadi
distribusi pendapatan yang terjadi pada
kelompok-kelompok RT sebagai pemilik faktor
produksi.
Gambar 8.0 Diagram Modular SNSE

Kebutuhan Dasar

Pengeluaran Rumah Tangga (CRT)

Investasi (I=S)
Distribusi Pendapatan
Permintaan Akhir Konsumsi Pemerintah Rumah Tangga
Y=C+I+G+E-M (CG)

Ekspor, Impor
dan Neraca Pembayaran Pemerintah
(E, M, BOP) (G)

Kegiatan Produksi PDB (Y) dan


Distribusi Pendapatan
8.2.2 Perangkat SNSE

- Ada 3 bentuk hubungan antara sub-subsistem dalam


menganalisis distribusi pendapatan RT beserta aspek-
aspeknya:
= Pertama, adalah struktur produksi dirinci menurut
kegiatan (sektor-sektor) ekonomi.
= Kedua, pendapatan (nilai tambah) setiap sektor
dirinci menurut balas jasa yang dibayarkan kepada
masing-masing faktor produksi.
= Ketiga, distribusi pendapatan RT yang dianalisis
melalui pemilikan faktor-faktor produksi oleh berbagai
kelompok RT serta distribusi laba yang dibagikan serta
transfer dari pemeritah ke RT.
- Makna pembangunan sosial-ekonomi yang dilakukan
adalah dengan melaksanakan jalur-jalur pemerataan
yang merupakan usaha untuk mencapai tingkat hidup
yang layak bagi semua penduduk terutama golongan
rendah.
8.2.2 Perangkat SNSE
SNSE (Sistem Nasional Sosial Ekonomi):
- merupakan salah satu perangkat data ekonomi makro utnuk mengukur masalah pemerataan
pendapatan, sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat.
- memberikan gambaran menyeluruh tentang berbagai hubungan penting antara struktur
produksi, input faktor produksi yang sebagian besar dimiliki oleh rumah tangga, alokasi
(distribusi dan redistribusi) pendapatan faktor produksi, komposisi permintaan atas
barang dan jasa untuk konsumsi akhir, serta tabungan yang merupakan sumber
investasi.
- Instiutusi rumah tangga menjadi fokus utama analisis, di samping faktor dan kegiatan
produksi. Unsur-unsur ini di rinci ke dalam kelompok-kelompok rumah tangga menurut
karakteristak ekonomi, soaial mauun sifat demografisnya.
- Faktor produksi dirinci menjadi buruh, tanah, modal dan faktor lainnya. Kegiatan produksi
(yang menghasilkan barang dan jasa yang mnenjadi objek distribusi pendapatan di antara
rumah tangga) menurut lapangan usaha (sektor kegiatan produksi) dan komoditas.
- Mempelajari hubungan timbal balik antara struktur produksi, distribusi pendapatan (nilai
tambah) yang ditimbulkan adanya kegiatan produksi, redistribusi pendapatan, konsumsi,
tabungan serta investasi Hubungan tersebut digambarkan sebagai arus yang berputar melalui
transaksi yang terjadi.
- Sebagai dasar evaluasi dan dalam menyusun perencanaan pembangunan memuat 2 hal pokok :
= Suatu kerangka dasar analisis yang bersifat modular, yang menjelaskan hubungan peubah-
peubah di dalam maupun antara berbagai sub-subsistem yang saling mempengaruhi.
= Suatu sistem klasifikasi yang konsisten dan terinci yang ditujang oleh data sosial-ekonomi
yang lengkap.
8.2.3. Bentuk dan arti kerangka
SNSE
8.2.3. Bentuk dan arti kerangka SNSE
a. Bentuk
Kerangka dasar perangkat SNSE disajikan dalam bentuk matriks dengan 4 x 4 yang berbasis neraca-neraca
pelaku ekonomi yangtelah dikonsolidasikan. (Tabel 8.1).
- Baris menunjukkan tarnsaksi penerimaan, kolom menunjukkan transaksi pengeluaran.
- Dibedakan atas peubah eksogen dan peubah endogen. Perbedaan ini dimaksudkan untuk mengukur
pengaruh sebab-akibat transaksi (dampak ganda) dalam analisis perangkat matriks tersebut.
Dalam kerangka SNSE terdapat 4 neraca utama:
- Neraca faktor produksi (F).
- Neraca institusi (I).
- Neraca sektor produksi (S).
- Neraca lainnya (L).
Setiap neraca terdiri dari satu baris dan satu kolom, yang memiliki nomor kode yang sama (jenis transaksi yang
sama).
- Isian baris adalah struktur penerimaan (baris).
- Isian kolom adalah struktur pengeluaran (kolom).
- Setiap angka (sel) mencerminkan hubungan antara transaksi satu neraca dengan neraca-neraca yang lain.
- Satu sel menjelaskan bahwa penerimaan di satu sisi merupakan pengeluaran di sisi yang lain, atau
sebaliknya.
- Matriks induk SNSE terdentuk dari beberapa submatriks yang berkaitan.
- Memfokuskan pada masalah distribusi, redistribusi, dan penggunaan pendapatan.
b. Arti
Tabel 8.1:
- Jumlah penerimaan (total) suatu baris harus sama dengan jumlah pengeluaran atau total suatu kolom.
8.2.4. Kegunaan SNSE
8.2.4. Kegunaan SNSE
1). Perangkat SNSE sebagai data sosial-ekonomi menjelaskan:
- Kinerja pembangunan ekonomi suatu negara, seperti distribusi PDB,
konsumsi, tabungan, dan sebagainya.
- Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci
menurut faktor-faktor produksi di antaranya, seperti tenaga kerja dan
modal.
- Distribusi pendapatan rumah tangga ynag dirinci menurut berbagai
golongan rumah tangga.
- Pola pengeluaran rumah tangga (household expenditure pattern).
- Distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha tempat
mereka bekerja, termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka
peroleh sebagai kompensasi atas keter;ibatannya dalam proses produksi.
2). SNSE juga merupakan suatu sistem kerangka data yang digunakan sebagai
dasar pembuatan suatu model ekonomi dan juga sebagai dasar analisis
parsial (partial equilibrium) maupun analisis keseimbangan umum (general
equilirium) dalam analisis kebijakan.
8.2.4. Kegunaan SNSE
8.2.4.1 Kinerja perekonomian nasional
- PDB
Kinerja perekonomian nasional ditunjukkan oleh misalnya dari NT (nilai
tambah) yang ditimbulkan oleh berbagai sektor ekonomi (submatrik T1.3,
Tabel 8.1) yang memberikan gambaran mengenai besarnya PDB nasional
adh biaya faktor (PDB at factor cost) pada tahunb tertentu.
Komponen ini menggambvarkan secara jelas pendapatan yang dibayarklan
sebagai balas jasa faktor produksi terhadap pemilik faktor produksi, yaitu
rumah tangga (RT). Bila ditambah dengan pajak tidak langsung (PTL)
(neto) akan menghasilkan PDB adh pasar.
- Kinerjan perekonomian nasional yang lain yang dapat ditunjukkan olehSNSE
misalnya adalah:
= Distribusi NT bruto (NTB) menurut sektor-sektor ekonomi (supply side).
= Distribusi NTB menurut pengeluaran (demand side).
= Struktur input antara / permintaan (intermediate input/demand).
= Investasi dan tabungan masyarakat.
= Hutang dan piutang negara.
= Kebocoran nasional (national leakages), yaitu besarnya penerimaan
negara yang mengalir ke luar negeri.
8.2.4. Kegunaan SNSE
8.2.4.2 Distribusi pendapatan faktorial
- Pendapatan faktorial ditunjukkan oleh baris pertama
Tabel 8.1 dan 8.2., bahwa submatriks (sel) T1.3
adalah alokasi NT yang dibayarkan oleh berbagai
sektor produksi kepada faktor-faktor produksi, sebagai
balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi
tersebut, misalnya upah dan gaji untuk faktor
produksi tenaga kerja (TK), serta keuntungan,
dividen, bungan, sewa tanah, dan sejenisnya untuk
faktor produksi bukan TK yaitu Kapital.
- Bila T1.3 ditambah dengan T1.4 sebagai pendapatan
faktor produksi (FP) yang diterima dari LN, keduanya
menunjukkan total pendapatan faktorial yang
diterima oleh RT di suatu negara.
8.2.4. Kegunaan SNSE
8.2.4.3 Distribusi pendapatan rumah tangga
- Distribusi pendapatan RT ditunjukkan oleh baris kedua. RT adalah salah satu dari
institusi. Submatriks T2.1 sebagai alokasi pendapatan faktor produksi yang
dibayarkan oleh sektor produksi yang diterima oleh berbagai institusi, di antaranya
RT. T2.1 merupakan perluasan alur dari T1.3 menjadi T2.1, yaitu mapping dari
pembayaran faktorial menurut sektor-sektor ekonomi menjadi sumber pendapatan
institusi, salaha satunya adalah RT, yang dijabarkan menurut FP-FP yang
dimilikinya.
- Transaksi berikutnya adalah redistribusi pendapatan dari FP ke pihak lain (bentuk
transfer) pada submatriks T2.2. Submatiks ini menunjukkan lalu lintas transfer
antarinstitusi misalnya pemberian subsidi pemeritah kepada RT, dari perusahaan ke
RTatau transfer amtar RT.
- Submatriks T2.4, menunjukkan penerimaan ketiga institusi dari LN. Jumlah ketiga
submatriks T21, T22 dan T24 untuk institusi R menggambarkan distribusi
penerimaan RT yang berasal dari proses distribusi dan redistribusi pendapatan
faktorial.
8.2.4. Kegunaan SNSE
8.2.4.4 Pola pengeluaran rumah tangga
- Dilihat pada kolom masing-masing golongan RT (kolom institusi). Diperoleh informasi
tentang struktur pengeluaran RT menurut jenis komoditas (domestik dan impor).
Diperlihatkan besarnya tabungan sebagai selisih antara total penerimaan dan total
pengeluaran RT menurut masing golongan.
8.2.4.5 Ketegakerjaan.
- Didasarkan pada submatriks T1.3 yaitu submatriks alokasi NT menurut sektor
ekonomi.
- Salah satu bentuk NT yang diciptakan oleh sektor-2 produksi adalah partisipasi TK
yang dibayarkan dalam UG. UG merupakan pendapatan TK yang sbagian dimiliki
RT.
- Bila UG tiap TK pada masing SP dijumlahkan = alokasi NT FP TK.
Submatriks dipeolehinformasi tentang balas jasa TK yang bekerja di masing-masing
SP.
- Disajikan data jumlah TK dan karakteristik SP sebagai informasi pendukung tentang
ke-TK-an.
8.2.5. Kerangka SNSE Indonesia 2005

8.2.5. Kerangka SNSE Indonesia 2005


- Dalam matriks bujur sangkar. Kolom menunjukkan
pengeluaran, baris menunjukkan penerimaan.
- Klasifikasi 37 x 37 dan 107 x 107, ke dalam 4 neraca
pokok :
=. Neraca FP: terdiri dari FP TK dan bukan TK
(kapital/modal).
= Neraca institusi ada tiga hal: RT, suasta/perusahaan,
pemerintah.
= Neraca SP ada 24 lapangan usaha (107 x 17) atau 5
lapangan usaha (37 x 37).
= Neraca lainnya: transaksi marjin perdagangan dan
pengangkutan, neraca kapital, PTL dan neraca LN.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

- Adh yang berlaku yaitu penilaian pada transaksi pembelian menurut harga pasar ytang
berlaku pada satu waktu tertentu.
= Berarti bahwa pembelian berbagai barang dan jasa yang akan dikonsumsi serta
balas jasa FP dinilai dengan memperhitungkan pengaruh perubahan harga (inflasi)
di dalamnya. Penilaian atas pembelian menurut harga pasar berlaku bagi produk
atau komoditas impor yang dikonsumsi di wilayah domestik.
= Penghitungan nilai transaksi pada masing-masing submatriks atau sel
matriksdengan pendekatan berbeda-beda.
> Data utama dari Tabel I-O tentangdistribusi NT yang dihasilkan oleh SP.
> Sumaber data pokok lain dari Susenas, neraca keuangan pemerintah, neraca
pembayaran LN, ensus penduduk, dan survei angkata kerja nasional (Sakernas).
> Berbagai survai khusus.
= Proses penyusunan:
> Tahap pertama, menetapkan klasifikasi atau penggolongan utama atas berbagai
kegiatan atau transaksi yang trdiri dari kalsifikasi lapangan usaha, klasifikasi FP,
klasifikasi RT, dan klasifikasi TK.
> Kedua, melakukan estimasi nilai transaksi pada masing-masing sel/submatriks.
>Ketiga, kompilasi dan restrukturisai data lain misalmya data TK, penduduk, dan RT.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

8.2.6.1 Klasifikasi
- Jumlah sektor 24 (sebelumnya 23) oleh adanya
pemisahan sektor perdagangan besar dan
eceran, jasa penunjang angkutan menjadi
sektor perdagangan dan sektor jasa
penunjang angkutan dan perdagangan.
- Cakupan kegiatan usaha, usaha pemotongan
hewan dan pengeringan ikan masing-masing
ke dalam sektor peternakan dan hasil-
hasilnya dan sektor perikanan ke dalam
sektor industri makanan, minuman dan
tembakau.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

8.2.6.2 Alokasi nilai tambah ke faktor produksi


- Data NT yang diterima oleh FP, TK maupun bukan TK (kapital) dari Tabel I-O kode
201 dan surplus usaha kode 202 Tabel I-O, dan ditambahkan komponen penyusutan
kode 203 sebagai balas jasa FP bukan TK (modal).
= Transaksi tersebut sebagai balas jasa FP yang dibayarkan oleh seluruh sektor
produksi sebagai sumber pendapatan FP ataupun institusi yang sebagian besar
dimiliki RT.
= Dalam Tabel I-O balas jasa FP TK hanya TK yang dibayar, sehingga dalam SNSE
perlu ditambah.
= TK yang dibayar adalah TK yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai FP TK
dan memperoleh UG sebagai balas jasanya (status buruh/karyawan).
= TK tidak dibayar adalah TK yang terlibat dalamkegiatan ekonomi produksi
sebagai FP TK (berstatus bukan buruh atau pengusaha), tetapi mereka tidak
memperoleh UG. Contoh pekerja keluarga yang balas jasanya dalam surplus
usaha (misalnya mereka yang bekerja sendiri).
= Balas jasa TK tidak dibayar dinilai sebagai imputasi UG yang diperhitungkan
dalam keuntungan usaha kode 202 dalam Tabel I-O.
= Total balas jasa tidak dimunculkkan sebagai komponen tersendiri tetapi digabung
dalam surplus usaha. Balas jasa TK dibayar = kode 201 Tabel I-O.
= Alokasi NT ke FP bukan TK dihitung atas porsi komponen balas jasanya berupa
keuntungan (termasuk PL), bunga modal, sewa tanah, imputasi sewa rumah
dan pendapatan kepemilikan lainnya (- dengan imputasi UG), ditambah
penyusutan.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

8.2.6.3 Alokasi pendapatan faktor produksi


(pendapatan faktorial)
- Baik TK maupun bukan TK, kepada pemilik FP baik RT, perusahaann
maupun pemerintah dihitung berdasarkan pendekatan pada masing
kelompok pemilik FP.
= Alokasi tersebut sebagai proses distribusi primer yang
menggambarkan titik temu transaksi yang terjadi antara produsen
sebagai pihak yang membayarkan dan pemilik sektor sebagai
penerima pendapatan. Sumber data survei dan Tabel I-O.
= TKdibayar menerima pendapatan berupa UG, tunjangan dan
fasilitas baik tunai maupun natura.
= TK tidak dibayar seperti pekerja pemilik dan pekerja keluarga
memperoleh pendapatan dari surplus usaha/ keuntungan baik
tunai maupun natura.
- Modal termasuk kapital merupakan FP selain TK yangmemperoleh
pendapatan dalam brntuk bagian keuntungan, dividen, bunga serta
pendapatan kepemilikan lainnya.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

