Anda di halaman 1dari 47

Presentasi Kasus

Seorang Wanita 53 tahun dengan OS Pterygium

KEPANITERAANKLINIK/PROGRAM STUDIPROFESI DOKTER


BAGIANILMUPENYAKITMATA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITASSEBELAS MARET
RUMAHSAKITUMUMDAERAHDR.MOEWARDI
2018
 DISUSUN OLEH :
1. Akhlis Mufid Auliya G99172028
2. Akmalia Fatimah G99172029
3. Fauziah Nur Sabrina G99181030
Dokter Muda FK UNS 4. Gerry G99171018
Stase Mata Periode
(24 Desember 2018 – 5. Rahma Luthfa Annisa G99172137
20 Januari 2019)
 PEMBIMBING :
dr. Kurnia Rosyida, Sp.M
BAB I

PENDAHULUAN
Pterygium merupakan pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif
pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang puncaknya di bagian sentral atau di
daerah kornea(Chui et.al, 2011).

Pterygium dapat menyebabkan perubahan topografi


kornea, terhalangnya axis penglihatan, luka pada
kornea dan bisa menyebabkan berkurangnya visus
atau ketajaman penglihatan (Kaufman et.al, 2013).
Pterygium merupakan salah satu penyakit okular eksternal dengan prevalesi
berkisar antara 0,3% hingga 36,6% di dunia (Anbesse et.al, 2017).

Prevalensi pterygium di Indonesia pada kedua mata adalah 3,2%, sedangkan


pada salah satu mata hanya 1,9%.
Prevalensi tertinggi ditemui pada kelompok umur ≥70 tahun dengan 15,9%.
Menurut jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, baik pada
laki-laki maupun perempuan.
Distribusi pterygium berdasarkan pekerjaan terlihat paling tinggi pada petani
dengan 11,0% (Erry et.al, 2011).
BAB II

STATUS PASIEN
 Nama : Ny. S
 Umur : 53 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Suku : Jawa
 Kewarganegaraan : Indonesia
Identitas  Agama : Islam
Penderita  Alamat : Baturan,Colomadu,
Karanganyar, Jawa Tengah
 Tanggal pemeriksaan : 4 Januari 2019
 No. RM : 01445xxx
A. Keluhan Utama

Selaput putih pada mata sebelah kiri yang mengganjal.

Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

2 Bulan SMRS:
1 Tahun SMRS terdapat selaput
putih pada bola mata kiri yang
mengganjal sejak 1 tahun yang Hingga akhirnya pasien juga Selama ini pasien terkadang
lalu. Pasien mengaku awalnya merasa seperti ada sesuatu hanya membeli obat tetes
matanya sering terasa kering, yang mengganjal di mata yang tersedia di warung
perih dan gatal terutama jika kirinya terutama ketika namun tidak membaik.
terkena sinar matahari dan debu. menutup mata. Ganjalan itu Akhirnya pasien
Karena gatal, pasien jadi sering berupa selaput putih di bagian memeriksakan diri ke dokter.
mengucek-ngucek matanya. putih dari mata kirinya yang Keluhan lain seperti silau,
Pasien juga mengeluh kadang dirasakan semakin tebal dan pandangan double, mblobok,
matanya merah dan berair. sedikit membuat pandangan dan cekot-cekot disangkal.
Keluhan-keluhan tersebut diakui pasien kabur serta
pasien hilang timbul selama satu
memperberat keluhan nrocos,
tahun terakhir.
perih dan mata merahnya.
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat keluhan serupa : disangkal

 Riwayat hipertensi : disangkal

 Riwayat diabetes melitus : (+) sejak 5


tahun yang lalu, pasien rutin memeriksakan penyakitnya.

