Oleh :
VEDDILIA
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan Penyakit
Tuberculosis dengan tingkat kepatuhan pasien
Tuberculosis.Untuk mendapatkan karakteristik /
gambaran yang jelas dengan komplikasi dan
komprehensif dalam melakukan Asuhan
Keperawatan dengan kasus masalah Tuberculosis
Paru.
Tujuan Khusus
Sebelum dan sesudah melakukan Asuhan Keperawatan
penulis mampu memahami :
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah carapenelitian dengan
pengumpulan data secara komperhensif untuk mendapatkan
data atau bahan yang berhubungan dengan penderita
Tuberculosis dalam rangka mendapatkan dasar teoritis
dengan jalan membaca buku catatan kuliah, makalah
literature atau referensi.
Tujuan Kasus
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian pada klien
tentang penyakit Tuberculosis, biasanya dilakukan dengan observasi,
pemeriksaan atauun wawancara secara lebih mudah.
Wawancara
Dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada klien utnuk
memperoleh data subjektif.
Observasi (pengamatan)
Mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien
serta pengembangan sambil melaksanakan asuhan keperawatan selama
observasi.
Dokumentasi
Dokumentasi diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan
pelaksanaan kegiatan teori. Dengan teknis ini akan lebih mendukung pada
data yang telah diambil dengan cara lain sebagai daya yang di peroleh lebih
bisa dipercaya.
Sistematika Penulisan
Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi
sebagai alat pernafasan (respirasi) dan indra pencium
(pembau). Bentuk dan struktur menyerupai pyramid atau
kerucut dengan alasnya pada proses palatinus osis maksilaris
dan pers horizontal osis platinum. Dalam keadaan normal,
udara masuk dalam system pernapasan melalui rongga
hidung.Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut
halus.
Gambar 2.A.1.1. Organ Pernapasan Atas
Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput
kedudukannya tegak lurus antara basis krinri dan
vertevrae servikalis VI.
Laring
Laring atau pangkal tenggerokan merupakan jalinan
tulang rawan yang di lengkapi dengan otot, membrane,
jaringan ikat dan ligamentum.Sebelah atas pintu masuk
lering membentuk tepi epigiotis, lipatan dari epigiotis
arytenoid dan pita interaritenoid dan sebelah bawah
tepi bawah kartolago krikoid.Tepi tulang dari pita suara
asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian
atas disebut supraglotis dna bagian bawah disebut
subglotis.
Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tulangpipa
seperti huruf C yang terbentuk oleh tulang-
tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput,
terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai
ke tepi ke bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm dan
diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot-otot polos,
mempunyai dinding Fibroelastis yang tertanam
dalam balok-balok hialin yang mempertahankan
trakea tetap terbuka.
Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan
lanjutan dair trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V.
Bronkus mempunyai structural sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama
dengan trakea dan berjalan ke bawah kea rah
tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai
cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh
garis pembatas setiap perjalanan cabang utama
tenggorok ke sebuah tekuk yang panjang di
tengah permukaan paru.
Pulmo
Pulmo (paru) adalah salah satu organ system
pernapasan yang berada dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastis dan
berada dalam rongga torak.Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air. Paru berwarna biru
keabu-abuan dan berbintik-bintik karena
partikel-partikel debu yang masuk termakan
oleh fegosa. Hal ini terlihat nyata pada pekerja
tambang.
Gambar.2.A.1.6 Trakea, Bronkus dan Paru
Fisiologi Pernapasan
Stadium Pertama
Stadium Pertama ditandai dengan fase ventilasi, yaitu
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru.
Mekanisme ini memungkinkan karena ada selisih tekanna
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dair otot-
otot.
Stadium, Kedua
Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu :
Definisi
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang di sebabkan oleh paru basil
mikrobacterium tuberculosis yang
merupakan salah satu penyakit saluran
pernapasan bagian bawah yang sebagian besar
basil tuberculosis masuk ke dalam jaringan
paru melalui airbone dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Wijaya dan Putri, 2013)
Tuberculosis Paru merupakan suatu
infeksi akibat Mycobacterium Tuberculosis
yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat
bervariasi.(Ardiansyah, 2012).
Batuk :
Gejala bentuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluarkan. mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
Batuk darah :
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau becak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak.
Sesak napas :
Gejala ini ditemukan bila kerusakan paren atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperi efusi pleura enemia dan lain.
Gejala Sistemik
Demam :
Merupakan gejala yang sering di jumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya, sedang
masa bebas serang makin pendek.
Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus tuberculosis inaktif/stabil yang diajukan dengan
adanya gambaran garis-garis fibrotic, ireguler, prta parenkimal,
klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas
bronkhovaskular, bronkhiek tasis, serta emfisme perisikatrisial.
Lanjutan....
Radiologis Tuberculosis Paru Milier
Tuberculosis milier akut diikuti oleh invasi pembuluh
darah secara massif / menyuluruh serta mengakibatkan
penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal
sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rongen
toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit tuberculosis paru
diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri.Untuk membedakan sposies mycobacterium yang
satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu
pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan pecobaan, serta
perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen
mycobacterium.
Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012) penatalaksanaan
tuberculosis paru menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan,
pengobatan dan penemuan penderita.
Penemuan Penderiat
Penatalaksanaan terapi = asupan nutrisi adekuat / mencukupi.
Kemoterapi yang mencakup pemebrian :
a. Isoniazid (INH)
b. Kombinasi antara NH, rifampicin dan pyrazinamide.
c. Obat tambahan antara lain Ethmbuto dan Streptomyan
d. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti–
tuberculosis.
Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini
dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan
yang terinfeksi basil tuberculosis paru serta mempertahankan
asupan nutrisi yang memadai.
Komplikasi
Komplikasi dini
Pleuritis
Efusi Pleura
Empyema
Laringan
Tuberculosis Usus
Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas
Korpulmonale
Amyloidosis
Karsinoma paru
Sindrom gagal napas
BAB III LAPORAN PENDAHULUAN
Pengkajian Keperawatan
Diagnosa 1 :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
secret darah yang dibuktikan dengan frekuensi
pernapasan dan bunyi nafas dan lain-lain.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan jalan nafas klien
Mengeluarkan secret tanpa bantuan
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki /
mempertahankan bersihan jalan nafas.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam
tingkat kemampuan / situasi.
Intervensi keperawatan
Tindakan Rasional
Mandiri : Penurununan bunyi nafas dapat menunjukkan
Kaji fungsi pernapasan / atelectasis, panthi, mengi menunjukkan akumulasi
contoh bunyi napas, secret /ketidakmampuan untuk membersihkan
kecepatan irama dan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris pernapasan dan peningkatan kerja
otot aksesoris pernapasan.
Catat kemampuan untuk / Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum
mengeluarkan mukosa / berdarah kental atau berdarah cerah diakibatkan
bentuk efektif, catat kerusakan kualitas paru atau luka bronkial yang
karakter, jumlah, sputum, dapat menentukan evaluasi / intervensi lanjut.
adanya hemoptysis
Berikan pasien posisi semi / Posisi membantu memaksimalkan ekspansi baru
foeler tinggi. Bantu pasien dan menurunkan upaya pernapasan. Bentilasi
untuk bentuk dan latihan maksimal membuka area ateletaksis dan
nafas dalam peningkatan gerakan secret ke dalam jalan nafas
besar utnuk dikeluarkan.
Lanjutan.....