8.2.6.4 Transfer

- Meliputi pemberian yang tidak bersifat mengikat misalnya hibah di mana


transaksinya dilakukan antarunit institusi baik secara individual maupun
berkelompok.
= Institusi adalah pemerintah, unit suasta, dan rumah tangga.
= Transfer dari pemerintah ke RT dari laporan keuangan pemerintah,dan
transfer RT diolah dari survei khusus tabungan dan investasi RT (SKTIR),
dan transfer lainnya dari hasil survei khusus.
- Sebagian pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan berupa
subsidi adalah sebagai pengeluaran pemerintah yang diberikan kepada RT.
Pengeluaran pemerintah berupa subsidi menjadi penerimaan RT, dan oleh
RT dikeluarkan lagi sebagai pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan.
= Dengan demikian pengeluaran RT dalam SNSE lebih besar daripada
dalam Tabel I-O. kode 301, dan pengeluran pemerintah dalam SNSE
lebih kecil daripada pengeluaran pemerintah dalam Tabel I-O kode 302.
= Bunga kepada institusi (komponen dari neraca pendapatan
danpengeluaran) adalah sebagai transfer antarinstitusi, juga
pembayaran pajak langsung premi asuransi selain asuransi jiwa.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

8.2.6.5 Pengeluaran konsumsi

- Pengeluaran konsumsi akhir (RT) adalah pembelian berbagai jenis produk seperti
sandang, pangan dan papan (tidak termasuk pengeluaran untuk tarsnfer).
= Termasuk pembelian barang dan jasa hasil dari produksi DNun impor oleh RT,
pemerintah serta unit usaha untuk tujuan konsumsi akhir.
= Pengeluaran konsumsi RT mencakyup pula pengeluaran oleh lembaga nir laba
(Sumber data dari Tabel I-O kode 301) plus survei lainnya.
- Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah untuk barang
dan jasa, misalnya UG, pembelian alat kantor dsb, tidak termasuk pengeluaran
untuk transfer.
= Komposisi pengeluaran konsumsi pemerintah = Tabel I-O kode 302, walau terdapat
sedikit perbedaan pengertian mengenai pengeluaran pemerintah khususnya tentang
subsidi kesehatan dan pendidikan.
= Mencakup pengeluaran oleh unit pemerintah pusat (berbagai departemen, lembaga
nondepartemen, lembaga tinggi negara dan lembaga pemerintah lainnya di daerah,
termasuk Pemda tingkat provinsi, kabupaten/kota dan pemerintah desa).
= Pengeluaran BUMN (Perum, Perjan dan Persero) dan BUMD bukan merupakan
bagian dari pengeluaran konsumsi pemerintah tetapi digabungkan dengan sektor
industri sesuai denga golongan lapangan usahanya masing-masing.
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data
8.2.6.6 Pengeluaran konsumsi antara
- Konsumsi (input) antara (selain input primer) mencakup pembelian dan penggunaan berbagai
produk barang dan jasa yang berasal dari hasil produksi domestik dan impor.
- Inputa antara dan biaya produksi perusahaan diolah dari Tabel I-O.
- Nilai marjin perdagangan dan pengangkutan untuk komoditas domestik dan impor diperoleh
dari Tabel I-O.

8.2.6.7 Pajak tak langsung dan subsidi


- Mengambarkan lalu lintas transfer dari perusahaan ke pemerintah (PTL) dan yang kembali
kepada masyarakat (subsidi).
- Subsidi dalam SNSE merupaka bagian dari pengeluaran institusi pemerintah yang diberikan
kepada berbagai sektor produksi.

8.2.6.8 Keuntungan (laba) yang tidak dibagikan


- Sebagai laba yang ditahan perusahaan (sebagai sumber tabungan bagi perusahaan) dihitung
dari bagian surplus usaha yang bersumber dari Tabel I-O dan survaei lainnya.

8.2.6.9 Tabungan
- Merupakan bagian dari pendapatan/penerimaan yang dtidak dikonsumsi oleh masyarakat.
- Data diperoleh dari Susenas dan SKTIR untuk tabungan RT, hasil survei industri serta survei-
survei khusus lainnya untuk lretained earnings perusahaan, neraca keuangan pemerintah.
- Beberapa transaksi tabungan diperlukan sebagai komponen residual (penyeimbang).
8.2.6. Metode estimasi dan sumber data

C.2.6.10 Transaksi eksternal


- Merupakan transaksi antara ekonomi domestik dengan LN, yang menyebabkan terjadinya aliran
devisa, baik masuk maupun keluar.
- Penerimaan maupun pengeluaran ini meliput kegiatan ekspor dan impor, konpensasi FP TK
maupun bukan TK, pembayaran bunga, berbagai jenis transfer (kecuali transfer kapital)
dari dan ke LN, hutang-piutang dan transaksi modal.
- Sumber data dari tabel I-O, neraca arus dana, pembayarab LN dll.
- Tabel I-O 2005 digunakan sebagai dasar penyusunan matriks, sehingga data agregat makro
dalam SNSE = pada Tabel I-O; misalnya biaya antara, total NT, eskpor dan impor (brang
dan jasa), dan PTL.
- TK dibedakan atas 2 golongan: (a) TK dibayar, dan (b) TK tidak dibayar. Jumlah TK dalam
SNSE = Tabel I-O.
8.2.6.11 Ekivalen tenaga kerja (ETK)
- ETK merupakan ukuran produktivitas TK, 1 ETK setara dengan 1 TK yang bekerja selama 40
jam/minggu. Bila seorang TK bekerja kurang dari 40 jam seminggu, maka TK tsersebut
dihitung kurang dari 1 ETK.
- Jumlah ETK dihitung untuk masing-masing klasifikasi TK (TK profesional, pertanian, dsb) dan
untuk masing-masing lapangan usaha.
- Seorang TK yang bekerja selama 20 jam di sektor A dan 20 jam di sektor B akan dihitung 0,5
ETK di sektor A dan 0,5 ETK di sektor B.
- Uku\ran ETK dimaksudkan untuk dapat menangkap adanya TK yang bekerja di beberapa sektor,
atau untuk menagkap adanya TK yang bekerja kurang atau lebih dari jam kerja normal (40 jam
seminggu).
- Sumber data penghitungan EK menggunakan hasil estimasi sensus penduduk (SP) dan srvei
angkatan kerja nasional (Sakernas).
8.3. Analisis SNSE Idonesia 2005
8.3.1 Gambaran umum perekonomian Indonesia 2005

8.3.1.1 SNSE Indonesia 13x13


- Tabel 8.1 SNSE ukuran 13 x 13 dan 37 x 37 terlihat keterkaitan antar neraca
menyeluruh.
= Pendapatan FP TK Indonesia (UG + imputasi UG) tahun 2005 sebesar Rp
1.486.178,61 miliar (baris 1 kolom 6 Tabel 3.1), dan pendapatan kapital (dan
penyusutan) sebesar Rp 1.344.474,90 miliar (baris 2 kolom 6). Jumlah kedua
pendapatan adalah estimasi PDB atas dasar biaya faktor sebesar Rp2.830.653,51
miliar.
= Bila ditambah PTL sebesar Rp 174.427,43 miliar (PTL komoditas domestik sebesar
Rp 112.164.41 miliar pada baris 8 kolom 11 dan jumlah bea masuk dan pajak impor
sebesar Rp 62.263,02 miliar baris 11 kolom 9), serta dikurangi subsidi sebesar Rp
108.135,98 miliar (subsidi komoditi domestik Rp 65.926,29 miliaris 6 kolom 12 dan
subsidi komoditas impor Rp42.209,69 miliar baris 12 kolom 9), maka PDB Indonesia
tahun 2005 sebesar Rp 2.896.944,96 miliar.
= Total pendapatan RT (sebelum dikurangi PL dan pengeluaran transfer) sebesar Rp
2.191.308,73 miliar (baris 3 kolomtotal):
> Pendapatan TK (UG termasuk imputasi UG) Rp 1.484.023,61 miliar.
> Pendapatan kapital Rp 435.954,19 miliar.
> Penerimaan transfer dari RT Rp 10.355,80 miliar.
> Penerimaan transfer dari perusahaan Rp 63.355,12 miliar.
> Penerimaan transfer dari pemerintah Rp 140.391 miliar.
> Penerimaan transfer dari LN Rp 57.229 miliar.
8.3. Analisis SNSE Idonesia 2005
8.3.1 Gambaran umum perekonomian Indonesia 2005

= Total penerimaan pemerintah (baris 5, jumlah) Rp 655.317,84 miliar


bersumber dari:
> Pajak langsung dari RT Rp 67.199,46 miliar.
> Pajak langsung perusahaan Rp 313.12,48 miliar.
> Transfer antarpemerintah Rp 99.297,29 miliar.
> PTL Rp 174.427,43 miliar.
> Transfer dari LN Rp 1.281.21 miliar.
= Penegluaran pemerintah Rp 655.317,84 miliar untuk:
>Transfer ke RT Rp 140.391, miliar.
> transfer ke perusahaan Rp 43.495,4 miliar.
> Transfer antarpemerintah Rp 99.297,27 miliar.
> Konsumsi pemerintah atas komoditas domestik Rp 129.700,53 miliar.
> KOnsumsi pemerintah atas komoditiimpor Rp 11.330,06 miliar.
> Tabungan Rp 108.812,95 miliar.
> Subsidi ke sektor produksi dan komoditi impor Rp 108.135,98 ,iliar.
> transfer ke LN (bunga ke LN) Rp 14.154,65 miliar.
= ditunjukkan tentang PDB Indonesia, distribyusi pendapatan RT, pola
pengekuaran RT, pola penerimaan perusahaan dan pemerintah, dan pola
pengeluaran perusahaan danm pemerintah tahun 2005 secara sangat
agregat.
8.3. Analisis SNSE Idonesia 2005
8.3.1 Gambaran umum perekonomian Indonesia 2005

8.3.1.2 Distribusi nilai tambah menurut lapangan usaha

-Tabel 8.1 :besarnya PDB tahun 2005, distribusi NT menurut komponen


utamanya (pendapatan TK dan bukan TK (BTK).
- Tabel 8.3: Agregasi tabel 107 x 107, yaitu penggabungan FP TK dan FP
BTK menjadi satu komponen. (FP TK dirinci 16 golongan, RT dirinci 10
golongan). PTL, subsidi dalam satu baris tidak perlu diagregasi.
= Distribusi PDB menurut lapangan usaha dan komponen PDB (UG,
pendapatan kapital, PTL dan subsidi).
= PDB adalah Rp 2.896.944,96 miliar (baris dan kolom total), terdiri dari
balas jasa TK (UG TK dibayar + imputasi UG TK tidak dibayar) sebesar
Rp 1.486.178,61 miliar, balas jasa kapital Rp 1.344.474,90 miliar dan
sisanya adalah PTL untuk komoditas domestik dan impor serta subsidi
untuk sektor produksi dan komoditas impor.
= Dirinci menurut lapangan usaha. NTB sektor peranian tanaman pangan
sebesar Rp 184.258,99 miliar, NT sektor pertanian tanaman lainnya Rp
69.077,48 miliar, berikut sektor jasa perseorangan, RT, dan jasa lainnya
dengan NT Rp 85.450,18 miliar kepada PDB. Sektor perdagangan
sebagai penyumbang terbesar RP 331.987,43 miliar, yang terkecil sektor
perhotelan Rp 17.446,71 miliar.
8.3.2 Perbandingan perkembangan beberapa agregat ekonomi
makro

8.3.2.1 Perbandingan PDB, Surplus Usaha dan


Tabungan
- Tabel 8.4:perbandingan beberapa agregat makro
ekonomi Indonesia 1975-2005.
= Laju pertumbuhan agregat makro per tahun adh
berlaku.
- Tabel 8.5: Nilai Tambah Bruto (PDB), surplus usaha dan
tabungan..
= tahun 1975-1980 laju pertumbuhan tertinggi.
Tahun1980-2000 adanya peningkatan indikator makro
ekonomi seperti PDB, surplus usaha, namun menurun
pada tahun 200-2005 menjadi 16,33% dan 13,12%
= Peningkatan tabungan 1980-1990 naik, 1990-1995
turun menjadi 13,50% dan 1995-2000 meningkat
menjadi 17,35%, dan 2000-2005 lebih tingg menjadi
27,95%.
8.3.2 Perbandingan perkembangan beberapa agregat
ekonomi makro
8.3.2.2 Perbandingan pendapatan faktor-faktor
produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja
- Tabel 8.6: Perbandingan pendapatan FP TK dan bukan TK (kapital) dan %-
ase nasing-masing FP terhadap PDB 1975-2005.
= Meningkat pesat dari Rp 13.686,06 miliar tahun 1975 menjadi Rp
2.896.944,96 miliar tahun 2005.
= Porsi pendapatan TK (UG plus imputasi UG) tahun 1975 sebesar 38,19%,
porsi pendapatan kapita (bukan TK) berjumlah 59,16%, berlangsung terus
hingga tahun 1990.
= Tahun 1995 komposisi berubah ketika %-ase balas jasa TK lebih besar
dibandingkan dengan %-ase balas jasa kapital, dann kembali tahun 1995,
namun tahun 2000 porsi pendapatan kapital kemabli lebih besar daripada
pendapatan TK.
= Perubahan komposisi disebabkan oleh peningkatan pendapatan TK
dibayar.
= Tahun 1975-1995 %-ase pendapatan TK meningkat daro 39,19%, turun di
tahun 2000 menjadi 46,53%, meningkat lagi tahun 2005 menjadi 51,30%.
= Tahun 1975 %-ase pendapatan TK dibayar sebesar 20,71%, tahun 2000
turun menjadi 28,82%, naik tahun 2005 menjadi 30,45%.
= PTL neto meningkat dari 2,65% tahun 1975 naik menjadi 5,85% tahun
1995, turun menjadi 0,85% tahun 2000, tahun 2005 meningkat kembali
menjadi 2,29%.
8.3.2 Perbandingan perkembangan beberapa agregat
ekonomi makro
8.3.2.3 Perbandingan distribusi pendapatan tenaga kerja dan ekivalen tenaga kerja
(ETK)
- Tabel 8.7:
= Total pendapatan TK tahun 1975-2005 meningkat. Kenaikan tertinggi tahun 1975 (Rp 5.245,47 miliar) ke 1980 (Rp 18.534,79
miliar) sebanyak 3,53 kali. Dalam periode lainnya peningkatan kurang adri 3 kali.
- Tabel 8.8:
= Pendaparan UG TK pertanian menurun dalam 1975-2005 dari 10,28% tahun 1975 menjadi 6,54% tahun 1995, naik menjadi
7,54% tahun 2000 dan turun menjadi 5,15% tahun 2005.
= Sama pada TK pertanian bukan penerima UG, tahun 1975 sebagai penerima UG tertinggi sebesar 23,47% dari total UG,
dan tahun 2005 pada TK produksi, operator alat angkutan manual senilai 22.,37% dari total.
= Distribusi pendapatan TK produksi, operator, alat angkutan manual meningkat dari 15% tahun 1975 menjadi 22,37% tahun
2005.
= Pendapatan TK penerima UG seluruh periode di atas 50% terhadap total pendapatan, terbesar tahun 1975 62,27%.
- Tabel 8.9:
= Tahun 1975-1990 semua jenis jabatan mengalami peningkatan jumlah ETK, kecuali untuk profesi, teknisi, manajer dan militer;
1995-2005 semua jenis jabatan mengalami jumlah ETK.
= Pada tiap periode %-ase tertinggi jumlah ETK ada pada TK pertanian bukan penerima UG yaitu di atas 25%. Hal ini berarti
bahwa jabatan tersebut membutuhkan jumlah TK terbanyak.
= Komposisi pendapatan UG, maka ETK untuk TK bukan penerima gaji memiliki %-ase di atas 50%, dengan %-ase terbesar
pada tyahun 1980 65,38% (Rp36.946,60 miliar terhadap Rp 56.508,30 miliar).
- Tabel 8.10: Rata-rata UG per ETK per tahun.
= Rata-rata UG terbesar pada 1975-2005 ada pada UG TK profesi, teknisi, manejer, militer yang meningkat dari 1975 Rp 443,75
miliar menjadi Rp 36.926,38 miliar (9 x) tahun 2005.
= Rata-rata UG per ETK terendah selalau pada petani bukan penerima UG.
= Rata-rata UG secara total mengalami peningkatan sebanyak 135,46 X lipat,
dari Rp 113,08 miliar tahun 1975 menjadi Rp 15.317,73 miliar tahun 2005.
= Rata-rata UG TK penerima UG mengalami peningkatan sebesatr 139,08 X lipat, sedangkan rata-rata UG TK bukan penerima
UG mengalami peningkatan 125,94 X lipat.
8.3.3 Neraca-neraca pokok dalam SNSE