Anamnesis  Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

 Riwayat operasi mata : disangkal

 Riwayat kacamata : disangkal


 Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluhan serupa : disangkal


Anamnesis  Riwayat hipertensi : disangkal

 Riwayat diabetes melitus : disangkal


OD OS
Proses - Pertumbuhan jaringan

Simpulan Lokasi
Sebab
-
-
Konjungtiva bulbar
Paparan sinar matahari,

Anamnesis Perjalanan -
debu, udara kering
Kronis
Komplikasi - Gangguan penglihatan
 Kesan Umum
Keadaan umum baik, compos mentis,
gizi kesan cukup

 Vital Sign
Pemeriksaan TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/menit
HR : 72 x/menit t : 36.6°C

TB : 150cm BB : 50 kg
OD OS
A. Visus Sentralis
1.Visus Sentralis jauh 6/6 6/15
a. Pinhole Tidak dilakukan 6/7
a. Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
a. Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan 2.Visus Sentralis Dekat


B. Visus Perifer
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan


1. Konfrontasi Tes
lapang pandang lapang pandang

1. Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan


1. Proyeksi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
1. Sekitar mata OD OS
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. luka Tidak ada Tidak ada
c. parut Tidak ada Tidak ada
d. kelainan warna Tidak ada Tidak ada
e. kelainan bentuk Tidak ada Tidak ada
2. Supercilia
a. warna Hitam Hitam
b. tumbuhnya Normal Normal

Pemeriksaan c. kulit
d. gerakan
Sawo matang
Dalam batas normal
Sawo matang
Dalam batas normal
3. Pasangan bola mata dalam
orbita
a. heteroforia Tidak ada Tidak ada
b. strabismus Tidak ada Tidak ada
c. pseudostrabismus Tidak ada Tidak ada
d. exophtalmus Tidak ada Tidak ada
e. enophtalmus Tidak ada Tidak ada
4. Ukuran bola mata
a. mikroftalmus Tidak ada Tidak ada
b. makroftalmus Tidak ada Tidak ada
c. ptisis bulbi Tidak ada Tidak ada
d. atrofi bulbi Tidak ada Tidak ada
5. Gerakan bola mata
a. temporal Tidak terhambat Tidak terhambat
b. temporal superior Tidak terhambat Tidak terhambat

Pemeriksaan c. temporal inferior


d. nasal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
Tidak terhambat
e. nasal superior Tidak terhambat Tidak terhambat
f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) blefaroptosis Tidak ada Tidak ada
4.) blefarospasme Tidak ada Tidak ada
b. gerakannya
1.) membuka Tidak tertinggal Tidak tertinggal
2.) menutup Tidak tertinggal Tidak tertinggal
c. rima
1.) lebar 10 mm 10 mm
2.) ankiloblefaron Tidak ada Tidak ada
3.) blefarofimosis Tidak ada Tidak ada
d. kulit

Pemeriksaan 1.) tanda radang


2.) warna
Tidak ada
Sawo matang
Tidak ada
Sawo matang
3.) epiblepharon Tidak ada Tidak ada
4.) blepharochalasis Tidak ada Tidak ada
e. tepi kelopak mata
1.) enteropion Tidak ada Tidak ada
2.) ekteropion Tidak ada Tidak ada
3.) koloboma Tidak ada Tidak ada
4.) bulu mata Dalam batas normal Dalam batas normal
7. sekitar glandula lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak ada
c. tulang margo tarsalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
8. Sekitar saccus lakrimalis
a. tanda radang Tidak ada Tidak ada
b. benjolan Tidak ada Tidak Ada

Pemeriksaa 9. Tekanan intraocular


a. palpasi Kesan normal Kesan normal

n b. NCT
10. Konjungtiva
17 16

a. konjungtiva palpebra superior


1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) sekret Tidak ada Tidak ada
4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
b. konjungtiva palpebra
inferior
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) sekret Tidak ada Tidak ada
4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
c. konjungtiva fornix
1.) edema Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaa
2.) hiperemi Tidak ada Tidak ada
3.) sekret Tidak ada Tidak ada
4.) benjolan Tidak ada Tidak ada

n d. konjungtiva bulbi
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada
3.) sekret Tidak ada Tidak ada
4.) injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
5.) injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
6.) benjolan Tidak ada Selaput segitiga
berwarna putih
(+)
e. caruncula dan plika
semilunaris
1.) edema Tidak ada Tidak ada
2.) hiperemis Tidak ada Tidak ada
3.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
11. Sklera
a. warna Putih Putih
b. tanda radang Tidak ada Tidak ada
c. penonjolan Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaa 12. Kornea


a. ukuran 12 mm 12 mm

n b. limbus
c. permukaan
d. sensibilitas
jernih
Rata, mengkilat
Normal
Jernih
Rata, mengkilat
Normal
e. keratoskop ( placido ) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. fluorecsin tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
g. arcus senilis Tidak ada Tidak ada
13. Kamera okuli
anterior

a. kejernihan Jernih Jernih


b. kedalaman Dalam Dalam
14. Iris
a. warna Cokelat Cokelat
b. bentuk Tampak lempengan Tampak lempengan
c. sinekia anterior Tidak tampak Tidak tampak
d. sinekia posterior Tidak tampak Tidak ada
15. Pupil
a. ukuran 3 mm 3 mm

Pemeriksaa b. bentuk
c. letak
d. reaksi cahaya langsung
Bulat
Sentral
Positif
Bulat
Sentral
Positif

n e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
Tidak ada kelainan

Ada
Tidak ada kelainan

Ada
b. kejernihan Jernih Jernih
c. letak Sentral Sentral
e. shadow test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

a. Reflek Tidak dilakukan Tidak dilakukan


fundus
OD OS
A. Visus Sentralis Dalam batas normal Terdapat kelainan refraksi
yang belum terkoreksi
A. Visus perifer Dalam batas normal Dalam batas normal
A. Sekitar mata Dalam batas normal Dalam batas normal
A. Supercilium Dalam batas normal Dalam batas normal
A. Pasangan bola Dalam batas normal Dalam batas normal

Simpulan A.
mata dalam orbita
Ukuran bola mata Dalam batas normal Dalam batas normal
Pemeriksaan A. Gerakan bola Dalam batas normal Dalam batas normal
mata
A. Kelopak mata Dalam batas normal Dalam batas normal
A. Sekitar saccus Dalam batas normal Dalam batas normal
lakrimalis
A. Sekitar glandula Dalam batas normal Dalam batas normal
lakrimalis
A. Tekanan Dalam batas normal Dalam batas normal
intarokular
A. Konjungtiva Dalam batas normal Dalam batas normal
palpebra
A. Konjungtiva bulbi Dalam batas normal Terdapat selaput
segitiga berwarna putih
A. Konjungtiva Dalam batas normal Dalam batas normal
fornix
A. Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal
A. Kornea Dalam batas normal Dalam batas normal
A. Camera okuli Dalam batas normal Dalam batas normal
anterior
A. Iris Bulat, warna coklat Bulat, warna coklat
A. Pupil Diameter 3 mm, bulat, Diameter 3 mm, bulat,
sentral sentral
A. Lensa Jernih Jernih
A. Corpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gambar
Klinis
Gambar
Klinis
Gambar
Klinis
 Diagnosis Banding
OS Pterygium Grade II
OS Pseudopterygium
OS Pinguekula

Diagnosis  Diagnosis
OS Pterygium Grade II
 Nonmedikamentosa
1. Edukasi mengenai penyakit, terapi, dan
prognosis
2. Meminimalisir paparan langsung sinar
matahari pada mata yang sakit saat aktivitas di
luar ruangan.
3. Pasien bisa menggunakan kacamata ataupun
Terapi topi untuk melindungi dari paparan sinar
matahari.
4. Menjaga kebersihan mata.
 Medikamentosa
Avulsi Pterygium dan graft
OD OS
1. Ad vitam Bonam Dubia

Prognosis 2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
Bonam
Bonam
Dubia
Dubia
4. Ad kosmetikum Bonam Dubia
BAB III

TINJAUAN
PUSTAKA
 lapisan tipis mukosa translusen dengan
pembuluh darah,
 menutupi bagian bola mata yang
membentuk permukaan mata, dan
Anatomi bagian samping kelopak mata
Konjungtiva  Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian : 1)
Konjungtiva bulbi, 2) konjungtiva
palpebra dan 3) konjungtiva forniks
 Fungsi konjungtiva :
 melubrikasi dan menjaga
kelembaban mata bagian depan,

 melubrikasi dan menjaga


kelembaban permukaan kelopak mata

 melindungi mata dari debu, kotoran


dan mikroorganisme penyebab infeksi

 memiliki banyak pembuluh darah


kecil yang menyediakan nutrisi untuk
mata dan kelopak mata
 Definisi
Pertumbuhan fibrovaskuler berbentuk
sayap atau triangular pada konjuntiva
Pterigium bulbi dan dapat meluas dengan puncak
mengarah ke kornea
 Insidensi pterigium meningkat pada daerah tropis
 Sering pada : usia tua (tertinggi pada >40 tahun),
laki-laki,
aktivitas luar ruangan
paparan sinar matahari yang tinggi
 lebih tinggi di daerah pedesaan daripada di
Epidemiologi perkotaan
 Di Indonesia :
Pterigium Bilateral : Sumatera Barat 9,4%
Pterigium Unilateral : NTB 4,1%
Sering pada Petani
Terbanyak pada >70 tahun
 Etiologi belum dapat dijelaskan secara
pasti
 faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian pterigium:
 Paparan sinar ultraviolet,
Etiologi dan termasuk hidup di daerah tropis
dan subtropis
Faktor Risiko  Paparan dari debu, angin, pasir
 Pekerjaan di luar ruangan
 Inflamasi
 Permukaan mata yang kering
 Faktor ekstrinsik
 Debu
 Paparan sinar matahari

Patofisiologi  Iklim dan cuaca


 Faktor Intrinsik
(1)  Usia
 Genetik
 Konsep patogenesis awal

Proses
Menghambat Overproduksi
Paparan UV kolagenase
p53 apoptosis TGF-beta
meningkat

Patofisiologi
(2) Proliferasi
jaringan
granulasi
vascular
Degenerasi
elastoic jaringan
subkonjungtiva
Muncul jaringan
subepitelial
fibrovascular
Terjadi
imbalansi
kolagen dan
degenerasi
Gambaran
Klinis
• Caput (A)

• Apeks (bagian apikal yang muncul pada kornea) (B)

• Collum (bagian limbal)

• Corpus (bagian sklera) membentang antara limbus dan kantus (C)


Gambaran Pterigium Nasalis

Klinis

Pterigium Temporalis
Anamnesis:
 Mata mengganjal
 Panas

Dasar  Gatal
 Nrocos setelah bekerja di luar
Diagnosis
 Mata cepat merah
 Pandangan dobel
Pemeriksaan Fisik
 Didapatkan adanya penonjolan daging
Dasar  Nasal – korneal / Temporal – korneal
Diagnosis  Stadium
 Pseudopterigium
Dapat disebabkan
 Ulkus kornea perifer
 Inflamasi pada permukaan okuli seperti
Diagnosis konjungtivitis sikatriks,

Banding  Trauma yang disebabkan luka bakar


atau bahan kimia,
 Iritasi kronis akibat pergerakan lensa
kontak dengan lubrikasi yang kurang
pada permukaan kornea.
 Pinguecula
Merupakan bintik atau benjolan
Diagnosis berwarna kuning pada konjungtiva yang
berasal dari timbunan lemak, kalsium,
Banding atau protein.
 Metode utama dalam penatalaksanaan
pterigium adalah dengan pembedahan
eksisi.

 Terapi konservatif meliputi penggunaan


Terapi air mata buatan atau salep mata lubrikan
untuk memberikan rasa nyaman.
 Antiinflamasi topikal jangka pendek
juga dapat berguna untuk pterigium
yang menimbulkan inflamasi.

Terapi
 Rekurensi tinggi  terapi kombinasi
pembedahan, radioterapi, kemoterapi,
graft
 Pterigium yang tidak diterapi dapat
tumbuh dan meliputi permukaan kornea,
mengganggu fungsi pengelihatan, dan
menyebabkan rasa tidak nyaman yang
sangat pada penderita.

Komplikasi  Pterigium yang telah mendapatkan


terapi pembedahan dapat muncul
kembali, namun dapat diatasi dengan
pembedahan ulang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai