Anda di halaman 1dari 24

Perbandingan UU Pangan No 18 Tahun 2012

Bab V (Keterjangkauan Pangan) Bagian Kedua


terhadap Penerapan Distribusi Pangan
KELOMPOK IV
• Irwan Zasir
• Khatimah Husna
• M. Alfi Syahreza
• Nadia Susiyana
• Pratiwi Lisdayanti
Pokok Analisis
01 UU No 18 tahun 2012
Bagaimana seharusnya?

02 Berita (elektronik; google)


Apakah sesuai dengan peraturan perUUan?

03 Analisis
Membandingkan antara data dengan teori

04 Evaluasi
Apa usulan penulis untuk perbaikan masalah ini?
UU No 18 tahun 2012
BAB V (keterjangkauan pangan) Bagian Kedua
UU No 18/2012 Pasal 47
BAB V : 1. Distribusi pangan dilakukan untuk memenuhi pemerataan ketersediaan
Keterjangkauan Pangan pangan ke seluruh wilayah NKRI secara berkelanjutan.
2. Distribusi pangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan agar
perseorangan dapat memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman,
BAGIAN KEDUA : bermutu, beragam, bergizi dan terjangkau.
3. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap distribusi
DISTRIBUSI PANGAN Pangan sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 47, 48 dan 49 (1)

Pasal 48
1. Distribusi Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dilakukan melalui:
a. pengembangan sistem distribusi Pangan yang menjangkau seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara efektif dan efisien;
b. pengelolaan sistem distribusi Pangan yang dapat mempertahankan
keamanan, mutu, gizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
Jalur Distribusi Wilayah dan budaya masyarakat; dan
c. perwujudan kelancaran dan keamanan distribusi Pangan.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai distribusi Pangan sebagaimana dimaksud
Harga Terjangkau pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
TEORI vs REALITA
POKOK PERHATIAN:
• Harga yang Terjangkau
• Menjangkau Seluruh Wilayah – Efektif & Efisien
• Perwujudan Kelancaran Distribusi Pangan
• Kelancaran Distribusi: Pelayanan transportasi
yang Efektif dan Efisien
REALITA
Ditinjau dari sumber berita elektronik (google)
1. PELAKU DISTRIBUSI
2. SARANA & PRASARANA
DISTRIBUSI
 Jalan & alat angkut
3. INFRASTRUKTUR LAIN
Pola ISI BERITA yang harus kita cermati lebih dalam:

Distribusi 1. Dalam survei pola distribusi perdagangan komoditas yang dilakukan Badan
Mengapa pola distribusi
Pusat Statistik (BPS) pada tahun lalu, diketahui bahwa panjang mata
perdagangan bisa panjang
Pangan rantai perdagangan di tiap provinsi sangat bervariasi.
2. Dalam – 7 pelaku
( 2 survei usaha)?
yang dirilis pada Kamis (15/2/2018) itu, BPS mencatat ada
SUMBER: https://m-bisnis-
com.cdn.ampproject.org/v/m.bisnis.com/amp/read/20 beberapa daerah yang memiliki potensi pola distribusi perdagangan
180219/12/740158/distribusi-pangan-masih-panjang-
ini-yang-perlu-diperhatikan- terpanjang. Provinsi dengan potensi pola terpanjang untuk perdagangan
Kinerja
pemerintah?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq33 Pola distribusi perdagangan
beras tengkulak
adalah Maluku Satgas
Utara, cabai merah di Sulawesi Tengah, bawang
1AQHCAFYAYABAQ%3D%3D#aoh=1544149642064 (banyak @ 1 jalur)
4&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.co
merah di Jateng, daging sapi di DKI Pangan
Jakarta, & daging ayam ras di Maluku.
m&amp_tf=Dari%20%251%24s
3. Ini menunjukkan bahwa distribusi bahan pangan tersebut, dari produsen
hingga konsumen akhir, melibatkan 2-7 pelaku usaha. Adanya potensi
Petani lebih memilih menjual
kepola distribusi
tengkulak yang panjang
daripada Bulog pun masih belum sesuai dengan harapan
pemerintah yang ingin memangkas rantai distribusi komoditas pangan
demi menekan harga di pasar.
9. SurveiHPP
tersebut
Rendahmenggunakan data pada 2016 yang dikumpulkan dari 254
kabupaten/kota di 34 provinsi. Komoditas yang dipilih adalah yang paling
banyak dikonsumsi masyarakat, yang memiliki peran cukup besar dalam
pembentukan inflasi, yang berkontribusi cukup besar dalam pembentukan
PDB, dan yg memiliki dampak cukup besar terhadap kebutuhan masy.
Jagung tidak

