Anda di halaman 1dari 22

PNEUMONIA

Tuty Fajaryanti 1102013291


Pembimbing: dr. Ade Netra Kartika Sp.PD, MARS
PENDAHULUAN

Infeksi saluran
WHO 1999
napas bawah
menyebutkan Indonesia
masih tetap
bahwa penyebab menduduki
merupakan
kematian tertinggi peringkat ke-6
masalah utama
akibat penyakit dunia untuk kasus
dalam bidang
infeksi didunia pneumonia pada
kesehatan, baik di
adalah infeksi balita dengan
negara yang
saluran napas jumlah penderita
sedang
akut termasuk mencapai 6 juta
berkembang
pneumonia dan jiwa.
maupun yang
influenza.
sudah maju.
DEFINISI

 Pneumonia adalah penyakit pernapasan akut yang menyebabkan


perubahan gambaran radiologis paru.
 Penyakit ini dikelompokan berdasarkan tempat terjadinya penularan,
karena hal ini mempengaruhi kemnungkinan mikroorganisme patogen
penyebab sehingga bisa menentukan terapi empiris yang paling tepat.
 Menurut PDPI
 suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, parasit).
 Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.
 Peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia,
radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.2
EPIDEMIOLOGI

Penyebaran pneumonia hampir mencakup semua usia, dengan prevalensi


tertinggi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun atau kurang dari 2 tahun, dan pada
pasien dengan gangguan kesehatan.

Pada tahun 2013, pneumonia diperkirakan telah membunuh 935.000 anak


dibawah usia 5 tahun.

Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten


Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
ETIOLOGI
Gram(+) : Streptococcus pneumoniae
(pnemokokus), Streptococcus piogenes,
Staphylococcus aureus.
Bakteri

Gram(-) : Klebsiela pneumonia, Legionella,


Haemophilus influenza.

Influenza virus, Parainfluenza virus, Syncytial


adenovirus, chicken-pox (cacar air),
Virus Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herpes
simpleks, Hanta virus.

Aspergilus, Fikomisetes, Blastomisetes


Fungi
dermatitidis, Histoplasma kapsulatum.

Makanan, kerosene (bensin, minyak


Aspirasi
tanah), cairan amnion, benda asing.
KLASIFIKASI
Berdasarkan Berdasarkan
Menurut Berdasarkan
Kuman klinis dan
sifatnya lokasi infeksi
penyebab epidemiologi

Pneumonia
Pneumonia Pneumonia Pneumonia
bakterial /
primer komuniti lobaris
tipikal

Pneumonia Pneumonia Penumonia Bronko


sekunder atipikal nosokomial pneumonia

Pneumonia Pneumonia Pneumonia


virus aspirasi interstisial

Pneumonia
jamur
PATOGENESIS
PATOGENESIS
 Beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan:
 Inokulasi langsung
 Penyebaran melalui pembuluh darah
 Inhalasi bahan aerosol
 Kolonisasi dipermukaan mukosa
 Terdapat empat stadium anatomic dari pneumonia terbagi atas:
 Stadium Kongesti (4 – 12 jam pertama)
 Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
 Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
 Stadium Akhir (Resolusi)
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
• 1. Batuk
Gejala Mayor • 2. Sputum produktif
• 3. Demam (suhu>38 0c)

• 1. Sesak napas

Gejala Minor • 2. Nyeri dada


• 3. Konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
• 4. Jumlah leukosit >12.000/L

• Didahului oleh ISPA selama beberapa hari 


demam, menggigil, suhu tubuh kadang-kadang
Gambaran klinis melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan
sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid
atau purulen, kadang-kadang berdarah.2

• I: Dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas.

Pf
• P: Fremitus dapat mengeras.
• Pi: Redup.
• A: Suara napas bronkovesikuler, ronkhi basah kasar pada stadium
resolusi.
•Pada pemeriksaan laboratorium:  leukosit,  LED.
•Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
Pemeriksaan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak

Laboratorium diobati.
•Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hiperkapnia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.

• Perselubungan/konsolidasi homogen atau


inhomogen sesuai dengan lobus atau segment
paru secara anatomis.
• Batasnya tegas, walaupun pada mulanya
kurang jelas.
Gambaran • Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi
paru; batas lesi dengan jantung hilang, berarti
Radiologis lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau
di lobus medius kanan.
• Pada masa resolusi sering tampak Air
Bronchogram Sign (terperangkapnya udara
pada bronkus karena tidak adanya pertukaran
udara pada alveolus).
DIAGNOSIS BANDING

Tuberculosis Paru (TB) : Gejala klinis TB antara lain


batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3
minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala
sistemik meliputi demam, menggigil, keringat malam,
lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat
badan.
Atelektasis: Atelektasis adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru
yang terserang tidak mengandung udara dan
kolaps. Memberikan gambaran yang mirip dengan
pneumonia tanpa air bronchogram. Namun
terdapat penarikan jantung, trakea, dan
mediastinum ke arah yang sakit karena adanya
pengurangan volume interkostal space menjadi
lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau
sebagian paru-paru yang sakit. Sehingga akan
tampak thorax asimetris.
Efusi Pleura: Memberi gambaran yang mirip
dengan pneumonia, tanpa air bronchogram.
Terdapat penambahan volume sehingga
terjadi pendorongan jantung, trakea, dan
mediastinum kearah yang sehat. Rongga
thorax membesar. Pada edusi pleura
sebagian akan tampak meniscus sign (+)
tanda khas pada efusi pleura
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Empiris (ATS 2001) 8
Kategori Keterangan Kuman Penyebab Obat Pilihan I Obat Pilihan II

TATALAKSANA
Kategori I Usia penderita -S.pneumonia, -M.pneumonia, - Klaritromisin - Siprofloksasin 2x500mg atau
< 65 tahun C.pneumonia -H.influenzae 2x250 mg Ofloksasin 2x400mg
-Penyakit Penyerta (-) -Legionale sp -S.aureus - -Azitromisin 1x500mg - Levofloksasin 1x500mg atau
-Dt berobat jalan -M,tuberculosis - Rositromisin 2x150 mg Moxifloxacin 1x400mg
-Batang Gram (-) atau 1x300 mg - Doksisiklin 2x100mg

Kategori II -Usia penderita > 65 -S.pneumonia H.influenzae -Sepalospporin generasi 2 -Makrolid


tahun Batang gram(-) Aerob -Trimetroprim +Kotrimoksazol -Levofloksasin
- Peny. Penyerta (+) S.aures M.catarrhalis Legionalle -Betalaktam -Gatifloksasin
-Dapat berobat jalan sp -Moxyfloksasin

Kategori III -Pneumonia berat. -S.pneumoniae -H.influenzae - Sefalosporin Generasi 2 -Piperasilin + tazobaktam
- Perlu dirawat di -Polimikroba termasuk Aerob atau 3 -Sulferason
RS,tapi tidak perlu di ICU -Batang Gram (-) - Betalaktam +
-Legionalla sp Penghambat Betalaktamase
-S.aureus -M.pneumoniae +makrolid

Kategori IV -Pneumonia berat -S.pneumonia -Legionella sp - Sefalosporin generasi 3 -Carbapenem/


-Perlu dirawat di ICU -Batang Gram (-) aerob (anti pseudomonas) + meropenem
-M.pneumonia -Virus makrolid -Vankomicin
-H.influenzae - - Sefalosporin generasi 4 -Linesolid
M.tuberculosis - Sefalosporin generasi 3 + -Teikoplanin
-Jamur endemic kuinolon
TATALAKSANA
Terapi Suportif Umum
• 1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan analisis gas darah.
• 2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai
nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme.
• 3. Fisioterapi dada
• 4. Pengaturan cairan
• 5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan
• 6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-kadang diperlukan bila
terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
• Ventilasi mekanis, indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia adalah:
• a. Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan O2 100% dengan menggunakaan
masker.
• b. Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau
didapat asidosis respiratorik.
• c. Respiratory arrest.
• d. Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
• 8. Drainase empiema bila ada.
• 9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan
terutama dari lemak (>50%), hingga dapat dihindari pembentukan CO2 yang berlebihan.
Terapi Sulih (switch therapy)
• Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan
perubahan obat suntik ke oral dilanjutkan dengan berobat jalan, hal
ini untuk mengurangi biaya perawatan dan mencegah infeksi
nosokomial.
• Perubahan ini dapat diberikan secara sequential (obat sama, potensi
sama), switch over (obat berbeda, potensi sama) dan step down
(obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah). Kriteria untuk
Pneumonia terkait stabilitas klinis adalah : 12
• 1. Temp ≤ 37,8 C, Kesadaran baik
• 2. Denyut jantung ≤ 100 denyut / menit,
• 3. Respirasi rate≤ 24 napas / menit
• 4. Tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg
• 5. Saturasi O2 arteri ≥ 90% atau pO2 ≥ 60 mmHg pada ruang udara
• 6. Kemampuan untuk mengambil asupan oral.
KOMPLIKASI
Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus. Cairannya transudat dan steril. Terkadang
pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.

Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa meningitis. Dapat juga
terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggIan ureum dan enzim hati. Kadang-
kadang terjadi peninggian fostase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik.

Hipoksemia akibat gangguan difusi.

Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi infeksi oleh kuman anaerob
dan bakteri gram negative.

Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6 minggu akibat
kuman anaerob S. aureus, dan kuman Gram (-) seperti Pseudomonas aeruginosa.

Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi dapat juga oleh
infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia,
tuberkulosis, atau pneumonia nekrotikans. 10
PROGNOSIS

Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak


ditemukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas
kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka
kematian pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat
meningkat menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk
misalnya gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif
kronik, atau kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih
lobus dan komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang
buruk. Kuman gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek.
PENCEGAHAN

Pola hidup sehat termasuk tidak merokok

Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin


influenza)
•Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang
efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk
golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik ,
diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi
ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun.
•Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal
dan reaksi yang jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3.
KESIMPULAN

Infeksi parenkim
Paling banyak
paru yang dapat
Pneumonia menyerang
disebabkan oleh
infeksi bakteri
segala usia

Prognosisnya baik jika


mendapat terapi Tatalaksana 
antibiotik yang adekuat, Diagnosis 
antibiotik yang
faktor predisposisi gejala klinis, PF,
pasien dan ada sesuai & terapi
PP
tidaknya komplikasi suportif
yang menyertai.

Anda mungkin juga menyukai