SKILL LAB
DYSPNEA
LUPUS PLEURITIS
DISSA YULIANITA SURYANI
NIM 132011101094
Dosen Pembimbing
dr. Suryono, Sp.JP (K) FIHA
DYSPNEA
Dyspnea berasal dari kata Latin:
dys (buruk; sakit; sulit) dan
Pneuma (udara; paru-paru; bernafas)
Mekanisme Dyspnea
Sensasi pernafasan, melibatkan atau dipengaruhi oleh..
1. Output motorik (efferent) otot-otot pernapasan
2. Input sensorik (afferent)
• Kemoreseptor pada glomus caroticum (dekat bifurcatio carotis)
dan medulla dirangsang oleh hipoksemia, hiperkapnea,
acidemia
• Mekanoreseptor pada paru dirangsang oleh bronkospasme
chest tightness
• Metaboreseptor otot skeletal
3. SSP
5
Patofisiologi Dyspnea
Jenis-jenis Dyspnea
1. Dyspneu on ‘effort: sesak napas saat beraktivitas
2. Orthopnea: sensasi sesak napas dalam posisi berbaring, lega
dengan duduk atau berdiri
3. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND): sensasi sesak napas
yang dapat membangunkan pasien, sering setelah 1 atau 2 jam
tidur, dan biasanya lega dalam posisi tegak.
4. Trepopnea: dyspnea yang terjadi pada satu posisi lateral
dekubitus dibandingkan dengan yang lain.
5. Platypnea: sesak napas yang terjadi pada posisi tegak dan lega
dengan posisi berbaring.
LUPUS PLEURITIS
10
11
12
LUPUS PLEURITIS
Serositis adalah salah satu kriteria diagnostik SLE
dari ACR (American College of Rheumatology). Di antara
semua gangguan jaringan ikat, keterlibatan pleura paling
sering terlihat pada SLE.
Sekitar 30-50% dari pasien dengan SLE
memperlihatkan radang pleura simptomatik dalam bentuk
pleuritis, bermanifestasi sebagai tajam menusuk nyeri dada
diperparah dengan sesak napas (efusi pleura).
Londhey, et al. 2012. Lung Involvement in SLE. Medicine update Vol 22:632-645
13
Sel Keratinosit
Target antigen:
Inti sel, dinding sel, sitoplasma, dan
partikel nukleoprotein (nukleosum,
histone, ribosom, dsDNA, RNP)
Hipersensitivitas
kompleks imun
pengendapan
kompleks
antigen-antibodi
dalam jaringan
ditandai
inflamasi atau
peradangan.
Hipersensitivitas
antibodi
berupa IgG
dan IgM
terhadap
antigen pada
permukaan sel
dan matriks
ekstraseluler.
Peningkatan
aktivitas penyakit
1. Klasi•
fikasi ini terdiri dari 11 kriteria dimana diagnosis harus
memenuhi 4 dari 11 kriteria tersebut yang terjadi secara
bersamaan atau dengan tenggang waktu.
2. Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria diatas, diagnosis SLE memiliki
sensiti•itas 85% dan spesi• isitas 95%.
3. Bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA positif, maka
sangat mungkin SLE dan diagnosis bergantung pada
pengamatan klinis.
4. Bila hasil tes ANA negatif, maka kemungkinan bukan SLE.
5. Apabila hanya tes ANA positif dan manifestasi klinis lain tidak
ada, maka belum tentu SLE, dan observasi jangka panjang
diperlukan.
LUPUS PLEURITIS
• Pleuritis lupus diduga disebabkan karena pengendapan
kompleks imun pada pembuluh darah dengan aktivasi
komplemen berikutnya dan pengikatan langsung antibodi
anti-dsDNA ke mesothelium.
Patil, et al. 2016. Lupus pleuritis as a cause of recurrent exudative pleural effusion: Rare
case with thoracoscopic appearance. Thoracic Endoscopy V 1-1.
34
LUPUS PLEURITIS
Cairan pleura eksudatif terdiri dari neutrofil atau limfosit, kadar
glukosa rendah dan komplemen rendah. Efusi dapat sembuh secara
spontan tanpa sisa kerusakan atau menyebabkan penebalan pleura
menyebabkan sesak napas kronis.
Londhey, et al. 2012. Lung Involvement in SLE. Medicine update Vol 22:632-645
35
Patil, et al. 2016. Lupus pleuritis as a cause of recurrent exudative pleural effusion: Rare
case with thoracoscopic appearance. Thoracic Endoscopy V 1-1.
38
Patil, et al. 2016. Lupus pleuritis as a cause of recurrent exudative pleural effusion: Rare
case with thoracoscopic appearance. Thoracic Endoscopy V 1-1.
39
40
TERIMA KASIH