Anda di halaman 1dari 45

LAKI-LAKI, 24 TAHUN DENGAN FEBRIS

HARI KEEMPAT EC DEMAM DENGUE


DD DEMAM TIFOID
Oleh :
RAFAEL BAGUS YUDHISTIRA G99172136
YAASIN RACHMAN NOOR G99181067
ASADULLAH FATHY M G99172004
WIDHA MUSTHIKA P G99182010

Pembimbing :
dr. Tatar Sumandjar, Sp.PD-KPTI, FINASIM

KEPANITERAAN KLNIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA PRESENTASI KASUS KECIL

2019
 IDENTITAS

Nama : Tn. H

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Gondangrejo, Karanganyar, Jawa tengah

No RM : 01449xxx

Suku : Jawa

Pekerjaan : Karyawan swasta

Status : Belum menikah

Tanggal Masuk : 9 Februari 2019

Tanggal Periksa : 9 Februari 2019


 KELUHAN UTAMA
Demam sejak 4 hari SMRS.

 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan muncul
secara tiba-tiba suhu badan langsung tinggi. Demam dirasakan terus menerus. Demam dirasakan
meningkat hingga pasien menggigil terutama pada malam hari. Demam dirasakan sedikit menurun
namun tidak sampai normal pada pagi-siang hari. Demam menurun dengan pemberian obat penurun
panas, tetapi demam kembali dirasakan setelah pengaruh obat habis. Demam dirasakan mengganggu
aktifitas sehingga pasien tidak dapat masuk kerja.

Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sejak 4 hari SMRS. Mual dan muntah dirasakan
bersamaan dengan demam. Mual dan muntah dirasakan hilang timbul. Mual dan muntah dirasakan
membaik dengan istirahat, memberat seiring peningkatan demam. Pasien muntah 1-2 kali sehari,
volume cairan muntah kurang lebih 5 sendok makan. Muntah berwarna kekuningan, berisi air dan sisa
makanan, muntah darah disangkal. Mual dan muntah dirasakan mengganggu aktifitas pasien. Keluhan
mual dan muntah tidak disertai dengan nyeri perut.
Pasien juga mengeluhkan lemas sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan sejak pasien mulai
demam. Keluhan lemas dirasakan terus menerus. Lemas dirasakan di seluruh badan pasien. Lemas
dirasa membaik dengan istirahat, memberat ketika demam meningkat. Lemas disertai dengan
penurunan nafsu makan. Pasien mengaku masih makan 2x/hari dengan volume 2-3 sendok makan
setiap makan berupa bubur.Pasien juga masih minum air mineral sebanyak 8-10 gelas belimbing
setiap hari.

Pasien juga mengeluhkan pusing sejak 4 hari SMRS. Pusing dirasakan sejak pasien mulai
demam. Pusing dirasakan seperti diremas-remas pada seluruh daerah kepala. Pusing dirasakan hilang
timbul. Pusing dirasa membaik dengan istirahat, memberat ketika demam meningkat. Pusing
dirasakan mengganggu aktifitas sehari-hari pasien. Keluhan pusing berputar disangkal. Keluhan
pusing pada satu sisi kepala disangkal.

Pasien juga mengeluhkan badan pegal linu. Keluhan pegal linu dirasakan sejak 4 hari SMRS.
Pegal linu dirasakan tiba-tiba. Keluhan pegal linu dirasakan di seluruh sendi dan otot tubuh. Keluhan
pegal linu dirasakan terus menerus. Keluhan pegal linu memberat terlebih ketika demam tinggi,
membaik setelah istirahat. Pegal linu dirasakan mengganggu aktifitas pasien.
Pasien juga mengeluhkan perut terasa penuh. Pasien belum BAB sejak 4 hari
SMRS, tapi masih bisa kentut. Riwayat BAB lendir darah disangkal. Riwayat BAB
cair disangkal. BAK pasien tidak ada keluhan, dengan frekuensi 4 kali per hari.
Volume urin 1-1,5 gelas belimbing setiap BAK. Urin saat BAK berwarna kuning
jernih, nyeri saat kencing disangkal, BAK kemerahan disangkal.

