Anda di halaman 1dari 45

A Manager’s Guide to

Government in the
Marketplace
Dipresentasikan oleh :

Totok Wijonarko 18REG73118


Yosep Krisnadi 18REG73126

Master of Management
Faculty of Economics and Business
Accredited by: Member of:

1
TUJUAN PEMBELAJARAN
TP 1 Mengidentifikasi empat sumber kegagalan pasar

TP 2 Menjelaskan mengapa kekuatan pasar mengurangi kesejahteraan


social dan mengidentifikasi dua jenis kebijakan pemerintah yang
bertujuan untuk mengurangi kerugian beban baku (dead weight loss)

TP 3 Menunjukkan mengapa eksternalitas dapat menyebabkan pasar


persaingan menghasilkan jumlah barang dan jasa yang tidak efisien
secara social; menjelaskan bagaimana kebijakan pemerintah, seperti
Clean Air Act, dapat meningkatkan alokasi sumber daya

TP 4 Menunjukkan mengapa pasar persaingan gagal dalam menghasilkan


barang public pada tingkat yang efisien secara social; menjelaskan
bagaimana pemerintah dapat mengurangi inefisiensi tersebut

TP 5 Menjelaskan mengapa informasi yang tidak lengkap membahayakan


efisiensi pasar, dan mengidentifikasi lima kebijakan pemerintah yang
bertujuan mengurangi permasalahan tersebut

TP 6 Menjelaskan mengapa upaya pemerintah untuk mengatasi kegagalan


pasar dapat menyebabkan inefisiensi tambahan karena adanya
aktivitas “rent-seeking” 14-2
OVERVIEW
I. Market Failure
 Market Power
 Externalities
 Public Goods
 Incomplete Information

II. Rent Seeking


III. Government Policy and International
Markets
 Quotas
 Tariffs
 Regulations 14-3
MARKET POWER
Market power (kekuatan
pasar) merupakan
kemampuan perusahaan P
untuk menetapkan harga di Deadweight
atas MC Loss
MC
Perusahaan yang mempunyai
kekuatan pasar cenderung PM
memproduksi tingkat output
yang tidak efisien secara PC
social.
 Terlalu sedikit output MC

 Harga melebihi MC
D
 Menimbulkan kerugian
beban baku (Deadweight
loss) QC Q
Q M
MR
14-4
ANTITRUST POLICIES
Administered by the DOJ and FTC
Goals:
 To eliminate deadweight loss of monopoly and
promote social welfare.
 Make it illegal for managers to pursue
strategies that foster monopoly power.

14-5
SHERMAN ACT (1890)
Sections 1 and 2 prohibits price-fixing,
market sharing and other collusive
practices designed to “monopolize, or
attempt to monopolize” a market.

14-6
UNITED STATES V. STANDARD
OIL OF NEW JERSEY (1911)
Charged with attempting to fix prices of petroleum
products. Methods used to enhance market power:
 Physical threats to shippers and other producers.
 Setting up artificial companies.
 Espionage and bribing tactics.
 Engaging in restraint of trade.
 Attempting to monopolize the oil industry.

Result 1: Standard Oil dissolved into 33


subsidiaries.
Result 2: New Supreme Court Ruling the rule of
reason.
 Stipulates that not all trade restraints are illegal, only those that
are unreasonable are prohibited.

Based on the Sherman Act and the rule of reason,


how do firms know a priori whether a particular 14-7
CLAYTON ACT (1914)
Makes hidden kickbacks (brokerage
fees) and hidden rebates illegal.
Section 3 Prohibits exclusive dealing
and tying arrangements where the
effect may be to “substantially lessen
competition.”

14-8
CELLAR-KEFAUVER ACT
(1950)
Amends Section 7 of Clayton Act.
Strengthens merger and acquisition
policies.
Horizontal Merger Guidelines
 Market Concentration
 Herfindahl-Hirschman Index: HHI = 10,000 S wi2
 Industries in which the HHI exceed 1800 are generally deemed “highly concentrated”.
 The DOJ or FTC may, in this case, attempt to block a merger if it would increase the HHI by
more than 100.

14-9
ANTITRUST POLICIES
(INDONESIA)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
2010 Tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha Dan
Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan
Terjadinya Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Praktek Persaingan Usaha di Indonesia diawasi oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), sebagai lembaga independen
yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah dan pihak
lain. Komisi ini bertanggung jawab kepada Presiden.
Anggota Komisi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan sekurang-kurangnya
7 (tujuh) orang anggota.
Anggota Komisi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
14-10
Tujuan ditetapkannya UU Nomor 5 Tahun 1999 dan
PP Nomor 57 Tahun 2010 :

 menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi


ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat;
 mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui
pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil;
 mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha;
 terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan
usaha.

