Anda di halaman 1dari 16

PENGURANGAN RESIKO INFEKSI

MELALUI 6 LANGKAH CUCI


TANGAN
KELOMPOK 3

1. Siti Halimatus Sa’diyah 16-118


2. Ayu Parahita Ramadani 16-128
3. Febria Marfuatul F. 16-136
4. Ubaidillah Ustman 16-149
5. Alvinda Apriliatul J. 16-153
6. Gevin Yensya 16-164
7. Dwi Wahyuni 16-174
8. Faridatul Khasanah 16-180
5 ISU PENTING YANG TERKAIT DENGAN
KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT, YAITU:

1. keselamatan pasien
2. keselamatan petugas kesehatan
3. keselamatan bangunan dan peralatan di rumah
sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas
4. keselamatan lingkungan yang berdampak
terhadap pencemanaran lingkungan dan
5. keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit
(Susilo, 2015).
Keselamatan pasien saat ini telah menjadi isu
global. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien, terdapat 6 sasaran
keselamatan pasien salah satunya adalah
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan. Penyakit infeksi masih merupakan
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah
infeksi nosokomial (INOS). Infeksi ini
menyebabkan 5000 kematian dan menjadi beban
nasional jutaan dolar
INFEKSI
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis.
Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara
bertahan hidup dengan berkembang biak pada
suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari
reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar
atau berpindah. (Darmadi, 2008)
UPAYA MENGURANGI INFEKSI DENGAN 6
LANGKAH CUCI TANGAN

Pengertian Cuci Tangan


 Menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan
merupakan teknik dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.

 Cuci tangan adalah proses membuang kotoran


dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah
tangan dengan memakai sabun dan air.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran
dan debu secara mekanis dari permukaan kulit
dan mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara (Dahlan dan Umrah, 2013).
Tujuan Cuci Tangan
 Menjaga kondisi tangan tetap bersih dan
mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi
silang (Cross Infection). Tindakan membersihkan
tangan yang bertujuan untuk menghilangkan
kotoran, organik material, atau mikroorganisme
yang menempel pada tangan (WHO, 2009).
Lima momen cuci tangan adalah :
 Sebelum menyentuh pasien.
 Sebelum melakukan tindakan aseptik.

 Setelah menyentuh pasien.

 Setelah terpapar cairan tubuh pasien.

 Setelah menyentuh lingkungan di sekitar pasien


6 langkah tepat cuci tangan
Menurut Depkes sesuai dengan WHO (2009) Enam
langkah cuci tangan adalah gerakan cuci tangan
dengan urutan sebagai berikut:

 Gosokkan kedua telapak tangan.


 Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung
tangan kiri dan sebaliknya.
 Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari saling
menyilang. 4. Gosokkan ruas tangan.
 Gosokkan ibu jari kanan secara melingkar di dalam
telapak tangan kiri yang berada dalam posisi
mengepal dan sebaliknya.
 Gosokkan ujung jari tangan kiri di telapak tangan
kanan dan sebaliknya.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam muncuci tangan:

Sebelum dan sesudah melakukan mencuci tangan, terdapat hal – hal


yang perlu diperhatikan agar tujuan dari mencuci tangan dapat
tercapai, yaitu:

1. Kuku
Kuku harus dalam keadaan bersih dan pendek

2. Perhiasan dan aksesoris


Tidak diperkenan memakai perhiasan seperti cincin pada jari

3. Kosmetik
Kosmetik seperti cat kuku tidak diperkenankan

4. Penggunaan tisu
Pengeringan tangan sebaiknya memakai tisu sekali pakai karena
hasilnya lebih kering dan dapat dipakai sebagai pelindung saat
menutup kran.
Hambatan – hambatan pada cuci tangan

Terdapat berbagai alasan mengapa petugas


kesehatan tidak melakukan cuci tangan yang
harus dilakukan untuk melindungi pasien dan
dirinya sendiri, yaitu: (Kampf, 2009)
 Kurangnya pengetahuan.

 Kurangnya fasilitas.

 Kurangnya waktu.

 Iritasi kulit atau masalah kulit.


STANDAR SKP 5
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
menggunakan dan melaksanakan evidence-based
hand hygiene guidelines untuk menurunkan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan.
MAKSUD DAN TUJUAN SKP 5
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan.
Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi
keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara
umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua
unit layanan kesehatan. Upaya terpenting menghilangkan
masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan
menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman
kebersihan tangan (hand hygiene) tersedia di World Health
Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi pedoman
kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk
dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Staf diberi pelatihan
bagaimana melakukan cuci tangan dengan benar dan
prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta handuk
sekali pakai (towel), tersedia di lokasi sesuai pedoman.
TINDAKAN YANG DILAKUKAN:
 Fasilitas pelayanan Kesehatan
mengadopsi atau mengadaptasi pedoman
 hand hygiene terbaru yang diterbitkan
dan sudah diterima secara umum.
 Fasilitas pelayanan Kesehatan
menerapkan program hand hygiene yang
efektif.
 Kebijakan dan/atau prosedur
dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
ELEMEN PENTING PENILAIAN SKP 5
 Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene)
yang mengacu pada standart WHO terkini.

 Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand


hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi.

 Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai prosedur.

 Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan.

 Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan


regulasi.

 Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya


menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan.
LANGKAH MENCAPAI SKP
 Rumah sakit menetapkan regulasi sitem pelaporan insiden internal
dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

 Ada bukti unit kerja telah melaporkan insiden keselamatan pasien.

 Rumah sakit mengintegrasikan pelaporan kejadian dan pengukuran


mutu agar solusi serta perbaikan yang dilakukan terintegrasi.

 Ada bukti rumah sakit telah melaporan insiden keselamatan pasien


setiap 6 bulan kepada representasi pemilik dan bila ada kejadian
sentinel telah dilaporkan di setiap kejadian.

 Ada bukti rumah sakit telah melaporkan insiden keselamatan


pasien kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien sesuai dengan
peraturan perundang – undangan.

Anda mungkin juga menyukai