Beras iya

HPP rendah: petani  tengkulak

Untuk kendalikan tengkulak,


BULOG dan pemprov bersinergi
Dari berita ini, terlihat bahwa Bulog
dan pemprov terkait  pro konsumen 

HPP  petani tersakiti hatinya

Langsung, tanpa tengkulak


 tengkulak tersakiti hatinya 
Oke fix, petani jual ke tengkulak, tengkulak Tengkulak: “Tega kamu, log”
distribusikan ala sendiri
1. PELAKU DISTRIBUSI
2. SARANA & PRASARANA
DISTRIBUSI
 Jalan & alat angkut
3. INFRASTRUKTUR LAIN
1. PELAKU DISTRIBUSI
2. SARANA & PRASARANA
DISTRIBUSI
 Jalan & alat angkut
3. INFRASTRUKTUR LAIN
 Irigasi
ANALISIS
Data vs Teori
Analisis Kritis Terhadap Paradigma dan Kerangka Dasar
Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional
Pantjar Simatupang

Secara lebih spesifik, kebijakan ketahanan pangan hendaklah


01 dirumuskan sebagai bagian integral dari kebijakan pengentasan Kebijakan: pro-kons & petani
kemiskinan dan pemacuan pertumbuhan ekonomi.

Sejak awal Orde Baru (Orba), kebijakan ketahanan pangan


didasarkan pada paradigma ortodoks, yaitu pendekatan
02 penyediaan pangan (food availability approach = FAA).
Paradigma FAA berpandangan bahwa ketahanan pangan suatu
negara ditentukan oleh kemampuannya dalam menyediakan
makanan pokok dalam jumlah yang cukup bagi seluruh
penduduknya. FAA tidak memperhatikan aspek distribusi dan
akses terhadap pangan karena pendekatan ini beranggapan
bahwa jika pasokan pangan tersedia maka: para pedagang akan
menyalurkan pangan tersebut ke seluruh wilayah secara efisien, Oke impor, tingkat pendapatan (?)
dan harga pangan akan tetap stabil pada tingkat dapat dijangkau
oleh seluruh keluarga (penduduk).
Secara ringkas, kerangka pikir yang dianut pemerintah dalam merancang
kebijakan ketahanan pangan ialah:

01 02 03

Harga yang "terjangkau" dan stabil Tingkat harga di Stabilisasi harga beras pada
cukup untuk menjamin bahwa semua tingkat konsumen tingkat yang "terjangkau"
konsumen akan dapat memperoleh merupakan refleksi dari cukup untuk menjamin
makanan yang cukup sesuai dengan Strategi
kecukup-sediaan yang
pangan ketahanan pangan
kebutuhan hidupnya. ditempuh pemerintah:
• Jangka pendek:
stabilitas harga beras
05 • Jangka panjang 04
swasembada pangan.

