Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS


TUBERCULOSIS PARU DI RUANG PERAWATAN
PARU

Oleh :
VEDDILIA
BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis sudah ribuan tahun sebelum masehi.


Menurut hasil penelitian, Penyakit Tuberkulosissudah ada sejak zaman
Mesir kuno yang dibuktikan dengan penemuan pada mumi, dengan
penyakit ini juga sudah ada kitab Pengobatan Cina “Pen Tsao” sekitar
5000 tahun yang lalu. Pada tahun 1882, Ilmuan Robert Koch berhasil
menemukan kuman Tuberkulosis, yang merupakan penyebab penyakit
ini. Kuman ini berbentuk batang (Basil) yang dikenal dengan nama
“Mycobacterium Tuberculosis”. Dengan meningkatnya kasus
HIV/AIDS dari tahun ke tahun, diperkirkan Kasus Tuberculosis paru
menjadi bertambah (Reemerging Disease).Ronal Bayer, seorang ahli
kesehatan masyarakat dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa kasus
Tuberculosis paru merupakan bukti kegagalan para ahli kesehatan
masyarakat, dengan adanya fakta bahwa peningkatan status ekonomi
mampu menurunkan kasus secara signifikan. (Kunoli J. Hal : 12,2013).
Menurut WHO (World Health
Organization) angka kejadian Tuberculosis paru
tahun 2013 memperkirakan sekitar 8,6 juta
penduduk dunia menderita Tuberculosis di
tahun 2012, dan lebih dari 1,1 juta orang
meninggal karenanya. Laporan WHO 2013
menyebutkan pernderita Tuberculosis di
Indonesia adalah 182 per 100 ribu. Di Kamboja,
377 per 100 juta, di Myanmar 348 per 100 ribu
dan Papua Nugini 348 per 100 ribu penduduk.
(Depkes, 2013)
Pravalensi Tuberculosis Paru yang di dapat
pada tahun 2013 menempati urutan ketiga setelah
India dan China yaitu hampir 700 ribu kasus, angka
kematian masih tetap 27/100 ribu penduduk.
Karakteristik wilayah pendesaah menjadi
determinan tersendiri pari kejadian penyakit
Tuberculosis Paru. (Suharyo, 2013)

Angka kejadian Tuberculosis paru daerah


Indonesia pada tahun 2013, lima diantaranya
dengan TuberculosisParu tertinggi adalah Jawa
Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%),
Gorontolo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat
(0,4%) sedangkan di Aceh angka Kejadian
TuberculosisParu yaitu 0,3%. (Depkes, 2013).
Dari hasil data Medical Record dari RSUD Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara dari Januari tahun 2015
sampai dengan Desember 2015 di dapat 382 orang
Penderita TuberculosisParu, atau 3,39% dari jumlah
keseluruhan kunjungan 11.250, baik perawat inap
mapun rawat jalan. (Medical Record RSUD Cut Meutia
Aceh Utara, 2015).

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa Tuberculosis Paru merupakan salah satu
penyakit menular yang tertinggi dan juga sangat
beresiko kematian, oleh karena itu maka penulis
tertarik untuk lebih mengenal, menangani, dan membari
Asuhan Keperawatan langsung kepada penderita
dengan Tuberculosis Paru dalam Laporan Pendahuluan
Proposal ini yang berjudul “Asuhan Kepewaratan pada
Kasus Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara”.
Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan Penyakit
Tuberculosis dengan tingkat kepatuhan pasien
Tuberculosis.Untuk mendapatkan karakteristik /
gambaran yang jelas dengan komplikasi dan
komprehensif dalam melakukan Asuhan
Keperawatan dengan kasus masalah Tuberculosis
Paru.
Tujuan Khusus
Sebelum dan sesudah melakukan Asuhan Keperawatan
penulis mampu memahami :

1) Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan, Pengertian


Tuberculosis Paru, penyebab (etiologi),
patofisiologi, gejala/tanda, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan/terapi, komplikasi, klasifikasi dan
lain sebagainya.
2) Tahapan proses keperawatan dan aplikasi asuhan
keperawatan secara teoritis.
3) Kegiatan-kegiatan utama yang perlu dilakukan pada
kasus masalah kesehatan Tuberculosis Paru.
 Manfaat Penulisan

Manfaat bagi penulis :

1) Menambah wawasan dan pemahaman tentang suatu


bagian keilmuan Khusus nya masalah kesehatan
Tuberculosis Paru.
2) Mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep
Asuhan Keperawatan pada kasus Tuberculosis Paru.
3) Memiliki kemampuan nantinya dalam melakukan
Asuhan Keperawatan secara nyata pada kasus
Tuberculosis Paru.
4) Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk
menyelesaikan pendidikan di Akademi Kesehatan Aceh
Utara.
5) Sebagai bahan informasi bagi penulis selanjutnya
tentang penyakit Tuberculosis Paru terutama dengan
komplikasi di masa yang akan datang.
Manfaat Bagi Klien/Pasien

1) Terjaminnya kualitas asuhan yang diberikan


2) Adanya kepastian terhadap tindakan yang akan
dilakukan
3) Dapat mengetahui gambaran pengetahuan
tentang penyakit yang di derita sehingga dapat
dijadikan acuan.
 Metode Penulisan

Dalam penulisan proposal ini menggunakan metode


deskriptif yatiu suatu metode yang menggambarkan
(menguraikan) tentang tata cara melakukan asuhan
keperawatan dan cara mendapat materi (referensi).
Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut :

Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah carapenelitian dengan
pengumpulan data secara komperhensif untuk mendapatkan
data atau bahan yang berhubungan dengan penderita
Tuberculosis dalam rangka mendapatkan dasar teoritis
dengan jalan membaca buku catatan kuliah, makalah
literature atau referensi.
 Tujuan Kasus
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengkajian pada klien
tentang penyakit Tuberculosis, biasanya dilakukan dengan observasi,
pemeriksaan atauun wawancara secara lebih mudah.

 Wawancara
Dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada klien utnuk
memperoleh data subjektif.

 Observasi (pengamatan)
Mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien
serta pengembangan sambil melaksanakan asuhan keperawatan selama
observasi.

 Dokumentasi
Dokumentasi diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan
pelaksanaan kegiatan teori. Dengan teknis ini akan lebih mendukung pada
data yang telah diambil dengan cara lain sebagai daya yang di peroleh lebih
bisa dipercaya.
 Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan laporan asuhan keperawatan ini


dibagi dalam tiga bab, yaitu sebagai berikut :

 BAB I :Pendahuluan meliputi latar belakang masalah,


tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan,
dan sistematikan penulisan.

 BAB II :Tujuan teoritisberisi anatomi dan fisiologi


system pernapasan, konsep dasar Tuberculosis.

 BAB III :Laporan pendahuluan berisi tentang konsep


asuhan keperawatan dengan penyakit Tuberculosis Paru
yang di mulai dari pengkajian, prioritas masalah, dan
diagnose keperawatan, intervensi keperawatan
implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB II TUJUAN TEORITIS
Anatomi dan Fisiologi

Respirasi adalah suatu peristiwa ketika


tubuh kekurangan oksigen (O2) dan O2 yang
berada di luar tubuh dihirup (Inspirasi)
melalui organ pernafasan. Pada keadaan
tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida
(CO2) maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkan kelebihan tersebut dengan
mengembuskan nafas (ekspirasi) sehingga
terjadi suatu keseimbangan antara O2, dan
CO2 di dalam tubuh.(Syarifuddi, 2012).
Gambar 2.A. Organ-organ Pernapasan
Anatomi Pernafasan

Menurut Syarifuddin (2012), anatomi system pernafasan


diantaranya adalah :

Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi
sebagai alat pernafasan (respirasi) dan indra pencium
(pembau). Bentuk dan struktur menyerupai pyramid atau
kerucut dengan alasnya pada proses palatinus osis maksilaris
dan pers horizontal osis platinum. Dalam keadaan normal,
udara masuk dalam system pernapasan melalui rongga
hidung.Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut
halus.
Gambar 2.A.1.1. Organ Pernapasan Atas
Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput
kedudukannya tegak lurus antara basis krinri dan
vertevrae servikalis VI.

Laring
Laring atau pangkal tenggerokan merupakan jalinan
tulang rawan yang di lengkapi dengan otot, membrane,
jaringan ikat dan ligamentum.Sebelah atas pintu masuk
lering membentuk tepi epigiotis, lipatan dari epigiotis
arytenoid dan pita interaritenoid dan sebelah bawah
tepi bawah kartolago krikoid.Tepi tulang dari pita suara
asli kiri dan kanan membatasi daerah epiglotis. Bagian
atas disebut supraglotis dna bagian bawah disebut
subglotis.
Trakea
Trakea (batang tenggorok) adalah tulangpipa
seperti huruf C yang terbentuk oleh tulang-
tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput,
terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai
ke tepi ke bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm dan
diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot-otot polos,
mempunyai dinding Fibroelastis yang tertanam
dalam balok-balok hialin yang mempertahankan
trakea tetap terbuka.
 Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan
lanjutan dair trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V.
Bronkus mempunyai structural sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama
dengan trakea dan berjalan ke bawah kea rah
tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai
cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi oleh
garis pembatas setiap perjalanan cabang utama
tenggorok ke sebuah tekuk yang panjang di
tengah permukaan paru.
Pulmo
Pulmo (paru) adalah salah satu organ system
pernapasan yang berada dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastis dan
berada dalam rongga torak.Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air. Paru berwarna biru
keabu-abuan dan berbintik-bintik karena
partikel-partikel debu yang masuk termakan
oleh fegosa. Hal ini terlihat nyata pada pekerja
tambang.
Gambar.2.A.1.6 Trakea, Bronkus dan Paru
Fisiologi Pernapasan

Proses Fisiologi Pernapasan di mana


oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jarring-jaring dan CO2 dikeluarkan ke udara
(ekspirasi), dapat dibagi menjadi dua tahapan
(Stadium), yaitu stadium pertama dan
stadium kedua. (Ardiansyah, 2012)
Gambar 2.A.2. Sistem Pernapasan
Menurut Ardiansyah (2012), Fisiologi system pernapasan
diantaranya yaitu :

 Stadium Pertama
Stadium Pertama ditandai dengan fase ventilasi, yaitu
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru.
Mekanisme ini memungkinkan karena ada selisih tekanna
antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dair otot-
otot.

 Stadium, Kedua
Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

 Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi


eksternal) serta antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.
 Distribusi darah dalam sinkulasi pulmonal dan penyesuaian
dengan distribusi udara dalam alveolus.
Lanjutan...
 Reaksi kimia dna fisik dari O2 dan CO2 dengan darah
respimi atau respirasi internal merupakan stadium
akhir dari respirasi, dimana oksigen dioksida untuk
mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai
sampah dari proses metabolism sel dan dikeluarkan
oleh paru-paru.
 Transportasi adalah tahap kedua dari proses
pernapasan yang mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis
(tebalnya kurang dair 0,5 mm).
 Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antara
elveolus dan kapiler paru-paru yang membutuhkan
distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan
perfusi (aliran darah) dalam kapiler.
Konsep Kasus

Definisi
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang di sebabkan oleh paru basil
mikrobacterium tuberculosis yang
merupakan salah satu penyakit saluran
pernapasan bagian bawah yang sebagian besar
basil tuberculosis masuk ke dalam jaringan
paru melalui airbone dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Wijaya dan Putri, 2013)
Tuberculosis Paru merupakan suatu
infeksi akibat Mycobacterium Tuberculosis
yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat
bervariasi.(Ardiansyah, 2012).

Tuberculosis adalah suatu penyakit


menular yang paling sering mengenai
Parenkim Paru, biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis
dapat menyebar hampir ke setiap bagian
tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan
nodus limfe.(Brunner & Suddarth, 2013).
Etiologi
Menurut Wijaja dan Putri (2013), etiologi
tuberculosis paru adalah sebagai berikut :
 Agen infeksius utama, Mycobacterium
Tuberculosis adalah batang aerobic tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan
sensitive terhadap panas dan sinar
ultraviolet.
 Mycobacterium Bovis dan Mycobacterium
Aviumpernah pada kejadian yang jarang
berkaitan dnegan terjadinya infeksi
Tuberculosis.
 Klasifikasi
Menurut Wijaja dan Putir (2013, Klasifikasi TuberculosisParu
yaitu :
Klasifikasi Tuberculosis Paru dibuat berdasarkan gejala
klinik, bakteriologik, radiologic, dan riwayat pengobatan
sebelumnya.Klasifiaksi ini penting karena merupakan salah satu
faktor determinan utnuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan Program Gardunas P2TB Klasifikasi Tuberculosis


Paru di bagi sebagai berikut :

Tuberculosis Paru BTA posistif dengan kriteria


 Dengan atau tanpa gejala klinik.
 BTA Positif : Mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1
kali disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologic
positif 1 kali.
 Gambaran radiologic sesuai dengan tuberculosis paru.
Tuberculosis Paru BTA negative dengan kriteria :
 Gejala klinik dan gambaran radiologic sesuai dengan
tuberculosis paru aktif.
 BTA negative, bicara negative tetapi raiologik positif.

Bekas tuberculosis paru dengan kriteria :


 Bakterioligic (mikroskopik dan biakan) negative.
 Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat
kelainan paru.
 Radiologic menunjukkan gambaran lesi tuberculosis
inaktif menunjukkan serial foto yang tidak berubah.
 Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih
mendukung)
 Patofisiologi
Port disentri kuman Mycobacterium
Tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
perncernaan, dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan
infeksi terjadi melalui udara (air bone) yaitu melalui
inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang terinfeksi.(Ardiansyah, 2012).

Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di


inhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan.Basil yang lebih besar cenderung bertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga
tiada menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam
ruang alveolus kuman akan mulai mengakibatkan
peradangan. Leurosit polimorfonuklear memfagosit
bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh
organisme tersebut. Ardiansyah, 2012).
Lanjutan.....
Lesi primer paru-paru disebut focus ghon dan
gabungan terserangnya kelenjer limfe regional dan lesi
primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat diluhat pada orang sehat
yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tubercular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada
bagian lain dari paru atau hasil dapat terbawa ke laring,
terlinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup
sekalipun tanpa pengobtan dan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa.(Wijaya dan Putri, 2013).
 Menifestasi Klinis
Tuberculosis sering dijuluki “The Great
Imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik.(Wijaya dan Purti,
2013).
Menurut Wijaya dan Putri (2013) gambaran
klinik tuberculosis paru dapat di bagi menjadi 2
golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :
Lanjutan....
 Gejala respiratorik, meliputi :

 Batuk :
Gejala bentuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluarkan. mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.

 Batuk darah :
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau becak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak.

 Sesak napas :
Gejala ini ditemukan bila kerusakan paren atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperi efusi pleura enemia dan lain.
 Gejala Sistemik

 Demam :
Merupakan gejala yang sering di jumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya, sedang
masa bebas serang makin pendek.

 Gejala sistemik lain:


Gejala sistemik lain ialah keringt malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.

 Timbulnya gejala biasa gradual dalam beberapa minggu,


bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia
Lanjutan.....
Tuberculosis paru termasuk insidious
sebagian besar pasien menunjukkan demam
tinggkat rendah, keletihan, anorexia,
penurunan berat badan, berkeringat malam,
nyeri dada, dan batuk menerap. Batuk pada
awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat
berkembang kearah pembenrukan spitum
mukopurulen dengan hemoptisis
 Pemerikasaan Penunjang

Menurut Ardiansyah (2012) pemeriksaan penunjang pada


tuberculosis paru adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan Rotgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rotgen toraks, sering didapatkan
adanya suatu lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal.
Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan suatu
kelainan pada paru. Pemeriksaan rotgen toraksi ini sangat berguna
untuk mengevaluasi hasil pengobatan, dimana hal ini bergantung
pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap
OAI (apakah sama baiknya dengan respons pasien? ).

 Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus tuberculosis inaktif/stabil yang diajukan dengan
adanya gambaran garis-garis fibrotic, ireguler, prta parenkimal,
klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas
bronkhovaskular, bronkhiek tasis, serta emfisme perisikatrisial.
Lanjutan....
 Radiologis Tuberculosis Paru Milier
Tuberculosis milier akut diikuti oleh invasi pembuluh
darah secara massif / menyuluruh serta mengakibatkan
penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal
sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rongen
toraks bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier.

 Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit tuberculosis paru
diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri.Untuk membedakan sposies mycobacterium yang
satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu
pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan pecobaan, serta
perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen
mycobacterium.
 Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012) penatalaksanaan
tuberculosis paru menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan,
pengobatan dan penemuan penderita.

Pencegahan Tuberculosis Paru


 Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita
Tuberculosis paru BTA positif.
 Mass Chest X – Ray, yaitu pemeriksaan massa
terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu,
misalnya karyawan rumah sakit atau pukesmas atau
balai pengobatan. Penghuni rumah tahanan, dan siswa
– siswi pesantren.
 Varsinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung dapat reaksi
lokais yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan.
 Kemoprokfilasksis, yaitu dengan menggunakan inti
5 mg/kg Berat badan selama 6-12 dengan tujuan
menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
 Komunikasi, informasi dan edukasi tentang
penyakit tuberkulasi paru kepada masyarakat
ditingakt puskesmas maupun rumah saktit oleh
petugas pemerintah.
Pengobatan Tuberculosis Paru
Tujuan pengobatan pada penderita tuberculosis paru, selain
untuk mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan,
resistensi kuman terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai
penularan.

Penemuan Penderiat
 Penatalaksanaan terapi = asupan nutrisi adekuat / mencukupi.
 Kemoterapi yang mencakup pemebrian :
a. Isoniazid (INH)
b. Kombinasi antara NH, rifampicin dan pyrazinamide.
c. Obat tambahan antara lain Ethmbuto dan Streptomyan
d. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti–
tuberculosis.
 Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini
dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak.
 Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan
yang terinfeksi basil tuberculosis paru serta mempertahankan
asupan nutrisi yang memadai.
 Komplikasi

Menurut Ardiansyah (2012) komplikais yang terjadi pada


penyakit tuberculosis paru adalah sebagai berikut :

Komplikasi dini
 Pleuritis
 Efusi Pleura
 Empyema
 Laringan
 Tuberculosis Usus
Komplikasi lanjut
 Obstruksi jalan nafas
 Korpulmonale
 Amyloidosis
 Karsinoma paru
 Sindrom gagal napas
BAB III LAPORAN PENDAHULUAN
 Pengkajian Keperawatan

Menurut Wijaya dan Putri (2013) Asuhan Keperawatan Tubercolusis


Paru adalah :
 Identitas Diri Klien
 Nama
 Jenis Kelamin
 Umur
 Tempat/tanggal lahir
 Alamat
 Pekerjaan
 Riwayat Kesehatan
 Kesehatan sekarang : keadaan umum pernapasan (napas pendek),
nyeri dada, batuk dan sputum.
 Kesehatan dakulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami,
cedera dan pembedahan.
 Kesehatan keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita
episema, asma, alergi dan tuberculosis paru.
Lanjutan......
Gejala yang berkaitan dnegan maslah utama, misalnya :
 Demam
 Menggigil
 Lemah
 Keringat dingin malam merupakan gejalan yang berkaitan
dengan tuberculosis paru.
Status Perkembangan, misalnya :
 Ibu yang melahirkan bayi premature perlu ditanyakan apakah
sewaktu hamil mempunyai masalah-masalah resiko dan
apakah usia kehamilan cukup.
 Pada usia lanjut perlu ditanyakan apakah ada perubahan pola
pernapasan, cepat telah sewaktu naik tenaga, sulit berpanas
sewaktu berbaring atau apakah bila flu sembuhnya lama.
 Data pola pemeliharan kesehatan, misalnya :
 Tentang pekerjaan
 Obat yang tersedia di rumah
 Pola tidur – istirahat dan stress
 Pola aktivitas / istirahat
 Pola intergritas ego
 Makanan / Cairan
 Nyeri / kenyamanan
 Pernapasan
 Keamanan
 Interaksi Sosial
 Penyuluhan dan Pembelajaran
 Perencanaan pulang
Memerlukan bantuan dengan / gangguan terapi obet dan bantuan perawabtan
diri dan pemeliharaan / perawatan rumah.
 Pemeriksaan Penunjang
 Rontgen dada
 Usap basil tahan asam BTA
 Kultur Sputum
 Tes kulit tuberkulim
Gambar 3.A.13. Hasil Rotgen TB Paru
Diagnosa Keperawatan
Menurut Wujaya dan Putri (2013) diagnosa
keperawatan tuberculosis Paru adalah sebagai
berikut :

 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan secret darah yang dibuktikan dengan
frekuensi pernafasan dan bunyi nafas dan lain-
lain.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dnegan batuk, anorexia.
Intervensi dan Rasional
Menurut Wijaya dan Putri (2013) intervensi dan
rasional tuberculosis paru sebagai berikut :

Diagnosa 1 :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
secret darah yang dibuktikan dengan frekuensi
pernapasan dan bunyi nafas dan lain-lain.
Hasil yang diharapkan :
 Mempertahankan jalan nafas klien
 Mengeluarkan secret tanpa bantuan
 Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki /
mempertahankan bersihan jalan nafas.
 Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam
tingkat kemampuan / situasi.
Intervensi keperawatan
Tindakan Rasional
Mandiri : Penurununan bunyi nafas dapat menunjukkan
 Kaji fungsi pernapasan / atelectasis, panthi, mengi menunjukkan akumulasi
contoh bunyi napas, secret /ketidakmampuan untuk membersihkan
kecepatan irama dan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan
kedalaman dan penggunaan otot aksesoris pernapasan dan peningkatan kerja
otot aksesoris pernapasan.

 Catat kemampuan untuk / Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum
mengeluarkan mukosa / berdarah kental atau berdarah cerah diakibatkan
bentuk efektif, catat kerusakan kualitas paru atau luka bronkial yang
karakter, jumlah, sputum, dapat menentukan evaluasi / intervensi lanjut.
adanya hemoptysis
 Berikan pasien posisi semi / Posisi membantu memaksimalkan ekspansi baru
foeler tinggi. Bantu pasien dan menurunkan upaya pernapasan. Bentilasi
untuk bentuk dan latihan maksimal membuka area ateletaksis dan
nafas dalam peningkatan gerakan secret ke dalam jalan nafas
besar utnuk dikeluarkan.
Lanjutan.....

Kolaborasi Mencegah pengeringan membran


 Lembaran udara / oksigen inspirasi mukosa, membantu pengenceran secret.

 Beri obat-obatan sesuai indikasi : Agen mukolitik menurunkan kekentalan


• Agen mukolitis, contoh asisteisitein dan perlengketan secret paru untuk
(mucomyst) memudahkan pembersihan.
• Bronkodilator contohnya okstrifilin Bronkodilator meningkatkan ukuran
(holedyi) = teofilin lumen pecabangan trakeo bronkial
• Kortikosteroid (pretnison) sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.

 Membantu instubasi darurat Intubasi diperlukan pada ksus jarang


brinkogenik tuberculosis edama laring
atau perdarahan paru akut
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai