dihasilkan ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa sisa metabolisme tubuh seperti urea, garam terlarut, serta materi organik lainnya. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. SEJARAH & ARTI PENTING Abad ke-5 SM, Edwin Smith Surgical Papyrus, dokter zaman dahulu yang memeriksa labu berbentuk kandung kemih berisi urine. Dokter mampu mendapakan informasi diagnostik dari observasi dasar Hippocrates, menulis buku tentang uroskopi, instruksi dalam pemeriksaan urine Abad ke-1140 SM, bagan warna dikembangkan dalam menggambarkan kebermaknaan 20 warna berbeda Tahun 1694, Frederick Dekkers, mengembangkan pemeriksaan kimia dari uji semut menjadi uji rasa untuk glukosa dengan mendidihkan urine. Hal ini menjadi penemuan albuminuria Kredibilitas urinalisis tercoreng saat tabib tanpa izin medis mulai memberikan prediksi dengan menuntut biaya kesehatan Tahun 1627, Thomas Bryant dalam bukunya mengungkap rahasia peramal utinasi sehingga menginspirasi pengeluaran hukum izin praktik dokter pertama di Inggris Hal tersebut menjadi kontribusi urinalisis dalam bidang kedokteran Abad ke-17, Thomas Addis melahirkan pemeriksaan sedimen urine dan mengembangkan metode menghitung sedimen mikroskopik Tahun 1827, Richard Bright memperkenalkan konsep urinalisis sebagai bagian dari pemeriksaan rutin pasien Akhir tahun 1930an, kompleksitas dalam pemeriksaan urinalisis mencapai titik ketidakpraktisan Dua karakteristik unik spesimen urin menjadi sebab utama popularitas kontinu ; Urine mudah tersedia dan merupakan spesimen yang mudah dikumpulkan Urine mengandung informasi uang diperoleh lewat
pemeriksaan laboratorium yang murah, mengenai
fungsi metabolik tubuh utama Karakteristik tersebut sesuai dengan tren saat ini, Clinical and Laboratory Standards (CLSI) mendefinisikan Urinalisis sebagai “Pemeriksaan urin dengan prosedur yang umumnya dilakukan dengan cara tepat, andal, akurat, aman, dan efektif biaya” PEMBENTUKAN URIN Ginjal merupakan tempat yang digunakan untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme dalam bentuk urine. Proses pembentukan urine melalui tiga tahapan yaitu melalui mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi PROSES FILTRASI Proses pembentukan urine diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah. Penyaringan ini dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari aorta melalui arteri ginjal menuju ke badan Malpighi. Penyaringan akan memisahkan 2 zat. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan tertahan. Zat sisa hasil penyaringan ini disebut urine primer (filtrat glomerulus). Urine primer biasanya mengandung air, glukosa, garam serta urea. Zat-zat tersebut akan masuk dan disimpan sementara dalam Simpai Bowman. PROSES REABSORPSI Setelah urine primer tersimpan sementara dalam Simpai Bowman, mereka kemudian akan menuju saluran pengumpul. Dalam perjalanan menuju saluran pengumpul inilah, proses pembentukan urine melalui tahapan reabsorpsi. Zat-zat yang masih dapat digunakan seperti glukosa, asam amino, dan garam tertentu akan diserap lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung Henle. Penyerapan kembali dari urine primer akan menghasilkan zat yang disebut dengan urine sekunder (filtrat tubulus). Urine sekunder memiliki ciri berupa kandungan kadar ureanya yang tinggi. PROSES AUGMENTASI Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya,terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal. KOMPOSISI URIN Urin terdiri atas 95% air dan 5% zat terlarut Konsentrasi zat terlarut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti asupan diet, aktivitas fisik, metabolisme tubuh, dan fungsi endokrin Urea, produk metabolit yang dihasilkan hati dari pemecahan protein dan asam amino, menyusun hampir separuh total zat padat yang larut dalam urin Zat organik : kreatinin, asam urat Zat Anorganik : klorida, natrium, dan kalium Zat lain : hormon, vitamin, obat-obatan. Elemen bentukan : sel, silinder, kristal, mukus, dan bakteri (Semakin banyak elemen bentukan, menandakan penyakit) VOLUME URIN Volume urine bergantung pada banyaknya air yang diekskresi ginjal Faktor yang mempengaruhi volume urin : asupan cairan, kehilngan cairan dari sumber bukan ginjal, variasi dalam sekresi hormon antidiuretik, dan perlunya mengekskresikan lebh banyak zat padat terlarut Haluaran urine normal harian biasanya 1200 – 1500 mL, rentang 600 – 2000 mL dianggap normal PENGAMBILAN SPESIMEN Sarung tangan, harus selalu dipakai saat pengambilan spesimen, karena urin merupakan zat bahaya Wadah, tahan bocor, bersih dan kering, sekali pakai, permukaan mulut lebar, berbahan jernih, kapasitas 50 mL (yang memungkinkan 12 mL untuk kultur bakteri) Wadah steril, utk pemeriksaan mikrobiologis, jika pengambilan dan analisis spesimen berselang 2 jam Label, harus benar dilengkapi nama & nomor identifikasi pasien, tanggal & waktu pengambilan spesimen, informasi tambahan (usia & alamat pasien), nama penyedia layanan kesehatan (protokol instansi), ditempatkan pada wadah, harus tetap melekat jika dalam pendingin/beku Formulir permintaan, harus dibawa bersama spesimen yg dikirim ke laboratorium PENOLAKAN SPESIMEN Situasi yang tidak dapat diterima, meliputi : 1. Spesimen dalam wadah tidak berlabel