Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

TUMOR PARU

Farmitalia Nisa Tristianti 122011101037

Laily Rahmawati 122011101054

Dina Faizatur Rahma 132011101082

Dissa Yulianita S 132011101094

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


KSM RADIOLOGI RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2017
Pendahuluan
Tumor paru terbagi atas:
1. tumor jinak (5%) –> adenoma,
hamartoma
2. tumor ganas (90%)
karsinoma bronkogenik.

kelompok resiko tinggi yaitu:


1. apakah pasien merokok?
2. apakah pasien telah terpapar
dengan suatu bahan berbahaya
dalam pekerjaannya? dan
3. pernakah pasien menderita
fibrosis paru kronis?

Keganasan di rongga thorak mencakup:


1. kanker paru,
2. tumor mediastinum,
3. metastasis tumor paru dan
4. keganasan di pleura.
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri (primer) maupun metastasis tumor di paru
Chest X-Rays Normal
Posisi PA (Postero Anterior)

Pria Wanita
Chest X-Rays Normal
Posisi Lateral

Pria Wanita
Vertebrae thorax xray
Tumor Paru
• Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal.
• Tumor paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasi dalam paru.
• Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru.
• Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas
Etiologi:
1. Merokok
2. Radiasi
3. Kanker Paru akibat Kerja
4. Polusi Udara
5. Genetik
6. Diet

Patofisiologi:
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ subbronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
terjadinya metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Manifestasi klinis:
• Lokal (tumor tumbuh setempat) :
• Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
• Hemoptisis
• Mengi (wheezing / stridor) karena ada obstruksi saluran napas
• Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
• Atelektasis
• Invasi lokal :
– Nyeri dada
– Dispneu karena efusi pleura
– Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)
– Sindrom vena kava superior
– Sindrom Horner (anhidrosis facialis, ptosis, miosis)
– Suara serak, karena penekanan nervus laringis rekuren
– Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis
dan saraf simpatis servikalis
Klasifikasi Tumor Paru :

Tumor Jinak Paru

Tumor Paru

Tumor Ganas Paru


Tumor Jinak Paru
• Hamartoma

Tumor jinak paru 


pertambahan besarnya berlangsung
sangat lambat.
Bentuk tumor bulat atau
bergelombang (globulated) dengan
batas yang tegas. Biasanya ukuran
kurang dari 4 cm dan sering
mengandung kalsifikasi berbentuk
bercak-bercak garis atau gambaran pop
corn. Kalsifikasi ini akan bertambah
dengan bertambah besarnya tumor.
Pembentukan kavitas tidak pernah
terjadi.
• Kista Paru

Terbentuknya kista paru


merupakan hiperinflasi udara
ke dalam parenkim paru
melalui suatu celah berupa
klep akibat suatu peradangan
kronis.
Gambaran radiologik
memberi bayangan bulat
berdinding tipis dengan ukuran
bervariasi. Bila kista paru lebih
dari satu dan tersebar di kedua
paru dikenal sebagai paru
polikistik.
Tumor Ganas Paru

Tumor Ganas Paru Insiden 20%, berkembang


Small Cell Lung Cancer
cepat dan agresif. Tanpa
(SCLC)
terapi bertahan 2-4 bln

Adenocarsinoma

Non Small Cell Lung Cancer


SCC
80%

Giant SC
Gambaran Radiologik pada Tumor Paru
kadang-kadang tumor itu sendiri tidak terlihat
tetapi kelainan sebagai akibat adanya tumor akan
sangat dicurigai ke arah keganasan, misalnya
• kelainan emfisema setempat,
• atelektasis,
• peradangan sebagai komplikasi tumor atau akibat
bronkus terjepit dan
• pembesaran kelenjar hilus yang unilateral.
• Efusi pleura yang progresif dan elevasi diafragma
(paralisis nervus frenikus) juga perlu
dipertimbangkan sebagai akibat tumor ganas paru).
• Atelektasis
Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi
yang disebabkan sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi
secara segmental, lobaris, atau seluruh hemitoraks. Gambaran
atelektasis yang disebabkan oleh penyumpatan bronkus lainnya.
• Pembesaran hilus unilateral
Suatu perbedaan besar hilus antara kedua hilus atau
perbedaan besar hilus dengan foto-foto sebelumnya perlu
dicurigai adanya suatu tumor dan perlu penelitian bronkus
dengan tomografi atau bronkoskopi.
• Emfisema lokal (setempat)
Penyumbatan sebagian lumen bronkus oleh tumor akan
menghambat pengeluaran udara sewaktu ekspirasi sehingga terjadi densitas
yang rendah atau emfisema setempat dibandingkan daerah lain.
Karsinoma bronkogen jenis anaplastik sering mengenai bronkus
utama yang mengakibatkan pelebaran mediastinum. Keadaan ini sukar
dibedakan dengan limfoma maligna.
• Kavitas atau abses yang soliter
Suatu kavitas soliter dengan tanda infeksi yang tidak
berarti terutama pada orang berusia lanjut, perlu dipikirkan
suatu karsinoma bronkogen jenis epidermoid. Biasanya dinding
kavitas tebal dan irregular.
• Pneumonitis yang sukar sembuh
disebabkan aerasi tidak sempurna akibat
sumbatan sebagian bronkus dan pengobatan dengan
antibiotik umumnya tidak memberikan hasil yang
sempurna atau berulang kembali peradangannya.
Sering setelah peradangan berkurang, di daerah
peradangan berkurang, di daerah peradangan terlihat
gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai
keganasan paru.
• Nodul soliter pada paru
Bayangan nodul pada paru berukuran beberapa
milimeter sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung
kalsifikasi harus diutamakan pada kecurigaan sebagai
karsinoma bronkogen terutama pada usia di atas 40 tahun.
Bayangan nodul sering menjadi masalah perdebatan
dalam hal menentukan keganasan. Ada pendapat
mengatakan bahwa sifat nodul yang ganas batasnya tidak
jelas, apalagi berbenjol-benjol atau adanya nodul-nodul
kecil sekitarnya sebagai gambaran satelit atau adanya
gambaran kaki-kaki infiltrasi yang berasal dari nodul
tersebut (pseudopodi).
Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak.
Bila suatu nodul tidak terlihat adanya kalsifikasi, maka perlu dilakukan
pemeriksaan tomografi untuk memastikan adanya kalsifikasi di dalamnya;
tetapi nodul yang ganas bisa berkalsifikasi di dalamnya. Keadaan ini dapat
terjadi bila tumor ganas tumbuh sekitar sisa proses peradangan lama atau
sisa efek primer (Ghon tubercle). Dapat pula terjadi pada tumor ganas yang
memang mengalami kalsifikasi, meskipun keadaan ini jarang terjadi.
• Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat
bertambah (progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan
massa dalam paru, perlu dipertimbangkan suatu keganasan paru
yang sudah bermetastasis ke pleura. Biasanya cairan pleura
tersebut terdiri atas cairan darah
• Elevasi diafragma
Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan massa
tumor yang diakibatkan kelumpuhan nervus frenikus dapat
diperlihatkan pada pemeriksaan fluoroskopi di mana pergerakan
diafragma berkurang atau tak ada sama sekali.
• Perselubungan dengan destruksi tulang
sekitarnya
Suatu perselubungan padat terutama dipuncak paru dengan
gambaran destruksi tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya
merupakan tumor ganas primer pada paru (sulkus superior) yang
lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast, klinis disertai
dengan sindroma Horner.
LAPORAN KASUS
Kasus
STATUS PASIEN
Identitas
Nama :Tn. Chalid Umar Al Bin Said
Usia : 80 tahun
Agama : Islam
Alamat : Perum Gunung Batu Permai EE/42
No MR : 191261