Keluhan mimisan dan gusi berdarah disangkal. Keluhan bintik-bintik merah


pada kulit disangkal. Pasien mengaku di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien
banyak nyamuk. Tetangga pasien jugaada yang dirawat di rumah sakit karena
penyakit demam berdarah dengue. Oleh keluarga, pasien sempat dibawa ke klinik
di dekat rumah 2 hari SMRS dan mendapat obat penurun panas serta vitamin.
Karena belum ada perbaikan, pasien dibawa ke IGD RSDM atas inisiatif pasien
dan keluarga.
 RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal  RIWAYAT PENYAKIT


KELUARGA
Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penyakit liver : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat mata kuning : disangkal Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
 POHON KELUARGA PASIEN

Keterangan :
RIWAYAT KEBIASAAN
Makan : Makan teratur 2x sehari dengan sepiring nasi, sayur
dan lauk bervariasi
Alkohol: disangkal
Merokok : disangkal
Olahraga :Futsal 1 minggu sekali
Jajan sembarangan (diluar) : 2 hari sekali

 RIWAYAT LINGKUNGAN
Riwayat kontak dengan unggas mati : disangkal
Riwayat tetangga sakit demam berdarah : (+), tetangga
jarak 3 rumah mondok karena demam berdarah pada
bulan Januari 2019
Riwayat pergi ke daerah endemik malaria : disangkal
 RIWAYAT GIZI
Pasien makan 2 kali dalam sehari. Saat sakit, porsi untuk sekali makan sepiring nasi
dengan lauk bervariasi dan sayur 2-3 sendok makan.

 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Pasien tinggal dengan kedua
orangtuanya. Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS kelas III.
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga
sekitar. Lingkungan sekitar cukup padat penduduk.
 PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital
Tensi : 130/70 mmHg
Keadaan umum: Nadi : 85 kali /menit,
Status Gizi
Tampak sakit sedang, reguler, isi dan tegangan BB : 60 kg
compos mentis, GCS cukup TB : 170 cm
E4V5M6, kesan gizi RR : 20 kali /menit, IMT : 20.76kg/m2
cukup tipe abdomino thorakal Kesan : Normoweight
Suhu : 37,4 0 C aksiler
VAS : 4 di region
epigastrium
Mata cekung (-/-), konjungtiva hiperemis (-
/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-
/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil Bentuk mesocephal, rambut
isokor dengan diameter (3 mm/3 mm),
reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-),
warna hitam, mudah rontok
strabismus (-/-), eksoftalmus (-/-) (-), luka (-), atrofi m.
Temporalis (-)

Sekret (-), darah (-), nyeri tekan


Nafas cuping hidung (-),
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
sekret (-), darah (-)

Wajah : malar rash (-), facial


flushing (+)

Mukosa kering (-), sianosis (-),


gusi berdarah (-), papil lidah JVP R+2 cm, trakea ditengah,
atrofi (-), lidah kotor (-) simetris, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran kelenjar
getah bening leher (-), leher
kaku (-)
THORAX

Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada


kanan=kiri, retraksi intercostal (-), pernafasan
abdominothorakal, sela iga melebar(-),
pembesaran kelenjar getah bening axilla (-/-)
COR
 Inspeksi : Ictus kordis tak tampak
 Palpasi : Ictus kordis tak kuat angkat
 Perkusi : Kiri bawah: SIC V 2 cm di lateral
dari Linea Mid Clavicularis Sinistra
Pinggang jantung: SIC II Linea Para
Sternalis Sinistra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para
Sternalis Dextra
Kesan: batas jantung kesan tidak
melebar
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, intensitas
normal, gallop (-), murmur (-)
ANTERIOR
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar,
iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-/-)
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri, fremitus raba
normal kanan = kiri, fremitus fokal normal kanan =
kiri
 Perkusi
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler, RBH (-), suara tambahan: (-),
RBK (-), wheezing (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler, RBH(-), suara tambahan (-)
RBK (-), wheezing (-)
POSTERIOR
 Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar,
iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
 Palpasi
- Statis : Simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-/-)
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kanan = kiri, fremitus raba
normal kanan = kiri
 Perkusi
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
- Peranjakan diafragma 5 cm

 Auskultasi
- Kanan : Suara dasar vesikuler, RBH (-), suara tambahan: (-)
- Kiri : Suara dasar vesikuler, RBH(-), suara tambahan (-)
ABDOMEN

 Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding thorak, sikatriks (-), striae (-), caput medusae (-),
ikterik (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) 5x / menit, bruit hepar (-), bising epigastrium (-)
 Perkusi :
- Timpani (+), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok (-)
- Pekak pada bawah procesus xiphoideus sepanjang 5 cm , Pekak pada BACD sepanjang 8 cm
- Timpani pada SIC VI linea aksilaris anterior kiri ,
- Splenomegali (-)
- Liver span : Jarak antara batas atas dan batas bawah hepar sepanjang 8 cm
 Palpasi :
- Distended (-), nyeri tekan (-), defans muskuler (-), massa (-)
- Shifting dullness : Tidak ada perubahan suara dari timpani ke redup
- Undulasi : tidak merasakan getaran pada dinding perut kontralateral
- Hepar : Tidak teraba
EKSTREMITAS

Superior Ka/Ki : Inferior Ka/Ki :


Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-),
akral dingin (-/-), ikterik (-/-), luka akral dingin (-/-), ikterik (-/-), luka (-/-),
(-/-), kuku pucat (+/+), spoon nail (-/- kuku pucat (+/+), spoon nail (-/-),
), clubbing finger (-/-), flat nail (-/-), clubbing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri
nyeri tekan dan nyeri gerak (-/-), tekan dan nyeri gerak (-/-),
deformitas (-/-), CRT < 2detik, deformitas (-/-), CRT < 2 detik,
hiperemis (-) hiperemis (-)

Rumple leed: Negatif


 DIAGNOSIS ATAU PROBLEM
Observasi Febris hari ke 4 ec Dengue fever dd thypoid fever

 PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
RENCANA AWAL
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Dengue Hemoragic
Fever
• Penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan
ciri- ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock
dan kematian.
• Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan mungkin juga Albopictus. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter
diatas permukaan laut.
• Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang
7 hari.
Etiologi
• Virus Dengeu
• Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini.
• Termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus)
group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia.
• Virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel
BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
• Dapat dibedakan satu tipe dengan yang lainnya
secara serologis.
• Tipe-tipe virus ini baru diketahui setelah Perang Dunia II oleh
Sabin yang berhasil mengisolasinya dari darah pasien pada
epidemi di Hawai, yang disebut sebagai tipe 1 (1952 ). Tipe 2
juga diisolasi oleh Sabin (1956 ) dari pasien di New Guinea.
Tipe 3 dan 4 diperoleh tahun 1960 dari pasien yang
mengalami DHF di Filipina pada tahun 1953.

• Virus Dengue menurut Danny (1999) memiliki tiga jenis


antigen yang menunjukkan reaksi spesifik terhadap antibodi
yang sesuai yaitu :
• 1. Antigen yang dijumpai pada semua virus dalam genus
Flavivirus dan terdapat di dalam kapsid,
• 2. Antigen yang khas untuk virus Dengue saja dan terdapat
pada semua tipe, 1 sampai 4, di dalam selubung,
• 3. Antigen yang spesifik untuk virus Dengue tipe tertentu
saja, terdapat di dalam selubung.
Vektor
• Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang
ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes
albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain
• Nyamuk Aedes aegypti dewasa
berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain.
• Nyamuk ini mempunyai dasar hitam
dengan bintik- bintik putih pada bagian
badan, kaki, dan sayapnya.
• Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap
cairan tunlbuhan atan sari bunga untuk
keperluan hidupnya.
• Sedangkan yang betina mengisap darah.
Nyamuk betina ini lebih menyukai darah
manusia dari pada binatang.
• Biasanya nyamuk betina mencari
mangsanya pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-
10.00) sampai petang hari (16.00-17.00).
Aedes aegypti mempunyai kebiasan
mengisap darah berulang kali untuk
memenuhi lambungnya dengan darah.
• Nyamuk ini mendapat virus Dengue
sewaktu mengigit mengisap darah orang
yang sakit Demam Berdarah Dengue atau
tidak sakit tetapi didalam darahnya
terdapat virus dengue.
• Virus dengue berada dalam darah selama
4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam.
• Kira-kira 1 minggu setelah mengisap
darah penderita, nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain
(masa inkubasi ekstrinsik).
• Virus ini akan tetap berada dalam tubuh
nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh
karena itu nyamuk Aedes aegypti yang
telah mengisap virus dengue itu menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Manifestasi Klinis
• Kriteria WHO , 2011 :
• 1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas,
berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.
• 2. Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif,
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, dan/melena.
• 3. Pembesaran hati
• 4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi (≤20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin,
kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
• 5. Trombositopenia (≤100.000/mikroliter)
• 6. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit ≥ 20%
dari nilai dasar/ menurut standar umur dan jenis kelamin
• 7. Dua kriteria klinis pertama ditambah
trombositopenia dan hemokonsentrasi/
peningkatan hematokrit ≥20%.
• 8. Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi
perembesan plasma
• 9. Dijumpai tanda perembesan plasma
• a.Efusi pleura (foto toraks/ultrasonografi)
• b.Hipoalbuminemia
• 10. Pada kasus syok, hematokrit yang tinggi dan
trombositopenia yang jelas, mendukung
diagnosis DSS.
• 11. Nilai LED rendah (<10mm/jam) saat syok
membedakan DSS dari syok sepsis.
DD/ DBD Derajat Gejala Laboratorium

Klasifikasi DD Demam disertai 2 atau lebih Leucopenia, trombositopenia,


tanda; sakit kepala, nyeri retro tidak ditemukan bukti

Derajat orbital, mialgia, artalgia kebocoran plasma, serologi


dengue positif

Infeksi DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia


bendung (uji Troniquet) (<100.000/mikroliter), bukti

Virus positif kebocoran plasma

DBD II Gejala diatas ditambah Trombositopenia


Dengue perdarahan spontan (<100.000/mikroliter), bukti
kebocoran plasma
WHO, 1997 DBD III Gejala diatas ditambah Trombositopenia
kegagalan sirkulasi (kulit (<100.000/mikroliter), bukti
Derajat III dan IV disebut juga dingin dan lembab serta kebocoran plasma
Dengue Shock Syndrome gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan Trombositopenia
tekanan darah dan nadi tidak (<100.000/mikroliter), bukti
terukur kebocoran plasma
• Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic
Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201)
yaitu :

• Derajat I
• Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet
hasilnya positif
• Derajat II
• Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala
pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa,
epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
• Derajat III
• Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran
darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan
nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80
mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
• Derajat IV
• Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung
> - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan
kulit tampak biru.
Fase DHF
Pemeriksaan
• Penunjang
Rumple Leed
• 70,2 % kasus DBD mempunyai hasil uji Rumple Leed (+). Hasil (+)
menandai Fragilitas Kapiler darah meningkat.

• Hitung Trombosit
• Pada DBD umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8 ( <
100.000 / µL).
• Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / µL.

• Hitung Leukosit
• Pada DBD kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai
normalnya ialah ( 5000-10000 / µL).
• Hitung Hematokrit
• Pada DBD terjadi peningkatan Hematokrit ≥ 20 % nilai awal,
yang umumnya dimulai pada hari ke – 3 Demam. Hal ini
diakibatkan oleh kebocoran Plasma.
• Normalnya :
• Pria 40 – 48%
• Wanita 37 - 43 %
• Anak anak 33 - 38 %

• Imunoserologi IgM dan IgG


• Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna
dalam diagnosis infeksi virus dengue. IgM terdeteksi mulai
hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang
setelah 60 – 90 hari. IgG pada Infeksi primer terdeteksi mulai
hari ke 14, pada infeksi sekunder terdeteksi mulai hari ke 2.
Rumple Leed

• Pasang manset pada lengan atas


• Tentukan sistol dan diastol
• Tahan tekanan antara sistol dan diastol
selama 5 menit
• Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10
atau lebih petachie di bagian volar
lengan dengan luas 2,5 cm x 2,5cm.
IgG & IgM Test
Tatalaksana menurut Fase
• Fase Demam
• Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral
apabila anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam
• Medikamentosa
• Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin.
• Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti
emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
• Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat perdarahan saluran
cerna kortikosteroid tidak diberikan.
• Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
• Supportif
• Cairan: cairan pe oral + cairan intravena rumatan per hari + 5% defisit
• Diberikan untuk 48 jam atau lebih
• Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma, sesuai
keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit
• Fase Kritis
• Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu
kebutuhan rumatan + deficit, disertai monitor keadaan klinis dan
laboratorium setiap 4-6 jam.
• DBD dengan syok berkepanjangan (DBD derajat IV)
• a. Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan
darah sudah didapat cairan selanjutnya sesuai algoritma pada
derajat III
• b. Bila syok belum teratasi: setelah 10ml/kg pertama diulang 10
ml/kg, dapat diberikan bersama koloid 10-30ml/kgBB secepatnya
dalam 1 jam dan koreksi hasil laboratorium yang tidak normal
• c. Transfusi darah segera dipertimbangkan sebagai langkah
selanjutnya (setelah review hematokrit sebelum resusitasi)
• d. Monitor ketat (pemasangan katerisasi urin, katerisasi
pembuluh darah vena pusat / jalur arteri) Inotropik dapat
digunakan untuk mendukung tekanan darah
• Fase Recovery
• Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan
oral, serta monitor tiap 12-24 jam. Indikasi untuk pulang. Pasien
dapat dipulangkan apabila telah terjadi perbaikan klinis sebagai
berikut:
• Bebas demam minimal 24 jam tanpa menggunakan antipiretik
• Nafsu makan telah kembali
• Perbaikan klinis, tidak ada demam, tidak ada distres pernafasan,
dan nadi teratur
• Diuresis baik
• Minimum 2-3 hari setelah sembuh dari syok
• Tidak ada kegawatan napas karena efusi pleura, tidak ada asites
• Trombosit >50.000 /mm3. Pada kasus DBD tanpa komplikasi,
pada umumnya jumlah trombosit akan meningkat ke nilai normal
dalam 3-5 hari.
Kompolikasi
• Perdarahan
• Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan
vaskuler, penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi,
purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
• Efusi Pleura
• Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang
mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea,
sesak napas.

• Hepatomegali
• Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang
berhubungan dengan nekrosis karena perdarahan, yang
terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibody.
• Gagal Sirkulasi
• DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi
sesudah hari ke 2 – 7, disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran
balik vena (venous return), prelod, miokardium volume
sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan
sirkulasi jaringan.

Anda mungkin juga menyukai