14-11
UU Nomor 5 Tahun 1999 dan PP Nomor 57 Tahun
2010 melarang perjanjian, kegiatan, dan
penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan
perusahaan yang berdampak merugikan konsumen :

 Perjanjian yang dilarang meliputi: oligopoli, penetapan


harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust,
oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan
perjanjian dengan pihak luar negeri
 Kegiatan yang dilarang meliputi: monopoli, monopsoni,
penguasaan pasar, dan persekongkolan
 Posisi dominan yang dilarang meliputi: jabatan rangkap,
pemilikan saham, penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan.

14-12
Contoh kasus perusahaan di Indonesia yang dikenai
denda oleh KPPU akibat praktek monopoli :

Pada bulan September 2016, KPPU memutus perkara


monopoli pasar yang dilakukan PT Forisa Nusapersada,
perusahaan minuman serbuk merek Pop Ice, dengan
denda sebesar Rp 11,4 miliar. Perusahaan tersebut
terbukti menghambat pelaku usaha pesaingnya untuk
memasarkan produknya di seluruh pasar di Indonesia.
Modus yang dilakukan PT Forisa adalah dengan cara
mewajibkan kios minuman dan toko di pasar untuk tidak
menjual produk minuman serbuk lainnya seperti Milkjuss,
S’Café, dan Camelo dengan menjanjikan hadiah berupa
satu renceng Pop Ice, kaos, dan blender. Selain itu PT
Forisa juga membuat perjanjian kontrak eksklusif dengan
pemilik kios minuman dan toko di pasar untuk melarang
menjual produk minuman serbuk kemasan/merk lainnya.

14-13
Current issue :

 Pemerintah dan DPR saat ini sedang menggodog draft revisi UU


Nomor 5 Tahun 1999
 Pokok-pokok perubahan dalam draft revisi:
 Denda dikenakan berdasarkan persentase (5% s.d. 30%)
selama masa monopoli (yang tadinya berupa denda
berdasarkan nilai nominal, maksimal Rp 25 miliar)
 Perlibatan polisi untuk memeriksa pihak perusahaan yang
diduga melakukan praktek persaingan usaha tidak sehat
 Larangan kepemilikan saham mayoritas di beberapa
perusahaan sejenis
 Merger perusahaan harus mendapatkan ijin dari KPPU.

14-14
PERATURAN PENETAPAN
HARGA
Dengan adanya skala ekonomi yang besar (economies of scale), seperti
halnya untuk perusahan utilitas (misalnya listrik), dimungkinkan bahwa
sebuah perusahaan tunggal dapat melayani pasar. Dalam hal ini
pemerintah mengijinkan suatu perusahaan untuk bertindak sebagai
monopoli, namun penetapan harganya diatur untuk mengurangi kerugian
beban baku (deadweight loss).

14-15
REGULATING MONOPOLIES:
MARGINAL-COST PRICING
P

MC

PM

PC
Effective Demand

MR
QM QC Q

14-16
PROBLEM 1 WITH
MARGINAL-COST PRICING:
POSSIBILITY OF ATC > P C
P

MC

PM
ATC ATC
PC

MR
QM QC Q

14-17
PROBLEM 2 WITH MARGINAL-
COST PRICING: REQUIRES
KNOWLEDGE
P
OF MC
Deadweight loss
after regulation MC

PM
Deadweight loss
prior to regulation

PReg
Effective Demand
MR
QReg QM Q* Q

Shortage
14-18
EXTERNALITIES
A negative externality is a cost borne
by people who neither produce nor
consume the good.
Example: Pollution
 Caused by the absence of well-defined property rights.

Government regulations may induce


the socially efficient level of output by
forcing firms to internalize pollution
costs
 The Clean Air Act of 1970.