8.3.3 Neraca-neraca pokok dalam SNSE


Neraca-neraca pokok: neraca pokok produksi, neraca institusi (neraca RT, perusahaan,
pemerintahan) dan neraca LN. Neraca institusi menjelaskan kegiatan pelaku
ekonomi domestik, neraca LN menjelaskan keterkaitan ekonomi domestik dengan
wilayah lainnya (rest of the world).
8.3.3.1 Neraca faktor produksi
- Tentang perilkaku faktor produksi TK dan bukan TK dalam berbagai transaksinya.
Disajikan data tentang penerimaan faktor produksi seta pengeluarannya.
- Sunber pendapatan FP selain menurut jenis (TK dan bukan TK) juga menurut
wilayah ekonomi (domestik dan LN). Penggunaan untuk RT, ditanam kembali ke
perusahaan, ke pemerintah atau ke LN.
- Tabel 8.11:
= Total penerimaan faktor produksi Rp 2.833.831,88 miliar terdiri dari dari FP TK Rp
1.487.377,61 miliar dan bukan TK Rp 1.346.454,27 miliar. Sebagian besar dari
kegiatan ekonomi domstik (9,89%), dan 0,11% dari kompensasi dari LN.
= Pengeluaran balas jasa FP Rp 2.833.831,88 miliar ternyata labih dari 50% ke RT
sebagai kompensasi balas jasa atas pemilikan FP TK.
= RT menerima pendapatan FP bukan TK Rp 4435.954,19 miliar. Pembayaran
terbesar Rp 819.048,39 sebagai balas jasa FP bukan TK (laba ditahan, sewa
tanah, bunga modal, pendapatan kepemilikan lainnya).
= Defisit pembayaran faktor produksi TK maupun bukan TK ke LN Rp 91.627,32
miliar bahwa pembayaran ke LN lebih besar daripada penerimaan domestik.
8.3.3 Neraca-neraca pokok dalam SNSE

8.3.3.2 Neraca rumah tangga tahun 2005


- Institusi RT berfungsi sebagai pemilik faktor produksi utama dan
pelaku produksi (produsen) erta konsumen akhir. Sebagai
konsumen akhoir RT mempunyai kontribusi yang sangat besar
dalam sistem ekonomi nasional yang ditunjukkan dalam PDB
dalam Tabel I-O.
- RT mempunyai penerimaan dari DN dan LN, dan dari imbalan atau
balas jasa faktor produksi TK dan bukan TK ditambahtransfer dari
pihak lain untuk membiayai seluruh pengeluarannya (kecuali
pengeluaran untuk proses produksi).
- Tabel 8.12:
= Penerimaan terbesar RT berasal dari balas jasa faktor produksi
TK dan bukan TK sekitar 80% dari seluruh penerimaan.
= Dari transfer Rp 271.330,93 miliar, dari perusahaan Rp 63.355,12
miliar, dari pemerintah Rp 140.391 miliar (termasuk subsidi) dan
transfer antar RT Rp 57.229 miliar.
= Pengeluaran terbesar untuk konsumsi akhir Rp 1.869.540,95
miliar atai 85,32% total penerimaan. Yang lain untuk pajak langsung
RT Rp 67.199,46 miliar, tarnsfer ke RT yang lain Rp 10.355,80
miliar termasuk transfer ke LN Rp 11.700,99 miliar. Tabungan Rp
186.221,67 miliar.
8.3.3 Neraca-neraca pokok dalam SNSE

8.3.3.3 Neraca perusahaan tahun 2005

Perusahaan atau produsen sebagai pengguna berbagai faktor produksi dan sebagai
pemiliknya, khususnya bukan TK.
Tabel 8.13:
= Penerimaan perusahaan terbesar berasal dari kompensasi faktor produksi bukan
TK sebesar Rp 819.048,39 milir atau 79,15% total.
= Sumber lain dari perusahaan lain di wilayah domestik, RT, pemerintah dan LN
sebesar Rp 215.815,09 miliar.
= Penerim,aan perusahaan dari LN jauh lebih kecil daripada pembayaran yang sama
ke LN.
= Dari sisi penggunaan bahwa pembayaran pajak merupakan pengeluaran terbesar
Rp 313.112,48 miliar atau 30,26% dari total.
= Retained earnings sebagai sumber internal Rp 506.253,51 miliar atau 48,92%
total.
= Pengeluaran perusahaan sebagai transfer ke RT Rp 63.355,12 miliar dan ke
perusahaan domestik Rp 106.496,40 miliar.
= Transaksi dengan LN melalui pembayaran faktor produksi bukan TK Rp
45.645,97 miliar.
8.3.3 Neraca-neraca pokok dalam SNSE

8.3.3.4 Neraca pemerintah tahun 2005

- Neraca pemerintahan (umum) menggambarkan trransalksi pemerintah (pusat


dan daerah) dengan pihaklain termasuk LN.
- Penerimaan utama pemerintah berasal dari pajak (langsung dan tidak
langsung) yang dibayarkan ebagian besar oleh perusahaan dan RT. Tahun
2005 surplus keuangan Rp 108.812,95 miliar.
- Tabel 8.14:
= Penerimaan pemerintah Rp 655.317,84 miliar berasal dari pajak
perusahaan danRT (pajak langsung) sekitar 58,03 % dari total penerimaan.
= Pajak tidak langsung oleh perusahaan domestik Rp 313.112,48 miliar.
= Pengeluaran untuk konsumsi serta transfer RT memiliki besaran yang
hampir sama, Rp 140 triliun. Pembayaran bunga LN Rp 14.154,65 miliar
atau 2,16% dari total penerimaan. Transfer antar pemerintah Rp 99.297,97
miliar.
= Dari sisi keseimbangan total transaksi masih ada tabungan Rp 108.812,95
miliar.
= Subsidi merupakan kebalikan pajak sebagai pengeluaran spesifik utuk
kepentingan masyarakat, sebesar Rp 108.135,98 miliar sebagain besar
untuk pengurangan harga BBM dengan kenaikan relatf tinggi.
8.3.3 Neraca-neraca pokok dalam SNSE

8.3.3.5 Neraca luar negeri tahun 2005

- Dalam ekonomi terbuka seperti di Indonesia, maka transaksi dengan


LNM mempunyai peran yang cukup penting. Transaksi oleh pelaku
ekonomi domestik ke luar negeri dan/atau sebaliknya terjadi baik itu
oleh. RT, perusahaan, maupun pemerintah.
- Tabel 8.15:
= Piutang LN Indonesia tahun 2005 sebesar Rp 71.941,97 miliar
sebagai hutang pemerintah dan perusahaan.
= Transakai dengan LN (transaksi eskternal), dari sisi perdagangan
LN adalah surplus atau pendapatan ekspor (Rp 977.105,47 miliar)
lebih besar daripada pembayaran impor (Rp 820.078,21 miliar).
= Komponen balas jasa faktor produksi, transaksi Indonesia dengan
LN negatip atau pembayaran ke LN (Rp 94.805,69 miliar) jauh lebih
besar daripada yang diterima oleh ekonomi domestik (Rp
3.178,37miliar).
= Pembayaran/penerimaan transfer transaksi adalah positip, jumlah
dari LN (Rp 78.043,64 miliar) lebih besar daripada yang dibayarkan
(Rp71.501,61 miliar).
= Nilai transfer terbesar diterima dari perusahaan Rp 45.645,97 miliar
termasuk bunga piutang dari LN.
8.3.4. Distribusi faktor produksi

8.3.4.1 Distribusi pendapatan tenaga kerja


- Distribusi pendapatan TK adalah pendapatan/balas jasa
yang diterima oleh berbagai golongan TK dibayar atau
tidak dibayar.
= Faktor produksi TK mendapat balas jasa berupa upah
dan gaji. TK pertanian memperoleh upah dan gaji
sebagai buruh sektor pertanian. Seorang karyawan
mendapat upah dan gaji. TK meningkatkan Nilai
Tambah sektor produksi tempat dia bekerja, dan
meningkatkan PDB Indonesia.
= Distribusi pendapatan TK digambarkan oleh
perpotongan neraca baris faktor produksi TK dengan
neraca kolom sektor produksi. Neraca ini juga
menggambarkan alokasi NT yang dapat diciptakan oleh
berbagai faktor produksi ke berbagai faktor produksi TK
(Tabel 3.1 dan 3.2).
8.3.4. Distribusi faktor produksi
= Tabel 8.16 distribusi TK dibayar, TK tidak dibayar, dan ekivalen TK (ETK) serta rata-rata jam kerja menurut
lapangan usaha.
> Jumlah TK Indonesia tahun 2005 95.463.850 orang, 38,24% (36.505.030 orang) TK dibayar dan
58.9587.82000 orang TK tidak dibayar.
> Sektor pertanan tanaman pangan menyerap TK terbanyak 31.814.800 orang (33,33% total).
> Tahun 2005 97.023.400 ETK terdiri dari 40.539.730 ETK dibayar dan 56.483.670 ETK tidak dibayar. ETK
terbesat di sektor pertanian tanaman pangan (25.313.070 ETK) dan terkecil pada sektor listrik, gas dan air
(217.160 ETK).
> Mengalikan ETK dengan 40 (1 ETK= 1 TK bekerja selama 40 jam/minggu) dan dibagi dengan jumlah
TKnya didapat rata-rata jam kerja per minggu untuk masing-masing sel. Rata-rata jam kerja per minggu =
40,65 jam. Rata-rata jam kerja untuk TK dibayar 44,42 jam dan TK tidak dibayar 38,32 jam/ minggu. Sektor
dengan jam kerja terbanyak adalah Sektor angkutan darat baik TK dibayar (50,95 jam) dan TK tidak dibayar
(51,52 jam).
= Tabel 8.17 Rata-rata upah dan gaji per ETK.
> Jumlah upah dan gaji yang diterima Rp 1.486.178,61 miliar: untuk TK dibayar Rp 882.217,99 miliar, Rp
603.960,63 TK tidak dibayar.
> Sektor-sektor menerima UG yang terbesar: Sektor perdagangan besar dan eceran Rp 273.296,11 miliar,
Sektor pemerintahan, pertahanan, pendidikan, keehatan, film dan jasa sosial lainnya Rp 174.669,27 miliar,
dan sektor pertanian tanaman pangan Rp 174.568,27 miliar.
> Jika nilai upah dan gaji dibagi dengan jumlah ETK di tiap sel, didapat rata-rata upah dan gaji per ETK = rata-
rata upah dan gaji yang didapat oleh setiap TK yang bekerja selama 40 jam/minggu.
Rata-rata UG TK per ETK tahun 2005 Rp15.317.730/tahun, untuk TK dibayar Rp 21.761.810 per ETK dan
TK tidak dibayar Rp 10.692.660 per ETK.
Rata-rata UG per ETK tertinggi di Sektor Pertambangan Batubara, bijih logam, dan minyak bumi Rp
94.776.640 per ETK, diikuti Sektor bank dan asuransi Rp 55.287.300/ETK, dan sektor industri kimia, pupuk,
hasil dari tanah liat dan semen Rp 47.050.970 per ETK.
Rata-rata UG per ETK TK dibayar, tertinggi di sektor pertambangan batubara, bijih logam dan minyak bumi
Rp 94.776.640/ETK; terendah sektor pertanian tanaman pangan Rp 6.554.950/ETK.
Rata-rata UG per ETK TK tidak dibayar, tertinggi di sektor industri kimia,pupuk, hasil dari tanah liat
dan semen Rp35.976.410/ETK, diikuti sektor pertambangan dan penggalian lainnya Rp 34.522.720/ETK,
dan sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dan industri lainnya Rp
25.834.450/ETK, yang terkecil adalah sektor jasa perseorangan, RT dan jasa lainnya Rp 4.559.770/ETK.
8.3.4. Distribusi faktor produksi
= Tabel 8.18 Rata-rata upah dan gaji per TK.
> Rata-rata UG/TK Rp 15.567.970 (membagi nilai UG dengan
jumlah TK pada tiap sel). Rata-rata UG terendah di sektor
pertanian tanaman pangan Rp 5.487.010/TK, tertinggi sektor
pertambangan batubara, bijih logam dan minyak bumi
Rp105.667.050/TK.
> Ini berarti UG tertinggi hampir 20 X rata-rata UG terendah.
> Rata-rata UG /TK untukTK dibayar Rp 24.167.030. Tertinggi
pada sektor pertambangan batubara, bijih logam dan minyak
bumi Rp 105.667.050/TK diikuti sektor bank dan asuransi Rp
64.978.490/TK, kemudian sektor Industri kimia, pupuk, hasil
dari tanah liat dan semen Rp 58.750.480/TK.
> Rata-rata UG per TK untuk TK dibayar Rp 10.243.770, rata-
rata tertinggi di sektor pertambangan dan pennggalian
lainnya Rp 38.234.490, terendah sektor jasa perseorangan,
RT dan jasa lainnya Rp 4.977.450.
8.3.4. Distribusi faktor produksi
- Rendahnya tingkat UG yang diterima oleh TK di Indonesia
disebabkan masih banyak TK Indonesia yang belum
memperoleh pekerjaan. Di Indonesia masih terjadi surplus
TK, dan keadaan ini mempengaruhi pasar TK di Indonesia.
Dengan masuknya TK yang belum mempeoleh pekerjaan
ke dalam pasar TK, maka marginal product of labor (MPL)
menjadi turun yang akan menyebabkan tingkat UG turun.
Keadaan tersebut dijelaskan pada Gambar 8.1:
= Pada tahap awal ketika belum terdapat tambahan TK ke
pasar TK, MPL berada di titik v1 dan banyaknya TK yang
bekerja berjumlah L1. Pada kondisi tersebut, keseimbangan
supply dan demand di pasar TK menghasilkan jumlah TK
yang dapat dipekerjakan sebanyak L1 dengan tingkat upah
w1.
= Dengan masuknya tambahan TK ke dalam pasar TK,
maka MPL turun menjadi v2. Hal ini memberikan implikasi
bahwa tingkat upah turun menjadi w2 dan banyaknya TK
yang dapat dipekerjakan bertambah menjadi L2.
8.3.4. Distribusi faktor produksi
8.3.4.2 Distribusi pendapatan faktor produksi bukan tenaga
kerja

- Diterima oleh pelaku-pelaku ekonomi, misalnya pendapatan


berupa keuntungan, dividen, bunga, sewa rumah dll. sebagai
balas jasa kapital yang diikutsertakandalam proses kegiatan
produksi di dalam negeri (Tabel 8.4).
- Dalam SNSE penerima pendapatan faktor produksi bukan TK
adalah RT (10 golongan RT), pemerintah,m perusahaan dan
LN. RT menerima pendapatan dari sewa rumah, tanah
pertanian dsb. Perusahaan menerima pendapatan faktor
produksi bukan TK dari kepenilikan modal yang diusahakan,
sedangkan pihak asing menerima balas jasa modal dari
penyertaan modal di Indonesia.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah
tangga
8.3.5.1 Gambara umum
- Institusi RT dibagi menjadi 10 golongan RT berdasarkan klasifikasi sosial ekonomi RT, dengan
maksud untuk melihat pola pendapatan dan pengeluaran dari neraca RT, distribusi pendapatan
antar-golongan RT, pola pengeluaran RT untuk konsumsi domestik dan impor.
- Dari SNSE diturunkan neraca pendapatan dan pengeluaran RT.
= Sisi pendapatan dapat diketahui bahwa RT menerima pendapatan dari 3 sumber:
> Pendapatan TK berupa upah dan gaji yang merupakan balas jasa bagi TK (termasuk
imputasi TK yang tidak dibayar, pekerja keluarga, berusaha sendiri, dll).
> Pendapatan kapital, misalnya sewa rumah yangmerupakan balas jasa dari kapital yang
diterima oleh RT,
> Penerimaan transfer, seperti hibah/pemberian dari RT lain atau perusahaan, pemerintah
maupun LN.
= Dari sisi pengeluaran, RT menggunakan pendapatan untuk:
> Konsumsi akhir barang dan jasa.
> Pembayaran pajak langsung.
> Pembayaran transfer.
>Tabungan.
- Tabel 8.19: Netraca pendapatan dan pengeluaran RT yang diturunkan dari SNSE 2005 dengan
agregasi komponen-komponen dari neraca.
= 67,72% pendapatan Rt diperoleh dari upah dan gaji, 19,89% balas jasa kapital, sisanya berupa
transfer.
= Dari total pendapatan, 85,32% untuk membiayai konsumsi akhir, 6,19% untuk transfer, dan
8,50% ditabung.
- Tabel 8.20 Neraca pendapatan dan pengeluaran menurut golongan RT 2005.
- Tabel 8.21 Neraca pendapatan dan pengeluaran dalam %-ase menurut golongan RT.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.

8.3.5.2 Distribusi pendapatan rumah tangga tahun 2005


- SNSE Indonesia 2005 ukuran 107 x 107 merinci RT menjadi 10 golongan:
a. RT buruh tani.
b. RT petani gurem (berlahan pertanian < 0,5 Ha).
c. RT pengusaha pertanian berlahan 0,501 -1 Ha.
d. RT pengusaha pertanian berlahan > 1 Ha.
e. RT bukan pertanian golongan rendah di desa.
f. RT bukan angkatanb kerja di desa.
g. RT bukan pertanian golongan atas di desa.
h. RT bukan pertanian golongan rendah di kota.
i. RT bukan angkatan kerja di kota.
j. RT bukan pertanian golongan atas di kota.
- Kelompok RT golongan rendah tersebar di beberapa sektor,. misalnya
= RT bukan pertanian yang memperoleh pendapatan utama dari atau kepala RT bekerja sebagai
pengusaha bebas golongan rendah,
= tenaga tata usaha golongan rendah.
= pedagang keliling.
= pekerja bebas sektor angkutan (supir atau kondektur angkutan umum).
= pkerja bebas jasa perorangan (pembantu RT).
= buruh kasar, dsb.
- Kelompok RT golongan atas: RT bukan pertanian dengan pendapatan utama dari atau kepala
RT bekerja sebagai pengusaha golongan atas, manajer, profesional (akuntan,dokter),
militer/dosen/guru besar, pekerja tata usaha dan penjualan golongan atas.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.

- Tabel 8.23 menampilkan jumlah penduduk, jumlah RT dan rata-rata penduduk per RT
pada masing-masing golongan RT.
Pada tahun 2005., jumlah RT Indonesia adalah 55.119.000 unit dan jumlah penduduk
218.869.000 orang. Rata-rata anggota RT per RT adalah 3,97 orang. RT pertanian
23.084.373 unit (41,88 %), RT bukan pertanian 32.034.627 unit (58,12 %).
Sebagian besar RT golongan petani gurem 9.787.498 unit dengan penduduk
38.729.997 atau 3,96 orang per RT.
RT bukan pertanian golongan atas memiliki rata-rata 4,16 penduduk per RT.
RT bukan angkata kerja di desa 3,36 penduduk per RT.
- Tabel 8.24: distribusi pendapatan menurut golongan RT.
=Pendapatan adalah pendapatan setelah pajak , dikurangi dengan penerimaan
tarnsfer dari RT lain.
= Rata-rata pendapatan per kapita Rp 9.329,66 ribu.
= Golongan RT berpendapatan terendah golongan RT buruh tani Rp 4.359,17 ribu.
= Pendapatan rata-rata tertinggi adalah golonganRT bukan pertanian golongan atas di
kota Rp 21.612,25 ribu.
= RT termiskin adalah golongan RT buruh tani, dan selalu terendah kecuali tahun
1985; sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih dalam rangka pengentasan
kemiskinan.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.

- Tabel 8.25: Sumber pendapatan 2005.


= Terbesar sumber pendapatan RT dari upah dan gaji Rp1.484.023,61
miliar, balas jasa modal Rp 435.954,19 miliar, sisanya dari hibah pihak lain.
= RT buruh tani dengan pendapatan terendah Rp 80.559,13 miliar dari
upah dan gajih. Pendapatan dari modal RT buruh tani Rp 7.540,88 miliar.
Total pendapatannya Rp 136.485,91 miliar.
= Pendapatan per kapita tertinggi golongan RT golongan atas di kota Rp
101.336,33 miliar dari kapital. Total pendapatannya Rp 322.718,02 miliar
dari upah dan gaji dan sebesar Rp 101.336,33 dari kapital, total Rp
447.269,79 miliar.
= Pendapatan terbesar RT dari upah dan gajih atau balas jasa TK.
- Tabel 8.26: Sumber pendapatan dari balas jasa TK.
= Sebagian besar sumber pendapatan dari upah dan gaji dari RT buruh tani
dan golongan RT pertanian lainnya adalah kegiatan usaha pertanian dan
kegiatan produksi, operator alat angkutan dan sebagai buruh kasar.
= Upah dan gaji RT golongan atas di kota dari ketata-usahaan, usaha
penjualan, manajerial, profesional dan ketatalaksanaan.
- Tabel 8.27: Distribusi transfer antar RT: Pendapatan RT dari transfer
merupakan sumber pendapatan yang kecil dibandingkan dengan sumber-
sumber pendapatan lainnya.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.
8.3.5.3 Kesenjangan pendapatan antar rumah tanggah, 1975-2005
- Tabel 8.28: Jumlah pendapatan disposable menurut golongan RT:
= Jumlah pendapatan yang diterima RT menunjukkan peningkatan; 1975 Rp 10.041,30 miliar; 2005 Rp 2.055.762,62 miliar; setiap 5 tahun
meningkat menjadi 2 kali lipat.
= Dari 1975 sd. 2005, porsi terbesar penerima pendapatan RT golongan atas di kota.
= Tahun 1975 porsi terendah bukan ankatan kerja di kota, 1980,1985, 1990 bergeser bukan angkatan kerja di desa. 1995 bergeser ke RT
buruh tani; 2000 terendah RT pengusaha pertanian berlahan 0,501-1 Ha; 2005 bergeser RT bukan angkatan kerja di desa.
- Tabel 8.29 Rata-rata pendapatan disposable per Kapita: Rata-rata pendapatan disposable per kapita per tahun masing-masing golongan RT,
1975-2005.
= Rata-rata pendapatan disposable per kapita telah meingkat dari Rp 76,59 ribu tahun 1975 menjadi Rp 9.392,66 ribu tahun 2005.
= Terendah selama tahun 1975-1980, 1990 golongan RT buruh tani, 1985 golongan RT petani gurem. Tahun 1995, 2000 dan 2005, golongan
RT buruh tani terendah sebesar Rp 616,69 ribu tahun 1995, Rp 2.120,26 ribu tahun 2000, dan Rp 4.359,17 ribu tahun 2005.
= Tertinggi selama 1975-2005 adalah RT bukan pertanian golongan atyas di kota.
- Tabel 8.30 Rasio pendapatan disposable antar RT: dengan membandingkan pendapatan disposable per kapita terendah (bernilai1
(satu) dengan RT lainnya.
= Tahun 1975, RT buruh tani (Rp 39,93 ribu) dengan RT bukan pertanian golongan atas dii kota (Rp 247,53 ribu) mempunyai rasio 1 :
6,20.
= Terendah RT buruh tani, kecuali tahun 1985 RT petani gurem.
= Tertinggi adalah RT bukan petani golongan atas di kota.
= Tahun 1975 tertinggi/terendah sebesar 6,20 kali, 1980 5,29 kali, 1985 3,89 kali, 1990 4,23 kali, 1995 8,46 kali, 2000 4,53 kali, 2005 4,96
kali.
= thun 1975-1985 kesenhangan antara penduduk kaya dan miskin makin sedikit, tahun 1990-1995 melebar, dan tahuj 2000 makin kecil, thun
2005 kesenjangan meniungkat dibandingkan tahun 2000, maka tahun 2005 pemerataan pendapatan tidak makin baik.
- Tabel 8.31: Jumlah penduduk menurut golongan RT, berdasarkan %-ase.
- Tabel 8.32: %-ase Total pendapatan disposable yang diterima oleh masing-masing golongan RT.
= Tahun 1975-1985 terdapat perpindahan (shift) dalam pola penerimaan pendapatan, yaitu dari rumah tangga berpendapatan tinggi ke
berpendapatan rendah yang mencerminkan perbaikan dalam pola pembagian pendapatan nasional.
= Tahun 1990-1995 Pola cenderung memburuk kembali.
= Tahun 1975 RT buruh tani berjumlah 11,67% menerima 6,08 % pendapatan nasional, sedangkan RT terkaya berjumlah 6,10%
menerima 19,72 % pendapatan nasional.
= Tahun 1985 Porsi tersebut berubah menjadi 7,01% jumlah penduduk miskin menerima 18,07% pendapatan nasional.
= Tahun 1995, pola berubah menjadi 10,68% penduduk miskin menerima 3,23% pendapatan nasional, dan 9,59% penduduk kaya
menerima 25,47% pendapatan nasional.
= Tahun 2005 porsi penduduk miskin 13,46% menerima 6,25% pendapatan nasional dan 8,84% penduduk kaya menerima 20,34%
pendapatan nasional.
= Kesenjangan pendapatan antarrumahtangga cenderung membaik pada tahun 1975-1985, dan memburuk pada tahun 1990 dan
1995, membaik tahun 1995 dan memburuk tahun 2005.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.
8.3.5.4 Pendapatan petani dari usaha tani
- Secara umum pendapatan RT di Indonesia selama 1975-2005 cenderuing meningkat, termasuk pendapatan petani (RT tani).
Kenaikan pendapatan petani berupa kenaikan pendapatan bukan usaha seperti upah dan gaji atau transfer atau peningkatan
pendapatan dari usaha tani itu sendiri. Penerimaan dan pendapatan RT dipisahkan penerimaan yang berasal dari usaha tani
dan bukan dari usaha tani.
- Petani digambarkan dalam satuan RT yang didefinisikan sebagai RT yang memperoleh pendapatan utama dari hasil
mengusahakan lahan pertaninan (usaha tani). RT petani dikelompokkan 3 golongan:
= RT petani dengan pemilikan lahan pertanian kurang dari 0,5 Ha (petani gurem).
= RT petani dengan pemilikan lahan pertanian 0,501 – 1 Ha.
= RT petani dengan pemilikan lahan pertanian lebih dari 1 Ha.
- Definisi pendapatan adalah semua pendapatan yang diterima oleh RT, baik yang berupa pendapatan kepala RT maupun berupa
pendapatan anggota-anggota RT. Pendapatan RT petani berasal dari kegiatan utama sebagai petani atau pendapatan dari
usaha pertanian (on farm), dan pendapatan lain di luar usaha tani (off farm).
- Tabel 7.33: Pendapatan RT petani secara keseluruhan (on dan off farm) dan pendapatan dari usaha tani saja. Ke dua jenis
pendapatan disajikan dalam bentuk per kapita untuk mengeliminasi perkembangan ukuran RT, dengan hasil:
= Walaupun pendapatan per kapita ke3 golongan RT petani tersebut cenderung meningkat, namun pendapatan petani yang
berasal dari usaha tani cenderung turun, sebagai akibat dari penurunan produktivitas atau output yang dihasilkan dari
usaha tani.
= Produktivitas (output) cenderung turun dapat diakibatkan oleh:
> kondisi lahan yang kurang baik,
> kurangnya masukan tambahan )pupuk),
> harga pruk usaha tani yangcenderung turun (cermin dari turunnya nilai tukar petani).
> bahwa pendapatan petani juga berasal dari luar usaha tani (persentase pendapatan petani tidak berjumlah 100%) yaitu
berbagai usaha lainnya seperti tukang becak, pembantu RT, pedagang warung makanan, bengkel sepeda, pencuci pakaian dll.
- RT petani gurem dan RT petani dengan pemilikan lahan 0,501-1 Ha, upaya memperoleh pendapatan dari luar usaha tani telah
lama dilakukan, dengan relatif besarnya persentase pendapatan dari luar usaha tani yaitu :
= pada RT petani gurem 37,83 % tahun 1975 dan 67,18% tahun 2000;
= pada RT petani dengan lahan 0,501-1,0 Ha sebesar 22,59% tahun 1975 dan 67,21% tahun 2000.
= Tahun 2005 ketergantungan pada usaha tani membesar, sedangkan ketergantungan pada pendapatan di luar usaha tani
mengecil (petani gurem 81,54%, petani berlahan 0,501-1 Ha 89,81%, dan petani berlahan > 1 Ha 91,98%).
= Bagi RT petani berlahan > 1 Ha, pendapatan di luar usaha tani dirasakan pada tahun 1990 dan 2000.
Tahun 1975-1985 sebesar 11,07%, menjadi 46,61% tahun 1995, tahun 2000 67,86%, tahun 2005 berkurang menjadi 8,02%.
8.3.5 Pendapatan dan pengeluaran rumah
tangga

8.3.5.5 Pengeluaran konsumsi rumah tangga


- Pengeluaran RT berupa konsumsi akhir barang dan jasa merupakan
komponen terbesar dalam struktur pengeluaran RT. Total konsumsi dan
konsumsi per kapita pada (Tabel 8.34). Total konsumsi RT sebesar Rp
1.869,5 triliun, dengan konsumsi RT golongan atas di kota yang terbesar
yaitu Rp 361,7 triliun. Konsumsi terkecil adalah golongan RT bukan
angkatan kerja di desa yaitu Rp 87,7 triliun.
- Konsumsi per kapita terbesar dilakukan oleh golongan RT atas di kota
(Rp18,7 juta/kapita) dan yang terkecil adalah golngan RT buruh tani (Rp4,1
juta per kapita).
- Tabel 8.35 menunjukkan total pengeluaran RT sebesar Rp1.869,5 triliun,
Rp1.659,5 untuk komoditas domestik RT, Rp 210 triliun untuk komoditas
impor RT berupa kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan dll), barang tahan
lama (almari, alat RT dll) dan ekbutuhan lain yang habis setahun (bukan
investasi). Pengeluaran transfer anrta-RT sebesar Rp 10,3 triliun, transfer ke
perusahaan Rp 46,2 triliun dan ke LN sebesar Rp11,7 triliun dan pajak
langsung Rp 67,1 triliun. Tabungan RT Rp 186,2 triliun sebagai jumlah
seluruh pendapatan RT dikurang pengeluaran konsumsi, pajak serta
transfer.
IX. Penutup

9.1 Daya dukung lingkungan terhadap tekanan


penduduk.

