MEDIKAL BEDAH
1.Oktaviana Chyntiana P. P27820413018
2.Mochammad Suhartommy P27820413019
3.Ika Nurun Niharoh P27830413020
4.Yulia Kristiani P27820413021
5.Lisa Nadia Maulida P27820413022
6.Nur Riza Retnaini P27820413023
7.Bagus Eko Widianto P27820413024
8.Irwan Listio Nugroho P27820413025
9.Tomy Anggi Baktiar P27820413026
10.Fika Puji Narianti P27820413027
11.Julia Wida Yulianti P27820413028
12.Dian Setia Nigrum P27820413029
13.Andini Nur Hidayah P27820413030
14.Moch. Rio Primadaru P27820413031
15.Dimas Maula Ulya P27820413032
16.Elly Purnamasari P27820413033
ANATOMI FISIOLOGI LAMBUNG
Gambar: Anatomi Lambung
Fisiologi Lambung
Lambung (ventrikulus), merupakan kantung besar dibawah kiri rusuk terakhir,
terdiri atas tiga bagian, bagian atas yang berdekatan dengan hati disebut kardiak, di
tengah membulat disebut fundus, dan bagian bawah dekat usus disebut pilorus. Seluruh
bagian dalam lambung menghasilkan asam chlorida. Akibat gerak peristaltik makanan
diubah menjadi seperti bubur getah lambung dinamakan chym.
Asam dalam lambung dapat membunuh kumankuman yang turut masuk ke
dalam, sehingga menggiatkan kerja getah lambung. Getah lambung mengandung
pepsinongen yang belum aktif bekerja, oleh asam cholrida pepsinogen tersebut diaktifkan
menjadi pepsin. Selain itu berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari lambung
masuk ke dalam usus. Pengaturan dimungkinkan oleh kedua bagian otot pilorus.
Lambung tersusun juga atas 4 lapisan, yakni :
1.Tunika Serosa (Lapisan luar)
bagian dari peritonium viseralis
2.Muskularis
memecah makanan menjadi partikelpartikel yang kecil, mengaduk, dan
mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah
duodenum
3.Submukosa
memungkinkan mukosa bergerak
peristaltik
mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.
4.Mukosa
mukosa = ruggae
memungkinkan terjadinya distensi lambung sewaktu diisi makanan.
DEFINISI ULKUS PEPTIKUM
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga
sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner
and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum adalah erosi mukodsa saluran GI yang disebabkan oleh terlalu
banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada esofagus,
lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
ETIOLOGI
Penyebab khususnya diantaranya :
1.Infeksi bakteri H. pylori
bakteri mampu melakukan penetrasi sawar mukosa
2.Peningkatan sekresi asam
factor psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.
3.Konsumsi obatobatan
Obat – obat seperti OAINS/obat antiinflamasi nonsteroid seperti indometasin,
ibuprofen, asam salisilat
4.Stres fisik
5.Refleks usus lambung
6.Alkohol
7.Genetik
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri
2. Pirosis (nyeri ulu hati)
3. Muntah
4. Konstipasi dan perdarahan
KOMPLIKASI
Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya
adalah :
1.Hemoragi : dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak feses positif
2.Perforasi : dibuktikan oleh awitan tibatiba dari nyeri hebat disertai dengan abdomen
kaku seperti papan dan gejala syok
3.Obstruksi : komplikasi ini lebih umum pada usus duodenal yang terletak dekat pilorus,
di sebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan jaringan
parut dari ulkus yang berulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi)
2. Pemeriksaan dengan barium
3. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
4. Analisis lambung
5. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen.
TERAPI DAN PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (tagamet), ranitidin (zantac),
famotidin (pepcid), nizatidin (axid).
Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (maalox atau mylanta), atau
antasida aluminium hidroksida (amphojel atau alternangel),
Sukralfat (carafate), membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk
mempercepat penyembuhan
Antikolinergik seperti propantelin bromida (probanthinne)
Antibiotik
Misoprostol, untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obatobat anti
peradangan nonsteroid
2.Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok, penghentian obat
ulserogenik sementara ulkus masih aktif
3.Modifikasi diet
4.Penatalaksanaan stres
5.Pembedahan bila komplikasi terjadi :
Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung)
Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asam hidroklorik)
dengan piroloplasti
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ULKUS PEPTIKUM
Pengkajian Data Dasar
1. Riwayat atau adanya faktor risiko :
Riwayat garis pertama keluarga tentang ulkus peptikum
Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung (sebagai contoh, aspirin,
sterois, atau indometasin)
Perokok berat
Pemajanan pada stress emosi kronis
2. Pengkajian fisik
Nyeri epigastrik
nyeri terjadi 23 jam setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah
Nyeri dapat digambarkan sebagai nagging, tumpul, sakit atau rasa terbakar
sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stress emosi
Penurunan berat badan
Perdarahan sebagai hematemesis atau melena (bila ulkus aktif)
3. Pemeriksaan diagnostik
4. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam praperawatan di
rumah sakit
5. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi,
rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan
perawatan diri preventif
6. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkan
stres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Perencanaan Keperawatan
1.Dx. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus
Intervensi:
Berikan terapi obatobatan sesuai program:
a. Antagonis histamine
b. Garam antibiotic /bismuth
c. Agen sitoprotektif
d. Inhibitor pompa proton
e. Antasida
f. Antikolinergik
Anjurkan menghindari obatobatan yang dijual bebas
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman yang mengiritasi lapisan
lambung, kafein dan alkohol.
Anjurkan pasien untuk menggunakan makan dan kudapan pada interval yang teratur.
Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
2. Dx. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan
otot
Intervensi:
Anjurkan aktivitas ringan dan perbanyak istirahat
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang ditolerir, bantu jika
keletihan terjadi
3. Dx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
Intervensi:
Anjurkan makanmakanan dan minuman yang tidak mengiritasi
Anjurkan makanan dimakan pada jadwal waktu teratur, hindari kudapan sebelum
waktu tidur
Dorong makanan pada lingkungan yang rileks
4. Dx. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Intervensi:
Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar dari pasien.
Ajarkan informasi yang diperlukan:
Gunakan katakata sesuai tingkat pengetahuan pasien
Pilih waktu kapan pasien paling nyaman berminat.
Batasi sesi penyuluhan sampai 30 menit atau kurang
Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat diatasi
Evaluasi
1. Dx. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.
Evaluasi
S : Pasien mengatakan bahwa nyerinya telah berkurang.
O : P: Trauma jaringan dan reflex spasme otot
Q: Tumpul
R: Epigastrum dan punggung
S: 5
T :23 jam setelah makan
A : Tujuan tercapai,masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
2. Dx. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan
otot
Evaluasi
S : Pasien mengatakan bahwa dia sudah dapat melakukan aktivitas sendiri
O : TTV normal, pasien terlihat tidak lemas lagi
A : tujuan tercapai,masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
3. Dx. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah
Evaluasi
S: Pasien mengatakan dia sudah memiliki tenaga
O: BB stabil
A: tujuan tercapai,masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
4. Dx. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Evaluasi
S: Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan tidak
merasa cemas lagi.
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi penjelasan dan saat ditanya pasien bisa
menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
TERIMA KASIH