14-19
REGULASI TERKAIT
EXTERNALITIES DI INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pokok-pokok pengaturan:
 Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup (air,
udara, dan gangguan lingkungan lain) diukur berdasarkan
mutu baku
 Setiap usaha yang berdampak pada lingkungan wajib
menyertakan analisis amdal
 Izin dari instansi yang berwenang (pemerintah pusat dan
daerah)
 Setiap orang yang melakukan pencemaran wajib melakukan
penanggulangan dan pemulihan lingkungan
 Pengenaan sanksi administratif, denda, dan pencabutan izin
usaha

14-20
SOCIALLY EFFICIENT
EQUILIBRIUM: INTERNAL
AND EXTERNAL COSTS
P
Socially efficient equilibrium

MC external + internal

PSE MC internal
PC
MC external

Competitive
D
equilibrium

QSE QC Q

14-21
Contoh soal:
Misalkan biaya marginal eksternal dari
memproduksi baja adalah MCexternal = 3Q dan
biaya marginal internal adalah Mcinternal = 6Q.
Permintaan invers untuk baja adalah P = 100 –
Q.
1. Berapa tingkat keluaran yang efisien secara
sosial?
2. Berapa banyak keluaran yang industry
kompetitif akan hasilkan?
3. Berapa banyak keluaran yang industry
monopoli akan hasilkan?

14-22
JAWABAN :
1. Tingkat keluaran yang efisien secara social terjadi saat biaya marginal
untuk masyarakat dari memproduksi unit lainnya sama dengan
permintaan. Biaya sosial marginal adalah
MCsosial = MCeksternal + MCinternal

= 3Q + 6Q
= 9Q
menyamakan persamaan dengan harga menghasilkan
9Q = 100 – Q
Q = 10 unit
2. Industri yang kompetitif berproduksi pada tingkat saat MC=P
6Q = 100 – Q
maka Q = 14,3. Dengan demikian industry yang kompetitif menghasilkan
terlalu banyak baja karena mengabaikan biaya sosial yang dibayarkan
akibat polusi.
3. Monopoli berproduksi pada tingkat saat MR = MCinternal . Karena MR = 100 –
2Q, maka 100 – 2Q = 6Q atau Q = 12,5 unit. Dengan demikian 14-23
PUBLIC GOODS (BARANG
PUBLIK)
Barang yang dalam mengkonsumsinya bersifat nonrival dan
nonexclusionary.

 Nonrival: suatu barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang maka tidak
menghalangi orang lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut.
 Contoh: signal radio, pertahanan negara, jalan raya

 Nonexclusionary : suatu barang atau jasa sekali disediakan maka tidak


tidak ada seorang pun yang dikecualikan dari mengkonsumsi barang
atau jasa tersebut.
 Contoh: udara bersih

“Free Rider” Problem


 Sesorang yang punya sedikit dorongan untuk membeli atau
menyediakan barang karena sifat nonrival & nonexclusionary dari
barang tersebut.

14-24
Ilustrasi
Tiga orang tinggal di satu lingkungan: A, B, C yang membutuhkan lampu
penerangan jalan. Masing-masing orang mempunya fungsi permintaan
invers (yang mengungkap seberapa besar setiap orang menilai keberadaan
lampu penerangan jalan) masing-masing P A=30-Q, PB=30-Q, PC=30-Q. Maka
permintaan total lampu penerangan jalan adalah penjulmlahan dari ketiga
fungsi permintaan masing-masing orang, sehingga P A + PB + PC = 90-3Q. Jika
diasumsikan biaya marginal penyediaan lampu adalah $54 per lampu, maka
secara aljabar jumlah lampu yang efisien secara sosial adalah setara
dengan 54=90-3Q. Dengan demikian jumlah lampu (Q)=12.
Karena biaya marginal penyediaan lampu berada di atas kurva permintaan
masing-masing orang maka tidak ada seorang pun secara individu mau
membayarnya. Namun jika biaya marginal dibagi tiga (54/3=18) maka
setiap orang bersedia membayar $18 per lampu karena harga tersebut
berada di bawah kurva permintaan setiap orang.

14-25
PUBLIC GOODS
$

90
Total demand for streetlights

54 MC of streetlights

Individual
Consumer 30
Surplus
$72 18 Individual demand
for streetlights

0 12 30 Streetlights
14-26
Karena barang publik bersifat nonrival & nonexclusionary,
maka akan memunculkan adanya free-rider. Misalkan pada
contoh sebelumnya, A berpura-pura tidak membutuhkan
lampu penerangan jalan. Maka kurva yang dihadapi oleh B
dan C akan membayar lebih untuk mengadakan lampu
yaitu (54/2=27). Di sisi lain A akan menikmati lampu secara
gratis, tidak mengeluarkan uang sama sekali dan
menikmati surplus konsumen paling besar yaitu $85.5.
Apabila tindakan free-riding yang dilakukan oleh A ternyata
diikuti oleh orang yang lainnya maka pada akhirnya tidak
akan ada lampu penerangan jalan yang tersedia. Maka dari
itu peran pemerintah memecahkan permasalahan tersebut
dengan jalan pemerintah yang menyediakan barang public
dengan uang pajak yang dibayarkan oleh masyarakat.
Dengan demikian masyarakat punya peran dalam
penyediaan barang publik namun tidak secara langsung
membayarnya (karena lewat pajak).
14-27
MASALAH FREE-RIDING
$ $
Total demand
for streetlights
60