Oleh karena itu swasembada pangan Produksi domestik merupakan sumber


merupakan strategi yang paling efektif pengadaan yang paling handal untuk
untuk kebijakan ketahanan pangan menjamin kecukup-sediaan pangan
dalam jangka panjang.
3 Asumsi Tidak Realistik dalam Konseptual Paradigma FAA
Simatupang (1999)

Tidak benar harga yang terjangkau


dan stabil cukup untuk menjamin
semua konsumen memperoleh 01
makanan sesuai dengan
kebutuhannya, karena daya beli tidak Tidak benar produksi domestik
hanya ditentukan oleh harga tapi
juga oleh pendapatan. Sebagai
03 merupakan sumber pengadaan
pangan yang paling handal,
contoh, kerawanan pangan 1998 karena mungkin saja produksi
terjadi karena daya beli rendah, pangan domestik rentan
padahal pasokan beras cukup. terhadap perubahan iklim dan
serangan hama atau biaya
produksi marjinalnya sangat
Tidak benar perubahan sediaan pangan besar sehingga tidak efisien dan
selalu dapat direfleksikan dengan cepat tidak berkelanjutan. Kasus ekstrim
dalam perubahan harga karena 02 adalah Singapura yang tidak
sesungguhnya tidak ada pasar yang mengalami krisis pangan walau
benar-benar "sempurna". Krisis pangan praktis hanya bergantung pada
1998 menunjukkan harga beras pangan impor.
meningkat walaupun pasokan melimpah.
Impor vs swasembada HPP rendah tengkulak  harga naik  X beras banyak @ pasar

Panjang mata rantai perdagangan beras – pola distribusi perdagangan panjang

Maaf sensor Sensor terus

Sensor
lagi
1

3
2
defisit
surplus

Alur Optimalisasi Distribusi Beras menurut Provinsi di Indonesia, 2009


2

3
1
• tidak semua provinsi di Indonesia mampu
mencukupi kebutuhan konsumsi beras di Bicara insfrastruktur jalan,
wilayah yang bersangkutan
• Kegiatan distribusi berperan penting dalam
bicara fokus pembangunan saat ini
mendistribusikan beras dari daerah surplus Jalan untuk jalur distribusi ada
ke daerah yang mengalami defisit beras. Biaya angkutnya bagaimana?
• Secara ideal, diperlukan aktivitas distribusi
beras dari beberapa daerah surplus ke
beberapa daerah defisit dengan total biaya
distribusi yang minimum.
• Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk meminumkan biaya adalah metode
linear programming
(apakah metode ini digunakan oleh
distributor beras?)

Total defisit beras di Indonesia


mencapai 2,09 juta ton dan
besarnya biaya minimum yang
diperlukan untuk mendistribusikan
adalah sebesar Rp 1,016 milyar.
Bagaimana dengan distribusi jalur laut?  Indonesia di - satukan / dipisahkan (?) oleh lautan
“Harga BM (beras) di pasar
akan naik tidak hanya karena
kuantitasnya sedikit,
bisa jadi karena panjangnya
pola distribusi perdagangan
(2 – 7 pelaku usaha),
jalur distribusi tidak efektif-efisien,
atau bahkan untuk mengganti
kerugian yang dialami produsen”
Infrastruktur berupa jalan raya, jalan tol memang
dapat melancarkan distribusi bahan pangan.
Namun, perlu dianalisis kembali
alur distribusi yang dilakukan oleh distributor
dan jenis infrastruktur mana yang lebih krusial untuk dibangun.
Apakah alur distribusi dan prioritas pembangunan
sudah efektif dan efisien sesuai dengan amanat
UU nomor 18 tahun 2012 pasal 47 dan 48?
SOLUSI:
win-win solution
• Revisi kebijakan HPP
• Perbaikan infrastruktur spesifik
pada petani (irigasi)
• Sebelum mengambil keputusan impor,
pertimbangkan daya serap Bulog terhadap
beras petani.
• Sebelum mengambil keputusan pangkas
pola distribusi, pertimbangkan posisi
tengkulak dan infrastruktur (jalan) di desa.
Fokus permbangunan jalan saat ini pada
jalan tol dan jalan di daerah perbatasan.
Harga beras sering naik,
Katanya karena produksi turun,
Kebijakan harus berakhir baik,
Biar sejahtera turun temurun.
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai