Anda di halaman 1dari 34

ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN

FISIK GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN
NS. EL FARABY S.KEP
RIWAYAT KEPERAWATAN

• Data biografi
• Riwayat perkembangan
• Riwayat sosial (pekerjaan, kondisi sosial
ekonomi, penggunaan bahan kimia : narkotik,
nephrotoksin dan cholinergik, merokok)
• Riwayat kesehatan masa lalu :Trauma, operasi, Infeksi (ISK),
• Diabetes melitus, gangguan pd jar. Penyambung, ISPA yg disebabkan
streptokokus, hipertensi
• Riwayat pengobatan, misal :Diuretik.
• Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih :
- Diet & asupan
- Gaya hidup
- Stres psikologis
- Tingkat aktivitas
• RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG, meliputi keluhan utama (keluhan yg paling dirasakan)
POLA BERKEMIH :

a. Frekuensi berkemih (miksi)

- Poliuri

- Oliguri

- Stranguri

- Urgensi

- Nokturia
- Intermiten
- Urine keluar secara menetes
- Keraguan / kesukaran saat memulai berkemih
- Inkontinensia urine
b. Kelainan miksi
- Disuria
- Adanya rasa panas sewaktu miksi
- Hematuri
- Piuri
- Lituri
NYERI

• Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia dirasakan
sebagai nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut) atau berupa referred
pain (nyari yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit). Inflamasi akut pada organ
padat traktus urogenitalia seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena
regangan kapsul yang melingkupi organ tersebut. Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis,
maupun epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ berongga sperti
buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang nyaman/discomfort.
PEMERIKSAAN GINJAL

• Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomean sebelah atas harus diperhatikan
saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran ini dapat disebabkan oleh
hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitonial.
• Palpasi dilakukan secara bimanual (dengan dua tangan). Tangan kiri diletakkan di sudut
kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan kanan meraba ginjal
dari depan. Perkusi, yaitu dengan pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebra
PEMERIKSAAN BULI-BULI

• Pemeriksaan buli buli harus memperhatikan adanya benjolan atau jaringan parut bekas
irisan/operasi di suprasiimfisis.
• \Mass di daerah tersebut dapat merupakan tumor ganas buli buli atau adanya buli buli
yang terisi penuh oleh adanya retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan
batas atas buli buli
PEMERIKSAAN GENETALIA EKSTERNA

• Pada inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,
makropensi, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis,
fistel uretro kutan, dan tumor penis.
• Striktura uretra anterior yang berat dapat menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang
teraba pada palpasi di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang dikenal sebagai
spongiofibrosis.
• Perhatikan adanya pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri saat diraba, atau adanya
hipoplasia pada kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus. Untuk membedakan
antara massa padat dengan massa kistus pada isi skrotum dapat dilakukan pemeriksaan
transiluminasi pada isi skrotum.
• Pada wanita klitoris terbelah, lack of fusion of the anterior fourchette(epispadia),hipertrofi klitoris,
skrotalisasi labio mayora (adrenogenital sindrom)
• Meatus : kemerahan, nyeri tekan, karunkulae uretra, eversi bibir belakang vagina berhungan dengan
uretritis dan vaginitis senilis
• Uretritis dan vaginitis senilis  smear (lugol)
• Ulkus kecil a/ bula kecil yang nyeri  Herpes virus Type 2
• Discharge vagina & Wuretra  smear & kultur
• Skenitis & Bartolinitis  uretritis atau sistitis persisten.
• Uretrokel & sistokel  residual urine  infeksi buli
• Serviks harus diperiksa  Pap’s smear a/ biopsi
COLOK DUBUR (RECTAL TOUCHER)

• Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk (yang sudah diberikan pelicin)
ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan ini, dinilai (1) tonus sfingter ani dan refleks
bulbo-kavernous (BCR), (2) adanya massa di lumen rektum, dan (3) menilai keadaan
prostat. Penilaian refleks bulbo-kavernosus dinilai dengan merasakan adanya reflek jepitan
ani pada jari akibat rangsangan sakit yang diberikan pada glans penis. Pada wanita yang
sudah berkeluarga dapat dilakukan pula colok vagina untuk menilai kemungkinan adanya
kelainan pada alat kelamin wanita, seperti massa di serviks, darah di vagina, dan massa di
buli-buli.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• URINALISIS
- Paling banyak digunakan
- Mengumpulkan urin pertama yg keluar
- Meatus uretra eksterna dicuci bersih, urin dikumpulkan dlm wadah steril
• Bila terpaksa menggunakan kateter
• Urin harus segera diperiksa dlm waktu 1 jam (simpan di freezer)
• Untuk memeriksa elektrolit, glukosa, protein, catechomine dan creatinin
IVP (INTRA VENOUS PYELOGRAM)

• Untuk memvisualisasikan tract urinari dgn menggunakan cat radiopaque


• Sebelumnya pasien dites alergi thd iodine
• IVP dikontraindikasikan pd pasien yg mengalami penurunan fungsi ginjal
RENAL ANGIOGRAPHY

• Untuk memvisualisasi pembuluh darah ginjal


• Menggunakan cateter arterial yg dimasukkan ke arteri femoralis, kemudian divisualisasikan
dgn teknik radiografik/komputerisasi
• Pasien puasa 6-8 jam
• Komplikasi trhombus dan embolus, peradangan lokal dan hematome
• Monitor TTV & sirkulasi
• Pasien diistirahatkan ± 6 jam untuk mencegah trauma pd pembuluh darah femoralis
RENAL RADIONUCLIDE IMAGING

• Untuk mengevaluasi struktur anatomi, fungsi dan perfusi ginjal


• Radioisotop diinjeksikan ke dalam pembuluh darah detektor radiasi ditempatkan di atas
ginjal
• Akan menunjukkan perbedaan ke-2 ginjal
• Untuk mendeteksi munculnya keganasan
• Komplikasi : pendarahan, hematome dan infeksi
• Monitor TTV & tempat biopsy untuk mencegah perdarahan
• Pasca prosedur pasien harus tetap menelungkup 30-60 menit & istirahat di tempat tidur
3-4 jam
• Pasien tdk boleh mengangkat benda berat selama 1 minggu
CYSTOSCOPY

• Untuk memeriksa kandung kemih, memasukkan catheter urethra, menghilangkan calculi,


mendapatkan biopsi dan menghentikan perdarahan
• Mungkin diperlukan anestesi lokal/umum
• Komplikasi : rasa sakit pd kandung kemih, rasa terbakar saat berkemih, perdarahan urinari,
ISK
DEHIDRASI

• Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa
mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler
(Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139)
• Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
PENYEBAB

• Penurunan masukan
• Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dll.
• Perdarahan
PERUBAHAN PADA HIPOVOLEMIA

• 1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)


• a. Haus, gelisah
b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal
c. Turgor kulit normal
d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
e. Kesadaran baik
f. Denyut jantung meningkat
• 2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)
a. Haus meningkat
b. Nadi cepat dan lemah
c. Turgor kulit kering, membran mukosa kering
d. Pengeluaran urien berkurang
e. Suhu tubuh meningkat
• 3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
a. Penurunan kesadaran
b. Lemah, lesu
c. Takikardi
d. Mata cekung
e. Pengeluaran urine tidak ada
f. Hipotensi
g. Nadi cepat dan halus
h. Ekstremitas dingin
TANDA-GEJALA KLINIS

• Pusing, kelemahan, Keletihan


• Sinkope
• anoreksia,mual, muntah, haus,
• kekacauan mental
• Konstipasi dan oliguria.
• HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering, mukosa
mulut kering, mata cekung.
PENGKAJIAN FISIK

• Penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik); peningkatan
frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar; mata cekung; vena leher
kempes; peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut. Bayi dan anak-anak :
penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
• Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan haus; hipotensi
terlentang dan oliguria.
OVERLOAD CAIRAN/OEDEMA

• Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang berlebihan.


• Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang kira- kira sama. engan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan
pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial
sehingga mnyebabkan edema.
ETIOLOGI

• a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air


• b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma
PENGKAJIAN FISIK

• Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal)


nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia,
irama galop
ODEMA PITTING

• +1: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk) maka daerah yang
odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 2
mm
• +2: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk) maka daerah yang
odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 4 mm
• +3: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk) maka
daerah yang odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 6
mm
• +4: Setelah dipalpasi oleh pemeriksa (dengan jari telunjuk) maka daerah yang
odema akan menampakkan/memperlihatkan cekungan sedalam 8 mm
KOMPLIKASI

• Gagal ginjal, akut atau kronik


• Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung
• Infark miokard
• Gagal jantung kongestif
• Gagal jantung kiri
• Penyakit katup
• Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi
natrium
• Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
• Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
• Varikose vena
• Penyakit vaskuler perifer

Anda mungkin juga menyukai