Anamnesa
Keluhan Utama : Sesak
RPS : Pasien merasa sesak sejak 4 bulan yang lalu, semakin lama semakin sering.
Pasien rujukan dari RS Paru dengan suspek tumor paru dirujuk karena akan dilakukan
pemeriksaan penunjang CT Scan. Riwayat batuk lama, batuk darah, pengobatan paru
sebelumnya disangkal. Pasien merokok sejak usia muda sekitar 20 tahun sehari bisa
menghabiskan 2-3 batang rokok.
RPD : HT disangkal, DM disangkal, riwayat pengobatan Tb disangkal, px pernah
MRS dg keluhan yang sama dan didiagnosis sebagai Tumor paru
RPK :-
Pemeriksaan Fisik
KU : cukup TD : 140/80 mmHg RR : 26x/menit
GCS : 4 – 5 – 6 N : 82 x/ menit Tax : 37,0 0C
SpO2 : 95%
Kepala Abdomen
Kepala : Mata cekung (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), bibir Inspeksi : Datar, pulsasi epigastrium (-), sikatrik
sianosis (-), dyspneu (-), reflek pupil (+) normal, isokor (-), stria (-)
Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran thyroid (-), pembesaran KGB (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Thorax
Palpasi : Soepel (+), nyeri tekan epigastrik (-),
Pulmo
nyeri ketok ginjal (-) defans musculer (-), murphy
sign (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri
Inspeksi : simetris (+), retraksi (+)
ketok costovertebra (-/-)
Palpasi : pergerakan diding dada simetris
Perkusi : Tympani diseluruh regio abdomen
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler ( +/+), Wheezing (+/+), Ronkhi (-/-)
Ekstremitas
Jantung
Superior : Edema (-/-), akral hangat (+/+)
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak.
Inferior : Edema (-/-), akral hangat (+/+)
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V MCL
Sinistra 2 cm ke medial, thrill (-), kuat
angkat (-)
Perkusi : Batas kiri atas ICS II parasternal
Batas kanan atas ICS II parasternal
kanan Batas kiri bawah ICS V MCL (S)
Batas kanan bawah ICS V RSB
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-), gallop (-
), murmur (-)
Pemeriksaan Radiologi
• Chest X-Rays PA dan Lateral
Hasil Pembacaan Chest X-Rays
• Cor tidak membesar
• Opasitas batas tak tegas pada paravertebrae
kanan kiri setinggi T3 – T7 disertai kalsifikasi di
dalamnya  massa paru dd massa
mediastinum.
• Struktur bowel pada sub diafragma kanan 
chilaiditi syndrome
Assessment:
Tumor Paru Dextra dd tumor mediastinum

Planning :
P. Diagnostik : FNAB CT Scan guiding
P. Terapi : Theophylline 3 x 100 mg
Salbutamol 3 x 1
Ambroxol 3 x 1
P. Monitoring: Keluhan, tanda tanda vital
P. Edukasi : KIE pada pasien dan keluarga tentang
diagnosa, komplikasi dan prognosa pasien.
Terima Kasih
Sindrom Chilaiditi
Tanda Chilaiditi adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan interposisi usus kecil atau besar di antara hati dan
hemidiaphragm kanan. Bila dikaitkan dengan gejala disebut
sindrom Chilaiditi. Tanda Chilaiditi merupakan temuan
radiologis insidental.
Sindrom Chilaiditi mungkin akan memiliki gejala
seperti sakit perut, muntah, anoreksia, konstipasi, perut
kembung, menelan udara dan dyspnea. Prevalensi tanda
Chilaiditi sebesar 0,025% sampai 0,28% dan lebih banyak
pada pria lansia. Tanda chilaiditi merupakan kondisi yang
diakuisisi dan bukan bawaan
Radiografi dada menunjukkan adanya lipatan haustral
pada gas antara hati dan diafragma yang menunjukkan gas di
dalam usus besar yang mengkonfirmasikan tanda Chilaiditis.
Sindrom Chilaiditi dapat dihubungkan dengan volvulus kolon
transversal dan harus dikesampingkan. Tanda Chilaiditi dapat
dibedakan dari hernia diafragma dan pneumoperitoneum
dengan mengidentifikasi lipatan haustral dalam gas dan
kontinuitas utuh diafragma.

Anda mungkin juga menyukai