MC of streetlights
Consumer surplus
54 (A) from free-riding
=$85.5
Individual 30 30
Consumer A’s demand for
Surplus =
27 Individual 27 streetlights
$1.5
demand for
streetlights

0 3 30 Streetlights 0 3 30 Streetlights
14-28
Contoh soal:
Sebuah perusahaan memiliki 20 karyawan, masing-masing
menginginkan lingkungan kerja yang lenbih
menyenangkan. Oleh karena itu, mereka
mempertimbangkan untuk menanam tanaman di dekat
parker perusahaan. Setiap karyawan memiliki permintaan
invers untuk tanaman P=10-Q dengan Q merupakan jumlah
tanaman. Biaya marginal menanam tanaman adalah $20
masing-masing.
1. Berapa jumlah tanaman yang efisien secara sosial
untuk ditanam?
2. Berapa banyak yang setiap orang harus bayar per
tanaman untuk mencapai jumlah yang efisien?
3. Berapa banyak tanaman yang kemungkinan akan
ditanam? Jelaskan.
14-29
Jawaban:
1.Permintaan total untuk tanaman (barang publi) adalah
P=200-20Q.
Menyamakan persamaan ini dengan biaya marginal untuk
menanam tanaman menghasilkan jumlah tanaman yang
efisien secara social:
200 - 20Q = 20
Q = 9 tanaman
2. Jika setiap orang membayar penilaian marginalnya
terhadap tanaman lainnya, yang sama dengan P = 10 – 9 =
$1, maka 20 karyawan secara bersama-sama akan
membayar $20 untuk setiap tanaman.
3. Karena terdapat masalah free-riding, kemungkinan
tidak ada tanaman yang akan ditanam, kecuali boss
memberikan arahan “secara moral” dan mengumpulkan $9 14-30
INCOMPLETE
INFORMATION
Para pihak yang terlibat di dalam pasar yang
mempunyai informasi tidak lengkap (incomplete
information) tentang harga, kualitas, teknologi,
dan resiko kemungkinan besar tidak efisien (saat
bertransaksi).
Dalam situasi ini pemerintah berperan sebagai
penyedia informasi dan sebagai regulator untuk
menanggulangi inefisiensi yang disebabkan oleh
incomplete information dan/atau informasi yang
asimetris.

14-31
KEBIJAKAN PEMERINTAH GUNA
MENANGGULANGI INCOMPLETE
INFORMATION DAN INFORMASI
ASIMETRIS
Larangan praktek insider trading
Sertifikasi
Truth in lending
Kebenaran dalam periklanan (truth in
advertising)
Penegakan kontrak (contract
enforcement)

14-32
Insider Trading, adalah perdagangan saham perusahaan publik
atau surat berharga lainnya (seperti obligasi atau opsi saham) oleh
individu yang memiliki akses ke informasi non-publik tentang
perusahaan. Di berbagai negara, perdagangan berdasarkan
informasi orang dalam adalah ilegal.

Larangan praktek insider trading di Indonesia diatur dalam


Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu pada
pasal 95 dinyatakan bahwa orang dalam dari Emiten atau
Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam
dilarang melakukan pembelian atau penjualan efek, yaitu:
1. Emiten atau Perusahaan Publik
2. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten
atau Perusahaan Pubilk yang bersangkutan

Di Amerika Serikat, larangan praktek insider trading diatur dalam


section 16 of Securities and Exchange Act 1934 dan diamandemen
dengan Sarbanes-Oxley Act 2002.

14-33
Sertifikasi/perizinan. Bentuk kebijakan
pemerintah lainnya yang digunakan untuk
menyebarkan informasi dan mengurangi
informasi asimetris adalah melalui sertifikasi
ketrampilan dan/atau keaslian dokumen. Tujuan
sertifikasi adalah memusatkan biaya terkait
pengumpulan informasi (sehingga masyarakat
mendapatkan informasi yang baik dan
seimbang).
Contoh:
1. Sertifikasi/perizinan sekolah swasta
2. Sertifikasi profesi dokter gigi

14-34
Truth in Lending,
suatu hukum yang mewajibkan kreditur mengungkapkan
informasi tertentu kepada debitur secara tertulis sebelum
pelaksanaan pinjaman. Informasi tersebut mencakup
perincian dari semua biaya keuangan, total harga
pembelian, tingkat suku bunga tahunan yang dibebankan.
Tujuan dari hukum ini adalah memastikan bahwa semua
debitur diberi kesempatan untuk memahami semua aspek
terkait peminjaman uang dari kreditur tertentu sehingga
menciptakan informasi yang lebih simetris antara debitur
dan kreditur.
Contoh : Perjanjian Kredit
UU yang mengatur hal ini :
UU no 10/1998 tentang Perbankan perubahan UU 7/1992
KUHPerdata, UU 8 /1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 154

14-35
Kebenaran dalam Periklanan.
Seringkali perusahaan memiliki informasi yang
lebih baik tentang produk mereka daripada
konsumen. Hal tersebut mendorong perusahaan
untuk membuat klaim yang tidak benar (palsu)
tentang produk mereka melalui iklan sehingga
membuat konsumen terbujuk dan akhirnya
tertipu.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi,
pemerintah Indonesia melalui UU Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
melarang produsen untuk memproduksi iklan
yang mengelabuhi konsumen, memuat
informasi yang keliru, dan tidak memuat
informasi mengenain resiko produk. (pasal 17)
14-36
Penegakan Kontrak.
Bentuk kebijakan pemerintah lainnya untuk
memcahkan masalah informasi asimetris adalah
dengan penegakan kontrak. Misalnya dalam
hubungan kerja antara karyawan dan
perusahaan yang tertuang dalam kontrak.
Untuk menghindari para pihak yang terlibat
dalam kontrak berlaku oportunis, misalnya bos
perusahaan tidak membayarkan gaji karyawan,
maka pemerintah berperan dalam hal ini
membuat aturan mengenai ketenagakerjaan
yang memuat hak dan kewajiban karyawan
maupun pemberi kerja (perusahaan). Di
Indonesia masalah ketenagakerjaan diatur di
dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
14-37
RENT SEEKING
o Suatu proses dimana seseorang atau sebuah
perusahaan mencari keuntungan melalui manipulasi dari
situasi ekonomi (politik, aturan-aturan, regulasi, tariff
dll) daripada melalui perdagangan
o Merupakan praktek yang bertujuan untuk
mendapatkan MONOPOLI khususnya sumber daya
dengan cara merayu atau melobby Pemerintah
(penguasa) guna mencari perlindungan atau
mendapatkan hak guna sumber daya
o Kebijakan pemerintah akan secara keseluruhan
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak
lainnya.
o Tindakan lobi – lobi mengeluarkan dana yang besar
untuk mempengaruhi kebijakan – kebijakan pemerintah
tersebut
14-38
AN EXAMPLE:
SEEKING MONOPOLY RIGHTS
Consumer
Firm’s monetary incentive to P Surplus
lobby for monopoly rights: A A = Monopoly Profits
Consumers’ monetary
B = Deadweight Loss
incentive to lobby against
monopoly: A+B. PM

Firm’s incentive is smaller than A B MC


consumers’ incentives. PC
But, consumers’ incentives are
spread among many different D
individuals. MR
As a result, firms often QM QC Q
succeed in their lobbying
efforts. 14-39
QUOTAS AND TARIFFS
Quota
 Pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas barang
impor dan ekspor dari / ke suatu negara untuk melindungi
kepentingan industri dan konsumen.
 Mengurangi persaingan, harga menjadi tinggi untuk barang tsb dan
barang domestik bisa menghasilkan keuntungan dan industri dalam
negeri menjadi tetap eksis dan tumbuh.

Tariffs
 Lump sum tarif: biaya tetap yang dibayar oleh perusahaan
asing untuk masuk ke pasar domestik.
 Excise tarif: biaya per unit untuk setiap produk yang diimpor.
 Menyebabkan pergeseran kurva MC dengan adanya tarif tsb dan
menurunkan suplai produk impor tsb.

14-40
DAMPAK KUOTA IMPOR TDH PASAR
DOMESTIK

14-41
DAMPAK TARIF LUMP SUM THD
PERUSAHAAN LUAR NEGERI

14-42
DAMPAK TARIF LUMP SUM THD
PENAWARAN PASAR

14-43
CONTOH : PMK 33
TAHUN 2017 DIREVISI

14-44
Terima Kasih

14-45

Anda mungkin juga menyukai