Diperlukan upaya mencapai keseimbangan antara


daya dukung lingkungan dengan tekanan penduduk
oleh akibat kegiatan pembangunan, menuju agar
tercapai kondisi di mana daya dukung lingkungan (Q)
lebih tinggi daipada tekanan penduduk (PP). Dari
kondisi 2 ke kondisi 1 (seimbang) menuju kondisi 3.
Untuk itu diperlukan kebijakan, komitmen penduduk,
dan berbagai input penanggulangan misalnya
teknologi lingkungan.
IX. Penutup
9.2 Tantangan ke depan
a. Manajemen
- Sistem peraturan di Indonesia sebenarnya telah cukup baik, namun mekanisme pelaksanaan
dan pengawasan masih perlu pematangan.
- Diperlukan upaya secara lebih intensip dan ekstensip agar perusahaan tambang telah dan terus
berusaha untuk melaksanakan peraturan tentang standar lingkungan dan peran upaya di
bidang lingkungan sosio-ekonomi terpadu dengan kegiatan penambangan.
- Sejauh program dan perencanaan lingkungan menjadi urusan antara pemerintah, industri dan
pemerintah serta masyarakat setempat, maka pengendalian polusi, reklamasi dan rehabilitasi
perlu diintegrasikan dengan pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia
daerah.
- Pemerintah dan industri harus bekerjasama dalam pelatihan, penelitian, tenaga ahli,
pengetahuan, dan perlengkapan teknologi tinggi di bidang lingkungan. Alih pengetahuan dan
informasi dengan negara maju perlu dilakukan secara terus-menerus.
- Pembangunan berkelanjutan baik lokal, nasional maupun global perlu dilakukan dan
disumbangkan oleh industri pertambangan. Sektor pertambangan mampu memberikan
sumbangan pembangunan pada daerah miskin dengan mengembangkan sumber daya
manusia, menumbuhkan ekonomi dan generasi mendatang
- Kerjasama antara pemerintah, industri pertambangan dan masyarakat setempat dalam
pengendalian lingkungan perlu diperkuat dengan perencanaan yang baik, teknologi,
manajemen dan sumber daya yang benar pasti dapat menjawab pemecahan masalah
lingkungan.
IX. Penutup
b. Kependudukan (zero growth population) dari 220 juta orang (2005) menjadi 260 juta
orang (2030, titik konsistensi) yang memerlukan lahan 250 juta ha, dengan lahan
tersedia 193 juta ha dan kurang 57 juta ha. Keluarga berencana dengan laju 2% ke
1,3% menjadi 0%.
Di banyak daerah telah ada pertanda bahwa beban LH (PP, dll) telah
lebih besar daripada daya dukung lingkungan.
c. Pemanfaatan Zone Ekonomi Eksklusif (dari luas wilayah tanah air sekitar 2 juta km2
menjadi wilayah ekonomi 5 juta km2); juga dengan mempertimbangkan adanya
wilayah kerjasama ekonomi subregional.
d. Gas-gas rumah kaca (RK atau green house gases (GHG)) oleh makin meningkatnya
tambahan CO2 ke atmosfir.
Kadar RK 50% CO2 dan 50% gas yang lain (CFC,methan, ozon, NOX dll).
e. Kebijakan penting:
- transformasi struktural,
- pengelolaan tata ruang,
- pembanguan berwawasan lingkungan,
- sistem pengembangan SDA (sub-subsistem pemeritah, produksi/industri-konsumsi,
kewilayahan, Iptek/litbang, internasional).
f. Lingkungan hidup dan globalisasi
IX. Penutup
9.3 Globalisasi (investasi dan perdagangan bebas, HAM, LH,
HAKI, demokratisasi) mengharuskan tindakan:
a. Di bidang Lingkungan Fisik.
- Meningkatkan efisiensi proses.
- Substitusi/daur ulang.
- Pengembangan teknologi pengolah limbah, standari-
sasi LH, ekolabel.
- Pengendalian pencemaran lingkungan, Globl warming/GHG.
- Peningkatan daya saring produk impor yang tidak
berwawasan lingkungan.
- Pengembangan peraturan/perundangan, penegakan
hukum.
b. Di bidang Lingkungan Nonfisik.
- Pengembangan kualitas SDM.
- Pembudayaan LH berkualitas/kesadaran lingkungan.
- Penciptaan lapangan kerja/usaha.
- Taat asa perlindungan lingkungan/perhatian fungsi
lingkungan.
- Gerakan disiplin nasional.
Terima Kasih
Tabel 8.00 Arti Hubungan Antar Neraca Dalam Kerangka SNSE
Pengeluaran

Faktor Institusi Sektor Produksi Neraca Lainnya Total


Penerimaan Produksi

Faktor 0 0 Alokasi nilai Pendapatan Distribusi


Produksi tambah ke faktor pendapatan
faktor produksi faktorial
produksi dari luar negeri

Institusi Alokasi Transfer 0 Transfer Distribusi


Pendapatan antar dari pendapatan
faktor institusi luar negeri institusi
produksi
ke institusi

Sektor 0 Permintaan Permintaan Ekspor dan Total output


Produksi akhir antara investasi

Neraca Lainnya Alokasi Tabungan Impor, Trsnfer dan Total


pendapatan pajak tidak neraca penerimaan
faktort langsung lainnya lainnya
produksi
ke luar negeri

Total Distruibusi Distribusi Total input Total


pengeluaran pengeluaran pengeluaran
faktor institusi lainnya
produksi
Gambar 8.1 Marginal Product of Labor (MPL),
Tingkat Upah, dan Banyaknya TK di Indonesia, 2005

MPL Upah
S1

S2
V1 W1

V2 W2

L1 L2 L1 L2
Tabel 8.1 Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia, 2005 (13 x 13) (Rp Miliar)
Penerimaan  I.Ft.produksi II.Institusi III IV V Komoditas VI VII Pajak VIII Jumla
Pengeluaran tak h
langsung
(PTL)
dan subsidi

Tenaga Bukan Ruma Perus Pemerin Sktor Marjin Domesti Impo Nerac PTL Subsi Nerac
kerja (TK) TK h a- perdagangan k r a di a
- produks
Tangg haan & kapita Luar
a (RT) tah i pengangkuta l Neger
n i

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
I.Faktor TK 1 1486178, 1199, 148737
produksi 61 00 7,61

Bukan 2 1344474, 1979, 134645


TK 90 37 4,27

II.Institu RT 3 1484023,6 435954,1 10355 63355 140391,0 57229 219130


- 1 9 ,80 ,12 0 ,00 8,73
si

Perus 4 819048,3 46289 10649 43495,40 19533 103486


ahaan 9 ,85 6,40 ,44 3,47

Pemer 5 67199 31311 99297,27 174 1281, 655317


intah ,46 2,48 427 21 ,84
,43

III. Sektor 6 5517240 0,0 65926 558316


produksi ,57 ,29 6,86

IV.Marjin 7 529153, 9183 620989


perdagangan 12 6,20 ,31
&
pengangkutan

V.Komo Dome 8 16595 129700,5 2145084, 620989,31 62614 97710 615855


- stik 33,31 3 43 5,04 5,47 8,09
ditas

Impor 9 21000 11330,06 607428,9 10320 42209 974177


Penerimaan  I.Ft.produksi II.Institusi III IV V Komoditas VI VII PTLS VIII Jumlah
Pengeluaran TK Bukan RT Perus Pemerin- Sktor prod MDBA Domestik Impor Nerac PTL Subs Neraca
TK a- tah (PH) (SP) a idi LN
haan kapita
P l

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

I.Faktor TK 1 Alks NT ke Pdpt FP Penrm


produks FP bk TK TK ke LN FP TK
i
(FP)
Bukan 2 Alks NT ke Pdpt FP Penrm
TK FP Tbk TK bk TK ke FP bk
LN TK

II.Institu RT 3 Alkspen Aks pend. Transf Trnsf Trnsf & Trnsf LN Penrm
- d FP bk. er perus subs pmrt ke RT RT
si FP TK TK ke RT antar h ke RT
ke RT RT ke RT

Perus 4 Alks pdpt Trnsf Trnsf Trnsf Trns LN Penrm P


ahaan FP TK ke P RT ke atr P antar P ke P
(P) P

Pemer 5 PL RT PL P Trnsf atr Pnm Trnsf LN Pnrm PH


intah PH PH ke PH
(PH) PTL

III. Sektor 6 Ongkos Subs Pnrm


produksi prod d prod
ditrm dom
SP

IV.Marjin perdag 7 MDBA MDB MDBA


&angkutan(MDBA) KD A KI

V.Komo Dome 8 Penge Pengel Inpt atr MDBA Inv br Eksp br Pnrm PD
- stik l RT PH kom prod dom mdl js (FOB) adh
ditas (K) (D) KD dom dom pembeli

Impor 9 Penge Pengel Input atr Inv br Subs Impor


(I) l RT PH KI prod impor mdl I KI adh pbl
KI

VI.Neraca kapital 1 Tab Keunt Tab RT Ht LN Pemblj


0 RT tdkdib akum
agika bruto
n

VII. PTL PTL 1 PTL Bm & PTL


&Subsid 1 Pjk
Tabel 8.3
Distribusi Nilai Tambah Menurut Lpangan Usaha, 2005 (Rp Miliar)

Lapangan usaha Balas Jasa Tenaga Kerja Balas Jasa Pajak Tak Langsung Subsidi Jumlah
No Kapital NilaiTamba
Dibayar Tidak Jumlah Komoditi Komoditi Domestik Impor
h
dibayar domestik impor

1. Pertanian tanaman pangan 30593,89 143974,38 184258,99


2. Pertanian tanaman lainya 21726,43 69077,48
3. Peternakan dan hasilnya 16024,13 43891,80
4. Kehutanan dan perburuan 4767,17 22569,23
5. Perikanan 11616,81 59492,55
6. Pertambangan btbr, bijih 33278,68 288557,41
7. logam dan minyak bumi 10391,85
8. Pertbg dan Penggalian 47370,90 29408,76
9. Industri mkn, min & tembakau 25779,94 197523,20
10. Ind.Pemintalan, tekst, pakaian 9789,10
11. dan kulit 74382,11 85655,97
12. Ind kayu & brng dr kayu 70066,73
13. Ind kertas, percet, alat 8688,61 35616,21
14. angkutan & brg dr logam dan 76881,83
15. industri lainnya 94167,14 279162,12
16. Ind kimia,pupuk, hsl dari 30737,25 213305,00
17. tanah liat,semen 4955,14 26910,75
18. Listrik, gas & air bersih 27368,93 206862,19
19 Konstruksi 28098,45 331987,43
20. Perdagangan 8686,69 83751,43
21. Restoran 33246,98 17446,71
22. Perhotelan 20277,94 65692,12
23 Angkutan darat 157508,72 106867,67
24. Angk udara,air & kom 35812,56 21862,69
Js penunjang angkt &gdg 114035,56
Bank & asuransi 125355,92
Real est & js perus 202203,60
Penerth & han, dik,hat,film &js 85450,18
sos lainnya
Js perseorangan,RT,js lain

Jumlah 882217,99 603960,63 1486178,61 1344474,90 112164,41 62263,02 65926,29 42209,69 2896944,96
Tabel 8.4 Beberapa Agregat Makro Berdasarkan SNSE Indonesia 1975-2005 (Rp Miliar)

Komponen 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

PDB 13.686,06 48.913,47 98.406,52 210.866,25 542.755,44 1.379.769,79 2.896.944,96


Surplus 8.096,63 29.976,43 53.175,59 104.570,02 248.633,45 725.940,82 1.344.474,90
Usaha 2.917,03 15.172,45 25.987,18 105.011,68 105.011,68 233.683,54 801.288,13
Tabungan
Tabel 8.5 Laju Pertumbuhan Per Tahun Agregat-agregat Makro Indonesia (%)

Komponen 1975-1980 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 2000-2005

PDB 29,01 15,01 16,47 20,81 20,51 16,33


Surplus Usaha 29,93 12,15 14,48 18,91 23,90 13,12
Tabungan 39,07 11,36 16,50 13,50 17,35 27,95

Catatan: Surplus usaha menurun sebagai sumber retained earnings atau investable surplus.
Tabungan menurun kemudian meningkat pada tahun 2005, perlu didorong untuk tahun
selanjutnya sebagai sumber investasi.
Tabel 8.6 Perbandingan PDB Indonesia dan Komponen-komponennya, 1975-2005, (Rp Miliar)

1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


Uraian

Tenaga 5.227,43 18.543,79 42.220,97 94.027,08 262.359,18 642.073,97 1.486.178,61


Kerja (38,19) (37,89) (43,14) (44,59) (48,34) (46,53) (51,30)
- Dibayar 2.834,43 9.490,84 22.903,95 56.977,87 163.376,40 397.578,51 882.217,99
-Tidak dibayar (20,71) (19,40) (23,27) (27,02) (30,10) (28,82) (30,45)
Kapital 2.393,00 9.043,95 19.537,45 37.049,21 98.982,78 244.495,46 603.960,63
Pajak Tak (17,48) (18,49) (19,85) (17,57) (18,24) (17,72) (20,85)
Langsung 8.096,63 29.976,43 53.175,59 104.570,02 248.633,46 725.940,82 1.344.474,90
(59,16) (61,28) (54,04) (49,59) (45,81) (52,61) (46,41)
362,00 209,06 2.789,87 12.269,46 31.762,80 11.755,01 66.291,45
(2,65) (0,43) (2,83) (5,82) (5,85) (0,85) (2,29)

Jumlah 13.686,06 48.729,28 98.406,52 210.866,56 542.755,44 1.379.769,80 2.896.944.96


(100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Catatan: Porsi TK meningkat, kapital menurun. Pertanda porsi investasi menurun. PTL fluktuasi,
namun perlu ditingkatkan porsinya untuk meningkatkan pendapatan pemerintah.
Tabel 8.7 Distribusi Pendapatan Upah dan Gaji Menurut Klasifikasi Tenaga Kerja, 1975-2005 (RP Miliar)

1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


Klasifikasi TK
Pertanian penerima UG 539,10 1269,29 2565,45 6174,63 17162,64 48402,06 76488,78

Pertanian bukanpenerima UG 1231,04 4086,79 9348,46 18496,15 39644,17 97320,71 207859,32

Produksi, operator alat angkut, manual 786,68 3016,62 6675,73 21402,04 58007,85 142000,27 332433,72
penerima UG

Produksi, operator alat angkut, manual 362,7 1551,04 3018,87 4320,42 19576,37 40969,77 145635,83
bukan penerima UG

Tata usaha,penjualan & jasa penerima 622,23 2769,70 8415,09 21548,27 65687,41 136698,69 316555,93
UG

Tata usaha,penjualan & jasa bukan 641,24 3309,54 6779,52 13919,23 37618,81 99644,86 224946,33
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer 904,89 2435,23 5247,25 6612,92 22518,50 70477,49 156739,55
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer bukan 157,54 96,58 390,60 313,41 2143,42 6560,12 25519,15
penerima UG

Total penerima UG 2852,90 9490,84 22903,52 55737,86 163376,40 397578,51 882217,99

Total bukan penerima UG 2392,57 9043,95 19537,45 37049,21 98982,78 244495,46 603960,63

Total 5245,47 18534,79 42440,97 92787,07 262359,18 642073,97 1486178,61


Tabel 8.8 Distribusi Pendapatan Upah dan Gaji Menurut Klasifikasi Tenaga Kerja, 1975-2005 (%)

1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


Klasifikasi TK
Pertanian penerima UG 10,28 6,85 6,04 6,65 6,54 7,54 5,15

Pertanian bukanpenerima UG 23,47 22,05 22,03 19,93 15,11 15,16 13,99

Produksi, operator alat angkut, 15,00 16,28 15,73 23,07 22,11 22,12 22,37
manual penerima UG

Produksi, operator alat angkut, 6,92 8,37 7,11 4,66 7,46 6,38 9,80
manual bukan penerima UG

Tata usaha,penjualan & jasa 11,86 14,94 19,83 23,22 25,04 21,29 21,30
penerima UG

Tata usaha,penjualan & jasa bukan 12,22 17,86 15,97 15,00 14,34 15,52 15,14
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer 17,25 13,14 12,36 7,13 8,58 10,98 10,55
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer bukan 3,00 0,52 0,92 0,34 0,82 0,102 1,72
penerima UG

Total penerima UG 54,39 51,21 53,97 60,07 62,27 61,92 59,36


(>50%) (>50%) (>50%)

Total bukan penerima UG 45,61 48,79 46,03 39,93 37,73 38,08 40,64

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Catatan: Orang Indonesia lebih senang menerima upah gaji daripada usaha mandiri.
Tabel 8.9 Banyaknya Ekivalen Tenaga Kerja Menurut Klasifikasi Tenaga Kerja, 1975-2005 (Ribuan ETK)

Klasifikasi TK 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

Pertanian penerima UG 7033,10 5366,00 4624,99 6800,99 5048,94 9431,39 8128,91

Pertanian bukanpenerima UG 17169,80 21514,10 23945,26 24679,42 24369,69 23513,19 26151,94

Produksi, operator alat angkut, manual 5151,50 7537,40 9020,91 14440,99 14657,05 16709,30 15780,53
penerima UG

Produksi, operator alat angkut, manual 3214,60 5489,30 6913,64 8151,46 9030,81 8970,71 11690,13
bukan penerima UG

Tata usaha,penjualan & jasa penerima UG 4009,00 4483,60 7165,18 5980,24 10404,12 13596,80 12385,64

Tata usaha,penjualan & jasa bukan 7081,30 9814,80 11102,18 11148,28 14285,04 15940,20 17636,25
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer penerima 2039,20 2228,10 2776,31 1146,46 3148,59 5023,81 4244,65
UG

Profesi, teknisi, manajer, militer bukan 690,40 128,40 403,18 135,00 354,66 707,41 1005,34
penerima UG

Total penerima UG 18232,80 19615,10 23587,39 28368,68 33258,71 44761,29 40539,73

Total bukan penerima UG 28156,10 36946,60 42364,26 44114,16 48040,21 49131,50 56483,67

Total 46388,90 56508,30 65951,65 72482,84 81298,92 93892,79 97023,40


Tabel 8.10 Rata-rata Upah dan Gaji per Ekivalen Tenaga Kerja Menurut Klasifikasi Tenaga Kerja, 1975-2005 (Rp Ribu)

Klasifikasi TK 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


Pertanian penerima UG 76,65 236,54 554,69 907,90 3399,25 5132,02 9409,48

Pertanian bukanpenerima UG 71,70 189,96 390,41 749,46 1626,78 4138,98 7948,14

Produksi, operator alat angkut, 149,21 400,22 740,03 1482,03 3957,68 8498,28 21066,07
manual penerima UG

Produksi, operator alat angkut, 112,84 282,56 436,65 530,02 2167,73 4567,06 12458,02
manual bukan penerima UG

Tata usaha,penjualan & jasa penerima 155,21 617,74 1174,44 3602,25 6313,60 10053,74 25558,30
UG

Tata usaha,penjualan & jasa bukan 90,55 337,20 610,65 1248,55 2633,44 6251,17 12754,77
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer 443,75 1092,96 1890,01 5768,12 7151,93 14028,69 36926,38
penerima UG

Profesi, teknisi, manajer, militer bukan 228,19 752,18 968,80 2321,56 6043,52 9273,49 25383,50
penerima UG

Total penerima UG 156,47 483,85 971,00 1964,77 4912,29 8882,19 21761,81

Total bukan penerima UG 84,90 244,78 462.,02 839,85 2060,42 4976,35 10692,66

Total 113,08 327,69 644,06 1280,12 3227,09 6838,37 15317,73

Catatan: Rata-rata UG per ETK meningkat 2-3 X setiap 5 tahun.


Tabel 8.11 Neraca Faktor Produksi, 2005 (RP Miliar)

Penggunaan Nilai Sumber Nilai

Balas jasa FP TK ke: 1484023,61 (>>) Balas jasa FP TK: 1486178,61


- RT 3354,00 - Domestik 1199,00
- LN - Dari LN

Balas jasa FP bukan TK ke: 435954,19 Balas jasa FP bukan TK: 1344474,90
- RT 819048,39 (>>) - Domestik 1979,37
- Perusahaan 91451,69 - Dari LN
- LN

Total 2833831,88 Total 2833831,88


Tabel 8.12 Neraca Penerimaan (Sumber) dan Pengeluaran (Penggunaan) Rumah Tangga Indonesia, 2005 (Rp Miliar)

Penggunaan Nilai Sumber Nilai

TRansfer antar RT 10355,80 Balas jasa FP: 1484923,61


Transfer ke perusahaan 46289,85 - TK 435954,19
Pajak Langsung 67199,46 - Bukan TK 10355,80
Pengeluaran konsumsi: 1659533,31 Transfer: 63355,12
- Komoditas domestik 210007,64 - Antar RT 140391,00
- Komoditas impor 11700,99 - Dari perusahaan 57229,00
Transfer dari RT ke LN 186221,67 - Dari pemerintah termasuk subsidi
Tabungan RT - Dari LN

Total 2191308,73 Total 2191308,73


Tabel 8.13 Neraca Penerimaan dan Pengeluaran Perusahaan Indonesia, 2005 (Rp Miliar)

Penggunaan Nilai Sumber Nilai

Transfer: 63355,12 Balas jasa FP bukan TK 819048,39


- ke RT 106496,40 Transfer: 46289,85
- antar perusahaan 3131112,48 - dari RT 106496,40
Pajak langsung 506253,51 -antar perusahaan 43495,40
Keuntungan yang tidak dibagikan 45645,97 - dari pemerintah 19533,44
Pembayaran FP bukan TK ke LN - dari LN

Total 1034863,47 Total 1034863,47


Tabel 8.14
Neraca Peerimaan dan PengeluaranPemerintah, 2005 (Rp miliar)

Nilai Penerimaan Nilai


Pengeluaran

Transfer kepada RT dalam bentuk 140391,00 Pajak langsung dari: 67199,46


jasa-jasa atau uang 99297,27 - RT 313112,48
Transfer antar pemerintah 43495,40 - Pemerintah 174427,43
Transfer perusahaan 129700,53 Pajak tidak langsung 1281,21
Konsumsi komoditi domestik 11330,06 Trnsfer dari LN 99297,27
Konsumsi komoditi impor 14154,65 Transfer antar pemerintah
Pembayaran bunga ke LN 108812,95
oleh pemerintah 108135,98
Tabungan (Agar harga BBM
Subsidi turun)

Total 655317,84 Total 655317,84


Tabel 8.15
Neraca Luar Negeri (Rp miliar)

Penggunaan Nilai Sumber Nilai

Balas FP 1199,00 Balas jasa FP:


-TK 1979,37 - TK 3354,00
-Bukan TK 57229,00 - Bukan TK 91451,69
Transfer ke: 19533,44 Transfer dari RT 11700,99
- RT 1281,21 Pembayaran FP bukan TK dari: 45645,97
- perusahaan 977105,47 -Perusahaan 14154,65
- Pemerintah - Pemerintah 820278,21
Ekspor barang dan jasa (dalam FOB) Impor barang dan jasa (dalam CIF) 71941,97
Piutang LN

Total 1058327,48 Total 1058327,48


Tabel 8.16
Jumlah TK, ETK dan Rata-rata Jam Kerja Perminggu Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha SNSE Indonesia, 2005

No Tenaga Kerja (Ribuan TK) ETK Rata-rata jam kerja per minggu
Lapangan usaha
Dibayar Jumlah

Dibayar Tidak Jumlah Tidak dibayar Jumlah Dibayar Tidak


dibayar ETK dibayar

1. Pertanian tanaman pangan 31,83


2. Pertanian tanaman lainya 35,75
3. Peternakan dan hasilnya 39,16
4. Kehutanan dan perburuan 40,46
5. Perikanan 43,06
6. Pertambangan btbr, bijih 44,60
7. logam dan minyak bumi 44,62
8. Pertbg dan Penggalian 47,41
9. Industri mkn, min & 44,09
10. tembakau 44,89
11. Ind.Pemintalan, tekst, 45,09
12. pakaian dan kulit 44,48
13. Ind kayu & brng dr kayu 45,43
14. Ind kertas, percet, alat 46,36
15. angkutan & brg dr logam 47,34
16. dan industri lainnya 49,37
17. Ind kimia,pupuk, hsl dari 48,78
18. tanah liat,semen 51,30
19 Listrik, gas & air bersih 47,29
20. Konstruksi 49,24
21. Perdagangan 45,42
22. Restoran 46,76
23 Perhotelan 42,69
24. Angkutan darat 46,44
Angk udara,air & kom
Js penunjang angkt &gdg
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han, dik,hat,film
&js sos lainnya
Js perseorangan,RT,js lain

Jumlah 36505,03 58958,82 95463,85 40539,73 56483,67 97023,40 44,42 38,32 40,65
Tabel 8.17
Jumlah ETK, Balas Jasa TK (UG) dan Rata-rata UG per ETK Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha SNSE Indonesia,2005

Lapangan usaha ETK UG (Miliar Rp) Rata-rata UG per ETK (Ribuan RP)
No
Dibayar Tidak dibayar Jumlah TK Dibayar Tidak dibayar Jumlah Dibayar Tidak dibayar Jumlah

1. Pertanian tanaman 6896,37


2. pangan 10960,63
3. Pertanian tanaman 13576,51
4. lainya 17544,04
5. Peternakan dan hasilnya 13907,08
6. Kehutanan dan 94776,64
7. perburuan 36939,65
8. Perikanan 23082,36
9. Pertambangan btbr, bijih 10588,16
10. logam dan minyak bumi 6371,97
11. Pertbg dan Penggalian 34635,48
12. Industri mkn, min & 47050,97
13. tembakau 41117,06
14. Ind.Pemintalan, tekst, 19558,04
15. pakaian dan kulit 14231,24
16. Ind kayu & brng dr kayu 21948,10
17. Ind kertas, percet, alat 11966,19
18. angkutan & brg dr logam 17852,49
19 dan industri lainnya 20968,92
20. Ind kimia,pupuk, hsl dari 55287,30
21. tanah liat,semen 26406,16
22. Listrik, gas & air bersih 25169,35
23 Konstruksi 9877,70
24. Perdagangan
Restoran
Perhotelan
Angkutan darat
Angk udara,air & kom
Js penunjang angkt
&gdg
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han,
dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js
lain

Jumlah 40539,73 56483,67 97023,40 882217,99 603960,63 1486178,61 21761,81 10692,66 15317,73
Tabel 8.18
Jumlah TK, Balas Jasa TK (UG) dan Rata-rata UG per TK Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha SNSE Indonesia, 2005
Lapangan TK UG (Miliar Rp) Rata-rata UG per TK (Ribuan RP)
N usaha Dibayar Tidak Jumlah TK Dibayar Tidak Jumlah Dibayar Tidak Jumlah
o dibayar dibayar dibayar

1. Pertanian tanaman 5487,01


2. pangan 9795,11
3. Pertanian tanaman 13290,52
4. lainya 17747,62
5. Peternakan dan 14969,29
6. hasilnya 105667,05
7. Kehutanan dan 41205,50
8. perburuan 27359,04
9. Perikanan 11670,62
10 Pertambangan btbr, 7151,27
. bijih logam dan 39039,45
11 minyak bumi 52318,03
. Pertbg dan 46702,71
12 Penggalian 22666,80
. Industri mkn, min & 16842,59
13 tembakau 27091,60
. Ind.Pemintalan, tekst, 29071,95
14 pakaian dan kulit 15346,40
. Ind kayu & brng dr 21108,27
15 kayu 25812,92
. Ind kertas, percet, alat 62780,57
16 angkutan & brg dr 30867,49
. logam dan industri 26861,37
17 lainnya 11468,70S
. Ind kimia,pupuk, hsl
18 dari tanah liat,semen
. Listrik, gas & air bersih
19 Konstruksi
20 Perdagangan
. Restoran
21 Perhotelan
. Angkutan darat
22 Angk udara,air & kom
. Js penunjang angkt
23 &gdg
24 Bank & asuransi
. Real est & js perus
Penerth & han,
dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js
lain

Jumlah 36505,03 58958,82 95463,85 882217,99 603960,63 1486178,61 24167,03 10243,77 15567,97
Tabel 8.20
Total Pendapatan dan Pengeluaran Menurut Golongan RT, 2005 (Rp miliar)

Jumlah Pertanian Bukan Pertanian

Buruh Pengusaha memiliki lahan Pedesaan Perkotaan


baru
0-0,5 Ha 0,501 -1 > 1 Ha RT gol. Bukan AK RT gol. RT gol. Bukan AK RT gol.
Ha rendah atas rendah atas

Jumlah 218.869
penduduk .000
(jiwa) 55119.0
Jumlah RT 00
(RT) 148402
1. Upag dan 3,61
gaji 435954,
2. Pendapatan 19
kapital 10355,8
3. Penerimaan 0
transfer dari: 63355,1
- RT 2
- Perusahaan 140391,
- Pemerintah 00
- LN 57229,0
4. Jumlah 0
pendapatan 219130
5. 8,73
Pembayaran 67199,4
PL 6
6. Pendapatan 212410
RT setelah 9,26
pajak 10355,8
7. 0
Pembayaran 46289,8
transfer kr: 5
- RT 11700,9
- Perushaan 9
- LN 205576
8. Pendapatan 2,62
disposable 186954
9. 0,95
Pengeluaran 186221,
konsumsi 67
10. Tabungan
Tabel 8.21
Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per KApita Menurut Golongan RT, 2004 (Rp Ribu)

Jumlah Pertanian Bukan Pertanian

Buruh baru Pengusaha memiliki lahan Pedesaan Perkotaan

0-0,5 Ha 0,501 -1 Ha > 1 Ha RT gol. Bukan AK RT gol. atas RT gol. Bukan AK RT gol. atas
rendah rendah

Jumlah 218.869.
penduduk (jiwa) 000
Jumlah RT (RT) 55119.00
1. Upah dan gaji 0
2. Pendapatan 6780,42
kapital 1991,85
3. Penerimaan 47,32
transfer dari: 289,47
- RT 641,44
- Perusahaan 261,48
- Pemerintah 10011,96
- LN 307,03
4. Jumlah 9704,93
pendapatan 47,32
5. Pembayaran 211,50
PL 53,46
6. Pendapatan 9392,66
RT setelah 8541,83
pajak 850,84
7. Pembayaran
transfer kr:
- RT
- Perushaan
- LN
8. Pendapatan
disposable
9. Pengeluaran
konsumsi
10. Tabungan
Tabel 8.22
Persentase Pendapatan dan Pengeluaran Terhadap Total Pendapatan Menurut Golongan RT, 2005 (Persen)

Jumlah Pertanian Bukan Pertanian

Buruh baru Pengusaha memiliki lahan Pedesaan Perkotaan

0-0,5 Ha 0,501 -1 Ha > 1 Ha RT gol. Bukan AK RT gol. atas RT gol. Bukan AK RT gol. atas
rendah rendah

Jumlah 218.869.
penduduk (jiwa) 000
Jumlah RT (RT) 55119.0
1. Upah dan 00
gaji 67,72
2. Pendapatan 19,89
kapital 0,47
3. Penerimaan 2,89
transfer dari: 6,41
- RT 2,61
- Perusahaan 100,00
- Pemerintah 3,07
- LN 96,93
4. Jumlah 0,47
pendapatan 2,11
5. Pembayaran 0,53
PL 93,81
6. Pendapatan 85,32
RT setelah 8,50
pajak
7. Pembayaran
transfer kr:
- RT
- Perushaan
- LN
8. Pendapatan
disposable
9. Pengeluaran
konsumsi
10. Tabungan
Tabel 8.25
Distribusi Pendapatan RT Menurut Sumbr Pendapatan, 2005 (Rp miliar)
Gol RT Sumber Pendapatan Total
Pendapatan
UG (termasuk Pendapatan Transfer dari
Imputsai UG kapital
RT Perusahaan Pemerintah LN

Pertanian Buruh 18 136485,91

Pengusaha memeiliki lahan 0-0,5 Ha 19 205435,83

Pengusaha memiliki lahan 0,501- 1 Ha 20 116075,91

Pengusaha memiliki lahan > 1 Ha 21 113850,74

Bukan Pedesaa Pengusaha bebas gol rendah, tenaga tata 22 298378,50


Pertania n usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
n

Buka AK dan gol yang tidak jelas 23 99183,15

Pengusaha bebas gol atas, tenaga tata 24 250123,78


usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
sektor angkutan, jasa perseorangan, buruh
kasar

Perkotaa Pengusaha bebas gol rendah, tenaga tata 25 387982,97


n usaha, pedagang keliling, pekerja bebas

Buka AK dan gol yang tidak jelas 26 136522,97

Pengusaha bebas gol atas, tenaga tata 27 447269,79


usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
sektor angkutan, jasa perseorangan, buruh
kasar

Total 1484023,61 435954,19 10355,80 63355,12 140391,00 57229,00 211191308,7


Tabel 8.26 Distribusi Pendapatan RT Menurut Jenis Pekerjaan, 2005 (Rp miliar)
Tenaga Kerja Pertanian Produksi operator alat angkutan, manual (buruh kasar)
Gol RT
Penerima UG Bukan peneriima UG Penerima UG Bukan peneriima UG

Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan Perkotaan

1 2 3 4 5 6 7 8

Pertanian Buruh 18

Pengusaha memeiliki lahan 0-0,5 Ha 19

Pengusaha memiliki lahan 0,501- 1 Ha 20

Pengusaha memiliki lahan > 1 Ha 21

Bukan Pedes Pengusaha bebas gol rendah, tenaga tata 22


Perta aan usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
nian

Buka AK dan gol yang tidak jelas 23

Pengusaha bebas gol atas, tenaga tata 24


usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
sektor angkutan, jasa perseorangan,
buruh kasar

Perkot Pengusaha bebas gol rendah, tenaga tata 25


aan usaha, pedagang keliling, pekerja bebas

Buka AK dan gol yang tidak jelas 26

Pengusaha bebas gol atas, tenaga tata 27


usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
sektor angkutan, jasa perseorangan,
buruh kasar

Total 61273,84 15214,94 189306,39 18552,93 108245,98 223679,26 80193,41 65442,42


Tabel 8.26 (Lanjutan)
Distribusi Pendapatan RT Menurut Jenis Pekerjaan, 2005 (Rp miliar)
Tenaga Kerja Tata usaha, usaha penjualan, jasa-jasa Kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer Total
Gol RT
Penerina UG Bukan penerima UG Penerina UG Bukan penerima UG

Pedes Perkotaa Pedesaa Perkotaa Pedesaa Perkotaa Pedesaa Perkotaa


aan n n n n n n n
9 10 11 12 13 14 15 16

Pertanian Buruh 18 80559,13

Pengusaha memeiliki lahan 0-0,5 Ha 19 143715,49

Pengusaha memiliki lahan 0,501- 1 Ha 20 85015,51

Pengusaha memiliki lahan > 1 Ha 21 63554,05

Bu Ped Pengusaha bebas gol rendah, tenaga 22 196326,76


ka esa tata usaha, pedagang keliling, pekerja
n an bebas
Pe
rta Buka AK dan gol yang tidak jelas 23 62608,22
nia
n

Pengusaha bebas gol atas, tenaga tata 24 155452,16


usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
sektor angkutan, jasa perseorangan,
buruh kasar

Per Pengusaha bebas gol rendah, tenaga 25 278771,67


kot tata usaha, pedagang keliling, pekerja
aan bebas

Buka AK dan gol yang tidak jelas 26 95302,60

Pengusaha bebas gol atas, tenaga tata 27 322718,02


usaha, pedagang keliling, pekerja bebas
sektor angkutan, jasa perseorangan,
buruh kasar

Total 49855,0 266154,66 81011,99 143934,34 30306,42 116332,81 7444,59 18074,56 1484023,6
Tabel 8.27
Distribusi Transfer Antar RT, 2005 (Rp miliar)
Golongan RT Pertanian Bukan Pertanian Total
2731,36
Pedesaan Perkotaan

Buruh Pengusa Pengusa Pengusa RT gol. Bukan RT gol. RT gol. Bukan RT gol.
baru ha ha ha rendah AK atas rendah AK atas
memiliki memiliki memiliki
lahan lahan lahan
0-0,5 Ha 0,501-1 > 1 Ha
Ha

Pertanian Buruh 1 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
8

Pengusaha 1 1653,13
berlahan 0-0,5 9
Ha

Pengusaha 2 478,78
berlahan 0,501- 0
1 Ha

Pengusaha 2 169,92
berlahan > 1 Ha 1

Bukan Pedesaa Pengusaha 2 1242,55


Pertania n bebas gol rendah 2
n

Buka AK dan gol 2 1050,09


yang tidak jelas 3

Pengusaha 2 416,26
bebas gol atas 4

Perkotaa Pengusaha 2 1584,68


n bebas gol rendah 5

Buka AK dan gol 2 754,38


yang tidak jelas 6

Pengusaha 2 274,64
bebas gol atas 7

Total 642,56 1024,76 522,67 553,38 1279,51 163,63 1723,74 1822,27 281,50 2341,78 10355,8
Tabel 8.28
Pendapatan Disposable Menurut Golongan RT di Indonesia, 1975-2005 (Rp miliar)

Golongan RT 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


1. RT buruh tani 610,94 1565,07 2759,34 6750,46 12823,69 66272,66 128391,1
0

2. RT petani gurem 1252,55 4138,57 8923,21 27708,43 30831,66 94543,62 193206,2


(berlahan <0,5 Ha) 7

3.RT pengusaha pertanian (berlahan 898,55 2383.86 4473,44 7561,91 16557,59 47859,98 109803,5
0,501-1 Ha) 7

4.RT pengusaha pertanian (berlahan 1489,80 4380,85 8772,28 11980,87 18814,10 50904,36 105679,4
> 1 Ha) 7

5. RT buka pertanian gol rendah di 1018,47 4382,64 6650,10 10083,70 50666,08 105625,28 283438,4
desa 5

6. RT angkatankerja di desa 275,01 824,46 2408,72 2572,94 15646,08 49216,00 94074,90

7. RT bukan pertanian gol atas di 1162,56 1914,71 7012,42 23220,10 52352,92 95439,68 230245,0
desa 4

8. RT buka pertanian gol rendah di 1142.,73 4979,52 11173,44 18014,38 77076,17 164022,74 365657,1
desa 8

9. RT bukan angkatan kerja di kota 210,47 1104,69 3422,09 4399,64 21172,07 70252,53 127202,1
2

10. RT bukan pertanian gol atas di 1980,22 4379,01 12265,66 39124,43 101117,48 169018,18 418064,5
kota 2

Total 1041,30 30053,38 67860,70 151416,86 397057,84 913155,03 2055762,


62
Tabel 8.29
Rata-rata Pendapatan Disposable Menurut Golongan RT di Indonesia, 1975-2005 (Rp miliar)

Golongan RT 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


1. RT buruh tani 39,93 102,29 239,94 429,97 616,69 2120,26 4359,1
7

2. RT petani gurem 43,04 133,93 228,22 557,51 934,55 2426,59 4988,5


(berlahan <0,5 Ha) 4

3.RT pengusaha pertanian 57,23 154,80 341,48 675,17 1200,15 3641,39 7578,3
(berlahan 0,501-1 Ha) 4

4.RT pengusaha pertanian 82,77 199,13 551,72 1032,83 1758,81 5108,57 10469,
(berlahan > 1 Ha) 91

5. RT buka pertanian gol 52,77 200,12 303,66 622,45 1765,25 3516,33 8209,5
rendah di desa 6

6. RT angkatankerja di desa 70,52 149,90 286,75 918,91 1719,82 4657,98 9038,0


5

7. RT bukan pertanian gol 149,05 335,91 523,31 979,75 3428,94 7172,97 15275,
atas di desa 23

8. RT buka pertanian gol 94,44 287,83 539,78 793,59 2278,00 5377,36 10445,
rendah di desa 43

9. RT bukan angkatan kerja 110,77 240,15 543,19 936,09 2076,20 6644,74 10829,
di kota 82

10. RT bukan pertanian gol 247,53 540,62 888,82 1819,74 5218,53 9640,58 21612,
atas di kota (>>>) 25

Total 76,59 204,86 423,53 842,14 2038,76 4436,17 9392,6


6
Tabel 8.30
Perbandingan Rasio Pendapatan Disposable Antar Rumah Tangga, 1975-2005

Golongan RT 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

1. RT buruh tani 1,00 1,00 1,04 1,00 1,00 1,00 1,00

2. RT petani gurem 1,08 1,31 1,00 1,30 1,52 1,14 1,14


(berlahan <0,5 Ha)

3.RT pengusaha pertanian 1,43 1,51 1,50 1,57 1,95 1,72 1,74
(berlahan 0,501-1 Ha)

4.RT pengusaha pertanian 2,07 1,95 2,42 2,40 2,85 2,41 2,40
(berlahan > 1 Ha)

5. RT buka pertanian gol 1,32 1,96 1,33 1,45 2,86 1,66 1,88
rendah di desa

6. RT angkatankerja di desa 1,77 1,47 1,26 2,14 2,79 2,20 2,07

7. RT bukan pertanian gol 3,73 3,28 2,29 2,28 5,56 3,38 3,50
atas di desa

8. RT buka pertanian gol 2,37 2,81 2,37 1,85 3,69 2,54 2,40
rendah di desa

9. RT bukan angkatan kerja di 2,77 2,35 2,38 2,18 3,37 3,13 2,48
kota

10. RT bukan pertanian gol 6,20 5,29 3,89 4,23 8,46 4,55 4,96
atas di kota

Catatan: Kesenjangan antara golongan No. 1 dan No. 10 amat tinggi.


Tabel 8. 31. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Gol RT, 19755-2005

Golongan RT 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

1. RT buruh tani 11,67 10,43 7,01 8,73 10,68 15,18 13,46

2. RT petani gurem 22,20 21,06 23,83 27,64 16,94 18,93 17,70


(berlahan <0,5 Ha)

3.RT pengusaha pertanian 11,98 10,50 7,98 6,23 7,08 6,39 6,62
(berlahan 0,501-1 Ha)

4.RT pengusaha pertanian 13,73 15,00 9,69 6,45 5,49 4,84 4,61
(berlahan > 1 Ha)

5. RT buka pertanian gol 14,72 14,93 13,35 9,01 14,74 14,59 15,77
rendah di desa

6. RT angkatankerja di desa 2,97 3,75 5,12 1,56 4,67 5,13 4,76

7. RT bukan pertanian gol 5,95 3,89 8,17 13,18 7,84 6,46 6,89
atas di desa

8. RT buka pertanian gol 9,23 11,79 12,61 12,63 17,37 14,82 15,99
rendah di desa

9. RT bukan angkatan kerja 1,45 3,14 3,84 2,61 5,24 5,14 5,37
di kota

10. RT bukan pertanian gol 6,10 5,52 8,41 11,96 9,59 8,52 8,84
atas di kota

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


Tabel 8.32
Persentase Jumlah Pendapatan Disposable
Yang diterima Oleh Berbagai Golongan RT, 1975-2005

Golongan RT 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

1. RT buruh tani 6,08 5,21 4,07 4,46 3,23 7,26 6,25

2. RT petani gurem 12,47 13,77 13,15 18,30 7,77 10,35 9,40


(berlahan <0,5 Ha)

3.RT pengusaha pertanian (berlahan 8,95 7,93 6,59 4,99 4,17 5,24 5,34
0,501-1 Ha)

4.RT pengusaha pertanian (berlahan 14,84 14,58 12,93 7,91 4,74 5,57 5,14
> 1 Ha)

5. RT buka pertanian gol rendah di 10,14 14,58 9,80 6,66 12,76 11,57 13,79
desa

6. RT angkatankerja di desa 2,74 2,74 3,55 1,70 3,94 5,39 4,58

7. RT bukan pertanian gol atas di desa 5,46 6,37 10,33 15,34 13,19 10,45 11,20

8. RT buka pertanian gol rendah di 11,38 16,57 16,47 11,90 19,41 17,96 17,79
desa

9. RT bukan angkatan kerja di kota 2,10 3,68 5,04 2,91 5,33 7,69 6,19

10. RT bukan pertanian gol atas di 19,72 14,57 18,07 25,84 25,47 18,51 20,34
kota

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


Tabel 8.33
Pendapatan per kapita (-pajak) RT Petani dari Usaha Tani, 1975-2005 (Rp Ribu)

RT Petani 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005


1. RT petani gurem 43,27 136,40 236,67 566,50 939,66 2590,22 5174,39
- Pendapatan keseluruhan 26,90 98,42 132,80 299,73 374,84 850,11 4219,43
- Dari usaha tani (62,17) (72,16) (55,88) (52,91) (39,89) (32,82) (81,54)
-Persentase usaha tani (37,83) (27,84) (44,12) (47,09) (60,11) (67,18) (18,46)
-Persentase di luar usaha tani

2.RT petani berlahan 0,501-1 Ha 57,69 115,96 348,13 683,29 1205,58 3884,59 7831,20
- Pendapatan keseluruhan 44,66 100,49 211,46 413,19 627,07 1273,78 7033,54
- Dari usaha tani (77,41) (64,43) (60,74) (60,47) (52,01) (32,79) (89,81)
-Persentase usaha tani (22,59) (35,57) (39,26) (39,53) (47,99) (67,21) (10,19)
-Persentase di luar usaha tani

2.RT petani berlahan >1 Ha 84,83 201,54 567,93 1053,42 1765,34 5449,05 10971,14
- Pendapatan keseluruhan 75,44 174,03 484,62 562,46 792,28 1751,46 10090,85
- Dari usaha tani (88,93) (86,35) (85,33) (53,39) (44,88) (32,14) (91,98)
-Persentase usaha tani (11,07) (13,65) (14,67) (46,61) (55,12) (67,86) (8,02)
-Persentase di luar usaha tani
Tabel 8.34
Pengeluaran Konsumsi R Dirinci Menurut Golongan RT di Insonesia, 2005

Golongan RT Jumlah penduduk Pengeluaran Konsumsi RT Konsumsi Rt per Kapita


(jiwa) (Rp miliar) (Rp ribu)

1. RT buruh tani 29.453.137 120.971,46 4.107,25 <<

2. RT petani gurem 38.729.997 178.211,91 4.601,39


(<0,5 Ha)

3. RT pengusaha pertanian (0,501- 1 Ha) 14.489.130 99.722,85 6.882,60

4. RT pengusaha pertanian (>1 Ha) 10.093.637 93.580,69 9.271,26

5.RT bukanpertanian gol. rendah di desa 34.525.413 267.961,02 7.761,27

6. Bukan AK di desa 10.408.7622 87.765,95 << 8.431,93

7. RT bukan pertanian gol atas di desa 15.073.094 199.810,36 13.256,09

8. RT bukan pertanikan gol rendah di kota 35.006.413 343,911,04 9.824,23

9. Bukan AK di kota 11.745.549 115.875,31 9.865,47

10. RT bukan pertanian gol atas di kota 19.343.868 361.730,35 >> 18.700,00 >>

Jumlah 218.869.000 1.869.540,35 8.541,83


Tabel 8.35
Pola Pengeluaran Rumah Tangga, 2005 (Rp miliar)

Golongan RT Trsnfer Transfer ke Trabsfer ke Konsumsi Konsumsi Tabungan Transfer Total


ke RT Perusahaan Pemerintah akhir akhir ke Pengeluar
kmoditas komoditas LN a
domestik impor

Pertanian Buruh 18 136485,91

Pengusaha 19 205435,83
berlahan 0-0,5 Ha

Pengusaha 20 116075,91
berlahan 0,501- 1
Ha

Pengusaha 21 113850,74
berlahan > 1 Ha

Bukan Pedes Pengusaha 22 298378,50


Pertanian aan bebas gol rendah

Buka AK dan gol 23 99183,15


yang tidak jelas

Pengusaha 24 250123,78
bebas gol atas

Perkot Pengusaha 25 387982,15


aan bebas gol rendah

Buka AK dan gol 26 136522,97


yang tidak jelas

Pengusaha 27 447269,79
bebas gol atas

Total 10355,80 46289,85 67199,46 1659533,31 210007,64 186221,67 11700,99 2191308,7


Tabel 8.36
Pengeluaran Konsumsi Komoditas Domestik Golongan RT, 2005 (Rp miliar)

Pertanian Bukan Pertanian Jumlah

Buru Pengusaha Berlahan Pedesaan Perkotaan


h
Tani 0 – 0,5 Ha 0,501 – 1 > 1 Ha RT Gol Bukan RT Gol RT Gol Bukan RT Gol
Ha Rendah AK Atas Rendah AK Atas

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pertanian tanaman 56 129374,55


pangan 57 7747,33
Pertanian tanaman lainya 58 40168,27
Peternakan dan hasilnya 59 2861,32
Kehutanan dan 60 60993,90
perburuan 61 -
Perikanan 62 16,31
Pertambangan btbr, bijih 63 382576,42
logam dan minyak bumi 64 65115,07
Pertbg dan Penggalian 65 10418,97
Industri mkn, min & 66 190033,72
tembakau 67 84071,96
Ind.Pemintalan, tekst, 68 27552,64
pakaian dan kulit 69 -
Ind kayu & brng dr kayu 70 -
Ind kertas, percet, alat 71 153775,73
angkutan & brg dr logam 72 6907,94
dan industri lainnya 73 51171,25
Ind kimia,pupuk, hsl dari 74 71069,94
tanah liat,semen 75 5040,85
Listrik, gas & air bersih 76 53678,67
Konstruksi 77 62199,25
Perdagangan 78 173259,69
Restoran 79 81499,54
Perhotelan
Angkutan darat
Angk udara,air & kom
Js penunjang angkt &gdg
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han,
dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js
lain

Jumlah 1144 168561,58 83929,04 73412,42 253828,49 72899,19 168531,17 326888,98 94111,30 302888,52 1659533,3
82,6 1
1
Tabel 8.37
Pengeluaran Konsumsi Komoditas Impor Menurut Golongan Rumah Tangga, 2005 (Rp miliar)
Bukan Pertanian Jumlah
Pertanian

Buru Pengusaha Berlahan Pedesaan Perkotaan


h
Tani 0 – 0,5 Ha 0,501 – 1 > 1 Ha RT Gol Bukan RT Gol RT Gol Bukan RT Gol
Ha Rendah AK Atas Rendah AK Atas

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pertanian tanaman 80 6421,16


pangan 81 174,94
Pertanian tanaman 82 1603,23
lainya 83 20,89
Peternakan dan 84 117,35
hasilnya 85 -
Kehutanan dan 86 -
perburuan 87 46111,9
Perikanan 88 3
Pertambangan btbr, 89 12292,3
bijih logam dan 90 1
minyak bumi 91 518,55
Pertbg dan 92 37506,9
Penggalian 93 7
Industri mkn, min & 94 55654,1
tembakau 95 3
Ind.Pemintalan, tekst, 96 -
pakaian dan kulit 97 -
Ind kayu & brng dr 98 -
kayu 99 2757,93
Ind kertas, percet, alat 100 7503,31
angkutan & brg dr 101 423,48
logam dan industri 102 15458,7
lainnya 103 7
Ind kimia,pupuk, hsl 5855,53
dari tanah liat,semen 1947,88
Listrik, gas & air bersih 2500,00
Konstruksi 8919,61
Perdagangan 4119,67
Restoran
Perhotelan
Angkutan darat
Angk udara,air & kom
Js penunjang angkt
&gdg
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han,
dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js
lain

Jumlah 6488 9650,33 15793,81 20168,27 14132,54 14866,76 31279,19 17022,06 21764,01 58841,83 210007,
Tabel 8.38
Pengeluaran Konsumsi Domestik dan Impor Menurut Golongan RT, 2005 (Rp miliar)
Bukan Pertanian Jumlah
Pertanian

Buruh Pengusaha Berlahan Pedesaan Perkotaan


Tani
0 – 0,5 0,501 – 1 > 1 Ha RT Gol Bukan RT Gol RT Gol Bukan RT Gol
Ha Ha Rendah AK Atas Rendah AK Atas

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pertanian tanaman pangan 135795,7


Pertanian tanaman lainya 1
Peternakan dan hasilnya 7922,27
Kehutanan dan perburuan 41771,50
Perikanan 2882,21
Pertambangan btbr, bijih logam 61111,25
dan minyak bumi -
Pertbg dan Penggalian 16,31
Industri mkn, min & tembakau 428688,3
Ind.Pemintalan, tekst, pakaian dan 5
kulit 77407,38
Ind kayu & brng dr kayu 10937,52
Ind kertas, percet, alat angkutan & 227540,6
brg dr logam dan industri lainnya 9
Ind kimia,pupuk, hsl dari tanah 139726,0
liat,semen 9
Listrik, gas & air bersih 27552,64
Konstruksi -
Perdagangan -
Restoran 156533,6
Perhotelan 6
Angkutan darat 14411,24
Angk udara,air & kom 51694,73
Js penunjang angkt &gdg 86528,72
Bank & asuransi 10896,37
Real est & js perus 55626,55
Penerth & han, dik,hat,film &js sos 64699,25
lainnya 182179,3
Js perseorangan,RT,js lain 0
85619,21

Jumlah 120971, 178211,9 99722,85 93580,69 267961,0 87765,95 199810,3 343911,0 115875,3 361730,3 1869540,
46 1 2 6 4 1 5 95
Tabel 8.39
Pengeluaran Konsumsi Komoditas Per Kapita Menurut Golongan RT, 2005 (Rp miliar)
Bukan Pertanian Jumlah
Pertanian

Buruh Pengusaha Berlahan Pedesaan Perkotaan


Tani
0 – 0,5 Ha 0,501 – 1 > 1 Ha RT Gol Bukan RT Gol RT Gol Bukan RT Gol
Ha Rendah AK Atas Rendah AK Atas

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pertanian tanaman 56 591,10


pangan 57 53,40
Pertanian tanaman 58 183,53
lainya 59 13,07
Peternakan dan hasilnya 60 278,68
Kehutanan dan 61 -
perburuan 62 0,07
Perikanan 63 1747,97
Pertambangan btbr, bijih 64 297,51
logam dan minyak bumi 65 47,60
Pertbg dan Penggalian 66 868,25
Industri mkn, min & 67 384,12
tembakau 68 125,89
Ind.Pemintalan, tekst, 69 -
pakaian dan kulit 70 -
Ind kayu & brng dr kayu 71 702,59
Ind kertas, percet, alat 72 31,56
angkutan & brg dr logam 73 233,80
dan industri lainnya 74 324,71
Ind kimia,pupuk, hsl dari 75 23,03
tanah liat,semen 76 245,25
Listrik, gas & air bersih 77 284,18
Konstruksi 78 791,61
Perdagangan 79 372,37
Restoran
Perhotelan
Angkutan darat
Angk udara,air & kom
Js penunjang angkt
&gdg
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han,
dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js
lain

Jumlah 3886,94 4352,22 5792,55 7273,14 7351,93 7003,64 11180,93 9337,97 8012,51 15658,12 7582,31
Tabel 8.40
Pengeluaran Konsumsi Komoditas Impor Per Kapita Golongan RT, 2005 (Rp miliar)
Bukan Pertanian Jumlah
Pertanian

Buruh Pengusaha Berlahan Pedesaan Perkotaan


Tani
0 – 0,5 0,501 – 1 > 1 Ha RT Gol Bukan RT Gol RT Gol Bukan RT Gol
Ha Ha Rendah AK Atas Rendah AK Atas

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pertanian tanaman 80 29,34


pangan 81 0,80
Pertanian tanaman 82 7,33
lainya 83 0,10
Peternakan dan 84 0,54
hasilnya 85 -
Kehutanan dan 86 -
perburuan 87 210,68
Perikanan 88 56,16
Pertambangan btbr, 89 2,37
bijih logam dan minyak 90 171,37
bumi 91 254,28
Pertbg dan Penggalian 92 -
Industri mkn, min & 93 -
tembakau 94 -
Ind.Pemintalan, tekst, 95 12,60
pakaian dan kulit 96 34,28
Ind kayu & brng dr 97 2,39
kayu 98 70,63
Ind kertas, percet, alat 99 26,75
angkutan & brg dr 100 8,90
logam dan industri 101 11,42
lainnya 102 40,75
Ind kimia,pupuk, hsl 103 18,82
dari tanah liat,semen
Listrik, gas & air bersih
Konstruksi
Perdagangan
Restoran
Perhotelan
Angkutan darat
Angk udara,air & kom
Js penunjang angkt
&gdg
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han,
dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js
lain

Jumlah 220,31 249,17 1090,05 1998,12 409,34 1428,29 2075,17 486,26 1852,96 3041,89 959,51
Tabel 8.41
Pengeluaran Konsumsi KOmoditas Domestik dan IMpor Per KApita Menurut Golongan RT, 2005 (Rp miliar)

Pertanian Bukan Pertanian Jumlah

Buruh Pengusaha Berlahan Pedesaan Perkotaan


Tani
0 – 0,5 0,501 – 1 > 1 Ha RT Gol Bukan RT Gol RT Gol Bukan RT Gol
Ha Ha Rendah AK Atas Rendah AK Atas

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Pertanian tanaman pangan 620,44


Pertanian tanaman lainya 36,20
Peternakan dan hasilnya 190,85
Kehutanan dan perburuan 13,17
Perikanan 279,21
Pertambangan btbr, bijih logam -
dan minyak bumi 0,07
Pertbg dan Penggalian 958,65
Industri mkn, min & tembakau 353,67
Ind.Pemintalan, tekst, pakaian dan 498,97
kulit 1039,62
Ind kayu & brng dr kayu 638,40
Ind kertas, percet, alat angkutan & 125,89
brg dr logam dan industri lainnya -
Ind kimia,pupuk, hsl dari tanah -
liat,semen 715,19
Listrik, gas & air bersih 65,84
Konstruksi 236,19
Perdagangan 395,34
Restoran 49,78
Perhotelan 254,15
Angkutan darat 295,61
Angk udara,air & kom 832,37
Js penunjang angkt &gdg 391,19
Bank & asuransi
Real est & js perus
Penerth & han, dik,hat,film &js sos
lainnya
Js perseorangan,RT,js lain

Jumlah 4107,25 4601,39 6882,60 9271,26 7761,27 8431,93 13256,09 9824,23 9865,47 18700,00 8541,83
Tabel 8.34
Pengeluaran Konsumsi R Dirinci Menurut Golongan RT di Insonesia, 2005

Golongan RT Jumlah penduduk Pengeluaran Konsumsi RT Konsumsi Rt per Kapita


(jiwa) (Rp miliar) (Rp ribu)

1. RT buruh tani 29.453.137 120.971,46 4.107,25 <<

2. RT petani gurem 38.729.997 178.211,91 4.601,39


(<0,5 Ha)

3. RT pengusaha pertanian (0,501- 1 Ha) 14.489.130 99.722,85 6.882,60

4. RT pengusaha pertanian (>1 Ha) 10.093.637 93.580,69 9.271,26

5.RT bukanpertanian gol. rendah di desa 34.525.413 267.961,02 7.761,27

6. Bukan AK di desa 10.408.7622 87.765,95 << 8.431,93

7. RT bukan pertanian gol atas di desa 15.073.094 199.810,36 13.256,09

8. RT bukan pertanikan gol rendah di kota 35.006.413 343,911,04 9.824,23

9. Bukan AK di kota 11.745.549 115.875,31 9.865,47

10. RT bukan pertanian gol atas di kota 19.343.868 361.730,35 >> 18.700,00 >>

Jumlah 218.869.000 1.869.540,35 8.541,83


Penutup
PENUTUP
Gambar III.11.2 Tekanan penduduk (PP) versus Daya dukung lingkungan (Q)

PP
PP2 PP1
&

Q
Q3

PP3

Q2 Q1
Waktu

Awal Upaya keseimbangan Tujuan


Tantangan ke depan
a. Manajemen
- Sistem peraturan di Indonesia sebenarnya telah cukup baik, namun mekanisme
pelaksanaan dan pengawasan masih perlu pematangan.
- Diperlukan upaya secara lebih intensip dan ekstensip agar perusahaan
tambang telah dan terus berusaha untuk melaksanakan peraturan tentang
standar lingkungan dan peran upaya di bidang lingkungan sosio-ekonomi
terpadu dengan kegiatan penambangan.
- Sejauh program dan perencanaan lingkungan menjadi urusan antara
pemerintah, industri dan pemerintah serta masyarakat setempat, maka
pengendalian polusi, reklamasi dan rehabilitasi perlu diintegrasikan dengan
pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia daerah.
- Pemerintah dan industri harus bekerjasama dalam pelatihan, penelitian,
tenaga ahli, pengetahuan, dan perlengkapan teknologi tinggi di bidang
lingkungan. Alih pengetahuan dan informasi dengan negara maju perlu
dilakukan secara terus-menerus.
- Pembangunan berkelanjutan baik lokal, nasional maupun global perlu
dilakukan dan disumbangkan oleh industri pertambangan. Sektor
pertambangan mampu memberikan sumbangan pembangunan pada daerah
miskin dengan mengembangkan sumber daya manusia, menumbuhkan
ekonomi dan generasi mendatang.
- Kerjasama antara pemerintah, industri pertambangan dan masyarakat
setempat dalam pengendalian lingkungan perlu diperkuat dengan perencanaan
yang baik, teknologi, manajemen dan sumber daya yang benar pasti dapat
menjawab pemecahan masalah lingkungan.
b. Kependudukan (zero growth population) dari 220 juta orang (2005) menjadi 260
juta orang (2030, titik konsistensi) yang memerlukan lahan 250 juta ha,
dengan lahan tersedia 193 juta ha dan kurang 57 juta ha. Keluarga
berencana dengan laju 2% ke 1,3% menjadi 0%.
Di banyak daerah telah ada pertanda bahwa beban LH (PP, dll) telah
lebih besar daripada daya dukung lingkungan.

c. Pemanfaatan Zone Ekonomi Eksklusif (dari luas sekitar 3 juta ha menjadi 5 juta
ha); wilayah kerjasama ekonomi subregional.

d. Gas-gas rumah kaca (RK) oleh makin meningkatnya tambahan CO2 ke


atmosfir.
Kadar RK 50% CO2 dan 50% gas yang lain (CFC,methan, ozon, NOX dll).

e. Kebijakan penting:
- transformasi struktural,
- pengelolaan tata ruang,
- pembanguan berwawasan lingkungan,
- sistem pengembangan SDA (sub-subsistem pemeritah, produksi/industri-
konsumsi, kewilayahan, Iptek/litbang, internasional).

f. Lingkungan hidup dan globalisasi.


Globalisasi (investasi dan perdagangan bebas,
AM, LH, HAKI, demokratisasi) mengharuskan tindakan:

a. Di bidang Lingkungan Fisik.


- Meningkatkan efisiensi proses.
- Substitusi/daur ulang.
- Pengembangan teknologi pengolah limbah, standari-
sasi LH, ekolabel.
- Pengendalian pencemaran lingkungan, Globl warming/GHG.
- Peningkatan daya saring produk impor yang tidak
berwawasan lingkungan.
- Pengembangan peraturan/perundangan, penegakan
hukum.

b. Di bidang Lingkungan Nonfisik.


- Pengembangan kualitas SDM.
- Pembudayaan LH berkualitas/kesadaran lingkungan.
- Penciptaan lapangan kerja/usaha.
- Taat asa perlindungan lingkungan/perhatian fungsi
lingkungan.
- Gerakan disiplin nasional.
Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Merupakan Kebutuhan Bangsa Indonesia
Terima Kasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai