Anda di halaman 1dari 46

LBM 2 “ANGKA TOTAL FERTILITAS”

Putri
1. Apa yang dimaksud dengan
fertilitas?
• Thompson (1953) state fertility the actual reproductive performance of a
woman or group a woman. Jadi fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup
(Live birth) dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Atau dengan
kata lain fertilitas adalah kemampuan seorang wanita atau sekelompok
wanita untuk memberikan keturunan yang diukur dengan bayi lahir hidup
(hasil nyata). Wanita fertil adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
lahir hidup, tetapi wanita yang pernah hamil belum tentu fertil
• Fecundity denotes the ability to bear a children or physical capacity of
bearing children ( Thomson, 1953). Jadi fecunditas ( kesuburan) adalah
lebih diartikan kepada kemampuan biologis wanita untuk mempunyai
anak. Atau dengan kata lain kemampuan seorang wanita untuk
mendapatkan konsepsi. Ada juga pengertian dari fecundabilitas
(fecundability) yaitu kemampuan seorang wanita untuk bias haid atau
ovulasi. Sedangkan konsep dari reproduksi dalam demografi, lebih
memberikan arti mengenai kemampuan penduduk wanita untuk berlipat
ganda atau menggantikan dirinya (replacement dalam hal fungsi)
• Pengertian lahir hidup (live birth) menurut PBB dan
WHO adalah peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari
rahim seorang ibu tanpa memandang/melihat usia
kehamilan, dan setelah perpisahan/keluar tadi bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti;
bernafas, ada denyut jantung atau denyut tali pusat
atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang tali
pusat sudah dipotong/masih melekat pada placenta.
Sedangkan pengertian lahir mati adalah peristiwa
menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil
konsepsi tersebut keluar dari rahim ibunya tanpa
memandang usia kehamilannya.
2. Mengapa pengukuran fertilitas lebih kompleks dari
pada mortalitas ?

• Mortalitas menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua


tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam
pengertian kematian.
• Pengukuran fertilitas tidak sesederhana dalam pengkuran mortalitas,
dengan alasan sebagai berikut:
1. Akurasi data, sulit memperoleh data lahir hidup karena banyak bayi-bayi
yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran tidak dicatatkan sebagai
peristiwa kelahiran atau kematian dan sering juga dicatatkan sebagai
lahir mati (still bith)
2. Tidak semua wanita mempunyai resiko melahirkan, yang mempunyai
resiko adalah wanita menikah yang usianya usia reproduksi.
3. Kejadian melahirkan seorang wanita dapat berkali-kali dan melibatkan
dua orang suami dan istri, dan akan lebih kompleks jika seorang wanita
tersebut cerai, dan menikah lagi. Sedangkan mortalitas atau kematian
akan terjadi satu kali saja dan tidak bisa berulang seperti melahirkan.
4. Budaya mempengaruhi kelahiran terutama yang mendukung kelahiran
misalnya banyak anak banyak rezeki
3. Apa saja parameter untuk pengukuran fertilitas
(beserta rumusnya) ?

• Ada dua macam pengukuran fertilitas yaitu


pengukuran fertilitas tahunan dan dan
pengukuran fertilitas kumulatif.
a. Pengukuran fertilitas tahunan adalah mengukur
jumlah kelahiran pada tahun tertentu dan
dihubungkan dengan jumlah penduduk yang
mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun
tertentu.
b. Pengukuran kumulatif adalah mengukur jumlah
rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang
wanita sampai mengakhiri batas usia subur.
• Pengukuran Fertilitas Tahunan
 Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR)
Tingkat kelahiran kasar didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup pada
suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1.000 penduduk pada pertengahan
tahun.

dimana:
CBR = Tingkat Kelahiran Kasar
Pm = Penduduk pertengahan tahun
K = Bilangan konstan yang biasanya 1.000B
Adapun kelemahan dalam perhitungan CBR yakni tidak
memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang masih kanak-
kanak dan yang berumur 50 tahun ke atas. Jadi angka yang dihasilkan sangat
kasar.Sedangkan kelebihan dalam penggunaan ukuran CBR adalah
perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang
jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
 Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate / GFR)
Pengukuran GFR sama dengan CBR, hanya penyebutnya tidak
terdiri dari seluruh jumlah penduduk tetapi jumlah penduduk
wanita dalam usia subur yaitu wanita yang berumur antara (15 –
44) tahun atau (15 – 49)tahun. GFR merupakan suatu angka yang
menunjukkan jumlah kelahiran per 1.000 perempuan dalam usia
produktif ( 15 – 44 dan 15 – 49 tahun) dalam suatu periode
tertentu. Untuk menghitung angka kelahiran ini diperlukan
tentang jumlah penduduk wanita usia reproduktif. Angka fertilitas
umum ini lebih cermat dari pada angka kelahiran kasar (CBR).

GFR sebagai ukuran fertilitas kurang sempurna, karena


kemampuan wanita untuk melahirkan berbeda-beda sesuai dengan
golongan umur mereka. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini,
maka dipergunakanlah ukuran yang lebih sempurna yaitu tingkat
kelahiran umur khusus ( Age Specific Fertility Rate)
 Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility
Rate / ASFR)
Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran
menurut umur dari wanita yang berada dalam kelompok
umur 15 – 19 tahun.Ukuran ini lebih baik daripada kedua
ukuran diatas, karena pengaruh daripada variasi
kelompok umur umur dapat dihilangkan. Oleh karena itu
terlihat perbedaan yang nyata mengenai fertilitas wanita
dalam tiap kelompok umur interval lima tahun.

 Untuk usia dikelompokkan menjadi 7 yaitu


• Pengukuran Fertilitas Kumulatif
 Tingkat Fertilitas Total (Total fertility Rate / TFR) TFR adalah jumlah
bayi yang akan dilahirkan oleh 1.000 wanita selama masa suburnya.
Dalam praktek biasanya kita mengerjakan hitungan TFR lewat
perhitungan ASFR dengan mengalikan 5 jumlah dari ASFR itu, yang
biasanya ditulis dengan rumus:

Contoh : Misalnya ASFR untuk Jawa Timur tahun 2010 dihitung dari
Sensus Penduduk tahun 2010
Total Fertility Rate (TFR ) = 5 x 399 = 1995
TFR sebesar 1995 per 1.000 wanita dalam usia reproduksi atau 1,995
untuk seorang wanita,ini berarti dalam masa reproduksinya seorang
wanita itu mempunyai 1 atau 2 orang anak
Gross Reproduction Rate (GFR / Tingkat
Reproduksi Kotor) GFR adalah jumlah
kelahiran bayi perempuan oleh sebuah cohort
yang terdiri dari seribu bayi perempuan
sepanjang hidupnya tidak ada yang meninggal
sebelum mengakiri masa reproduksinya, dapat
dikatakan juga bahwa GRR sama dengan TFR
untuk bayi wanita, yang biasa ditulis dengan
rumus :
GFR = 5 x ∑ ASFRfi
• Dimana ASFR = ASFR wanita = ASFR fi
• Jadi GFR = 5 x 385,20 = 1.926,0
• GFR dapat mengukur berapa jumlah wanita yang akan
menggantikan cohorthypothesis dari 1.000 wanita diatas dengan
catatan tidak ada wanita yang meninggal pada masa reproduksinya.
Dengan mengabaikan kemungkinan wanita meninggal pada masa
reproduksinya, maka merupakan kelemahan dari GFR. Karena
alasan diatas maka digunakan perhitungan net reproduction rate
• Tingkat Repoduksi Bersih (Net Reproduction Rate / NRR)
NRR adalah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah cohort hypotetic dari
1000 wanita dengan memperhitungkan banyak kemungkinan meninggal 7 dari
wanita-wanita tersebut sebelum mengakiri masa reproduksinya. Atau dapat dikatakan
merupakan angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak-anak perempuan yang
dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hayatnya, dengan mengikuti pola
fertilitas yang sama seperti ibunya.
Cohort adalah sekelompok penduduk yang dalam perjalanan hidupnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Misalnya :
Sebuh cohort terdiri dari seribu bayi perempuan, berapa dari 1000 wanita
itu yang meninggal sebelum mencapai umur reproduksinya. Selanjutnya wanita-
wanita yang mencapai umur reproduksinyapun berapa yang meninggal, misalnya
berapa wanita yang hanya berkesempatan mempunyai anak sampai umur 30 tahun
dan seterusnya sampai akhir umur reproduksi sesudah itu meninggal. Jadi berapakah
besarnya jumlah bayi wanita yang akan menggantikan cohort wanita diatas sampai
akhir masa reproduksinya, dengan memperhatikan kemungkinan meninggal beberapa
anggota cohort tersebut. NRR ini biasa ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut:
• NRR = 1268, ini berarti bahwa dalam satu generasi yang akan datang 1.000
wanita akan diganti oleh 1.390,83 bagi wanita.
4. Mengapa diperlukan standarisasi tingkat fertiltas
(SFR) ? itu parameter tersendiri atau tidak ?
Karena tingkat fertilitas dipengaruhi banyak variable seperti umur, status perkawinan, dll
sehingga perlu adanya standarisasi sehingga hanya satu variable yg berpengaruh.
(Prof.Ida Bagus Mantra, Ph.D.2008.Demografi Umum.Yogyakarta:Pustaka Pelajar)

STANDARDISASI TINGKAT FERTILITAS


- Tinggi rendahnya tingkat fertilitas di suatu negara di pengaruhi oleh beberapa variabel
misalnya umur, status perkawinan, atau karakteristik yang lain.
- Seperti halnya dengan mortalitas, kalau kita ingin memperbandingkan tingkat fertilitas
di beberapa negara, maka pengaruh variabel-variabel tsb perlu dinetralisir dengan
menggunakan teknik standardisasi yang digunakan untuk pengukuran mortalitas.
- Jika diketahui tingkat fertilitas menurut umur di Negara A dan B, dan ingin dibandingkan
tingkat kelahiran umum di kedua negara tersebut, maka tingkat fertilitas menurut umur
dikalikan dengan jumlah penduduk standar dari masing-masing kelompok umur.
Cara menetapkan standarisasi tingkat fertilitas rumus GFR
a. Penggunaan prinsip sama dengan pengukuran mortalitas
b. Masalah diketahui tingkat fertilitas menurut umur negara Adan B
ingin dibandingkan tingkat kelahiran umum di kedua negara
c. Konsep: Tingkat fertilitas menurut umur X jumlah penduduk
standar dari masing-masing kelompok umur (dijumlahkan sesuai
rumus)

Cara menetapkan standarisasi tingkat fertilitas :


a. Melakukan pengukuran data statistic tentang kelahiran bayi hidup
dan mati
b. Menetapkan status ekonomi dari orang tuanya
c. Menetapkan standarisasi berdasarkan factor-faktor pendukung
yang meliputi tindakan medic pasca kelahiran, keterangan tentang
kelahiran, wilayah kelahiran,dll.
(Physichal Of Demography)
• Sebagai contoh di bawah ini dibuat
penghitungan Tingkat Fertilitas Umum untuk
Negara India, Swedia, dan Philipina dengan
menggunakan penduduk perempuan di
Swedia tahun 1960 sebagai standar.
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi fertilitas ?
• Menurut Ida Bagoes Mantra (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor Demografi adalah struktur atau komposisi umur, status perkawinan,
umur kawin pertama, lama perkawinan, paritas, disrupsi perkawinan,
fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin.
b. Faktor Non Demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat
pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi.
• Menurut Davis dan Blake dalam Mantra (2015) faktor-faktor sosial, ekonomi dan
budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”. Ada 11
variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masingmasing
dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut: (slide
selanjutnya)
• John Bongaarts (1978) mensederhanakan variabel Davis dan Blake, ada empat
variabel antara yang terpenting yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas
yaitu : perkawinan atau proporsi wanita yang kawin, pemakaian alat
kontrasepsi, laktasi, dan pengguguran yang disengaja.
• Menurut Freedman (1975) mengemukakan bahwa fertilitas dipengaruhi oleh
variable antara dan variabel antara itu sendiri dipengaruhi oleh norma besarnya
keluarga (family norm) dan norma variabel antara itu sendiri.Selanjutnya norma-
norma tentang besarnya keluarga dipengaruhi oleh tingkat kematian bayi dan
anak. Kesemua variabel antara ini dipengaruhi oleh struktur sosial ekonomi yang
ada di masyarakat.
6. Bagaimana dampak dari meningkatnya angka
fertilitas ?
• Negatif :
a. Pendidikan Kesempatan untuk mendapatt pendidikan semakin sulit dan mahal
b. Lapangan pekerjaan Semakin langka karena orientasi pendidikan dan ketidak
seimbangan dari usaha penyedia lapangan pekerjaan. Sehinggan pengangguran akan
meningkat apa lagi yang sarjana
c. Masalah perumahan dan tempat tinggal Tempat tinggal semakin banyak dibuuhkan
dan ironisnya menyita lahan pertanian yang subur. Kelangkaan tempat tinggal
menimbulkan hidup berdesakan dan tempat kumuh
d. Masalah gizi dan pangan Semakin mahal dan semakin mahal sehingga indonesia
sebagai tempat berdagang bagi bangsa lain yang justru harusnya sebagai tempat
berkembangnya bahan pangan tropis.
e. Memburuknya lalu lintas Jalan yang dibangun tidak seimbang dengan jumlah
penduduk yang ada
f. Gangguan ketertiban dan kriminalitas Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali
menyebabkan kemiskinan mental dan harta yang menyebabkan masyarakat menjadi
cenderung lebih bruta dan dapat menjadi gangguan ketertiban dan keamanan.
• Positif :
a. Mudah mendapat pekerja dan gajinya murah
b. Bonus demografi Apabila bayi yang lahir dirawat dengan benar, nutrisi terpenuhi,
pendidikan terpenuhi,dll dapat menjadikannya tumbuh menjadi orang yang produktif.
Sehinnga dia akan bisa membangun negara ini menjadi lebih baik lagi.
7. Apa hubungan fertilitas dengan kependudukan ?
a. Hubungan fertilitas dengan keadaan ekonomi penduduk Fertilitas merupakan tingkat kesuburan usia produktif
untuk menghasilkan suatu keturunan (dalam hal ini adalah anak), tentunya hal ini nantinya akan sangat
berhubungan erat dengan hidup dan kehidupan manusia tentang apa dan bagaimana mereka melakukan
pemenuhan kebutuhan hidup (taraf kebutuhan ekonomi) untuk melangsungkan jenisnya. Karena setiap keluarga
telah memiliki suatu tujuan tertentu untuk bereproduksi, serta telah memiliki suatu usaha dan pandangan tentang
pemikiran bahwa mereka akan mampu atau tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup dari segi ekonomi untuk
kelangsungan hidup anggota keluarganya.

b. Hubungan fertilitas dengan sosial budaya  Fertilitas merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari (dalam suatu komunitas sosial budaya tertentu) apabila seseorang
dikatakan mandul (infertil), orang yang bersangkutan akan memiliki rasa beban dan tertekan dalam hidupnya,
karena merasa bahwa dirinya tidak bisa menghasilkan keturunan yang nantinya dengan adanya keturunan itu, suatu
keluarga akan melakukan suatu kegiatan atau prosesi upacara kebudayaan sesuai dengan tata sosial budaya yang
berlaku di tempat mereka tinggal dan hidup.

c. Hubungan fertilitas dengan kesehatan reproduksi Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk dijaga pada
masa-masa usia produktif, hal ini dikarenakan alat reproduksi yang sehat sangat berhubungan dengan tingkat
fertilitas seseorang, walaupun dalam beberapa orang diketemukan kasus infertil. Pada dasarnya reproduksi yang
sehat akan melahirkan generasi yang sehat pula, sehingga tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang sangat
terpengaruh dengan hal ini, karena akan dapat menghasilkan keturunan yang baik.

d. Hubungan fertilitas dengan pekerjaan Tingkat kesuburan (fertilitas) juga sangat dipengaruhi oleh pekerjaan
seseorang, karena hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang. Tentunya ada beberapa
pekerjaan yang mendatangkan risiko-risiko tertentu yang akan membuat seseorang tersebut menjadi mandul
(infertil) atau daya kesuburanya menurun. Dalam hal inilah seseorang akan mengalami suatu kedaan yang sulit,
karena di satu sisi manusia harus memenuhi kebutuhan hidup, tetapi di satu sisi dalam menjalankan pekerjaan yang
mereka lakukan, mereka harus menanggung risiko yang bahkan mungkin sangat berat untuk sebagian orang yaitu
kemandulan (infertil), karena faktorfaktor dari pekerjaan yang dia lakukan.
 Hubungan fertilitas dengan kependidikan Pendidikan adalah suatu upaya pengembangan daya
pemikiran seseorang untuk menghasilkan suatu generasi yang berkualitas. Tentunya dalam hal ini sangat
berkaitan dengan tingkat kesuburan manusia itu sendiri untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik
dan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik pula. Melalui pendidikan inilah manusia akan
mengetahui pentingnya kesuburan, dan kesehatan reproduksi untuk dapat menghasilkan keturunan, guna
kelangsungan hidup jenisnya untuk menghindari kepunahan.

 Hubungan fertilitas dengan kependudukan Masalah kependudukan merupakan masalah yang paling
mendasar dalam suatu negara, hal ini sangat berkaitan dengan angka fertilitas penduduk suatu negara
untuk menghasilkan keturunan, sehingga apabila laju pertumbuhan penduduk disini tidak dikendalikan
dengan baik, tentunya akan membawa dampak yang buruk bagi suatu negara, karena dapat
dimungkinkan terjadi peledakan penduduk dimana perekonomian negara tidak akan sebanding dengan
jumlah penduduk yang semakin bertambah akibat pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, akan
mengakibatkan bencana nasional, seperti : kelaparan, angka penganguran yang tinggi, tindak kriminal
yang tinggi, dan lain-lain.

 Hubungan fertilitas dengan PUS (Pasangan Usia Subur) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan
(dalam hal ini terdiri dari laki-laki dan perempuan) yang telah menginjak usia subur guna melangsungkan
reproduksi untuk memperoleh keturunan. Pada saat ini sangat penting mengetahui tingkat kesuburan
masing-masing pasangan untuk mendapatkan keturunan yang baik demi kelangsungan hidupnya
dikemudian hari. Tingkat kesuburan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti :
kelengkapan organ-organ reproduksi, pola konsumsi yang baik, serta aktifitas atau kegiatan hidup seharí-
hari, misalnya seperti bekerja. Untuk itulah pada Pasangan Usia Subur ini tentunya memiliki masa tingkat
kesuburan yang baik untuk menghasilkan keturunan. Tetapi dalam hal ini pada beberapa negara menjadi
permasalahan yang Sangat berarti, karena di negara yang memiliki jumlah penduduk usia muda yang
berarti (tinggi) akan berdampak buruk, yaitu dengan terjadinya peledakan penduduk, yang juga akan
berdampak buruk pula pada segala aspek bidang kependudukan dalam negara yang bersangkutan.
8. Apa saja program KKBPK
• Program KB berubah menjadi program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK)

• Upaya menggerakkan program KKBPK diawali dengan menurunkan angka TFR. Upaya ini difokuskan
pada kelahiran yang terjadi pada usia remaja yang menjadi penyumbang besar bagi kenaikan
maupun penurunan TFR. Kegiatan yang terkait dengan penurunan kelahiran usia remaja 15-19
tahun antara lain dilakukan melalui pembentukan Pusat Informasi dan Konseling (PIK)
Remaja/Mahasiswa berbasis sekolah, kampus maupun wilayah desa dan kecamatan. Kegiatan ini
merupakan bagian dari upaya Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) sehingga terjadi peningkatan
usia kawin pertama yang diikuti dengan persalinan di atas usia 20 tahun. Dilihat dari sisi kesehatan
reproduksi tidak lagi rentan terhadap risiko tinggi persalinan.
- Kontrasepsi Modern
Peningkatan kesertaan ber-KB merupakan bagian penting program KKBPK. Upaya peningkatan
penggunaan kontrasepsi modern bagi Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi bidikan utama program
terkait dengan efektivitasnya. Berbagai motode kontrasepsi modern disediakan sebagai pilihan seperti
IUD, implan, suntik, pil, kondom dan Medis Operasi Pria (MOP) serta Medis Operasi Wanita (MOW) agar
dapat memilih sesuai kebutuhannya. Namun tetap diberikan motivasi untuk menggunakan kontrasepsi
modern jangka panjang.
Mempertahankan kesertaan ber-KB sehingga tidak terjadi drop out dilakukan dengan pembinaan rutin
melalui kelompok-kelompok kegiatan yang ada di masyarakat. Kegiatan keluarga sejahtera
dikembangkan melalui Bina Keluarga Sejahtera (BKS) yang terdiri dari kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL) serta peningkatan ekonomi keluarga
melalui kelompok UPPKS. BKKBN juga melakukan penggarapan generasi muda agar terhindar dari tiga
hal, yakni seks bebas - nikah dini dan penyalahgunaan Napza.
- Kampung KB
Sejak dicanangkan Presiden Joko Widodo 14 Januari 2016, Kampung KB diharapkan dapat memberikan
solusi bagi hidupnya kembali program KKBPK di lapangan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
dan kesejahteraan masyarakat
Program GenRe
• Pengertian Generasi Berencana (GenRe)GenRe adalah remaja dan
pemuda yang memilikipengetahuan, bersikap dan berperilaku
sebagairemaja, u/ menyiapkan dan perencanaan yg matangdalam
kehidupan berkeluarga.Remaja dan Pemuda GENRE mampu
melangsungkanjenjang-jenjang pendidikan secara terencana,
berkarirdalam pekerjaan secara terencana, dan menikahdengan
penuh perencanaan sesuai siklus KesehatanReproduksi.

• PROMOSI GenRe
- Mengajak para remaja berperilaku sehat dan berakhlak
Mengatakan tidak pada sex bebas, narkoba, dan tidak menjadi
korban HIV dan AIDS
- Mengajak remaja untuk merencanakan kehidupan berkeluarga atau
Pendewasaan Usia Perkawinan
PUP
• Pendewasaaan usia perkawinan (PUP) adalah upaya
untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama,
sehingga pada saat perkawinan, perempuan mencapai
minimal usia 20 tahun dan laki-laki usia 25 tahun.
Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari
program Keluarga Berencana Nasional. PUP
• Tujuan Memberikan pengertian dan kesadaran kepada
remaja agar dalam merencanakan keluarga mereka
dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan
dengan kehidupan berkeluarga. Baik itu kesiapan fisik,
mental, emosional, pendidikan , sosial, ekonomi serta
menentukan jumlah dan jarak kelahiran Menurunkan
Total Fertility Rate (TFR)
9. Apa saja yang mempengaruhi keberhasilan
dari program KKBPK ?
10. Apa peran BKKBN dalam menangani fertilitas ?
• Menggerakan dan memberdayakan peran serta masyarakat dalam keluarga
berencana.
• Menata kembali pengelolaan program KB
• Memperkuat SDM oprasional (sdm unuk mencapai) program KB
• Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB
• Meningkatkan pembinaan program KB
TUJUAN UMUM
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
• Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
• Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
Visi lama : Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera”
Visi baru, yaitu “Keluarga Berkualitas 2015” suatu keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
11.Apa yang mempengaruhi penurunan fertilitas ?

• Penurunan angka kelahiran pada berbagai masyarakat berkaitan dengan


peralihan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Padahal
Negara-negara industry pada umumnya tidak mempunyai program resmi
keluarga berencana untuk penurunan angka kelahiran. Penurunan angka
kelahiran dengan alat kontrasepsi dibarengi motivasi mempunyai anak
sedikit.
• Penyebab utama dari penurunan fertilitas ini adalah ovarian reserve atau
cadangan telur pada tubuh wanita yang pastinya akan menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
• Faktor yang mempengaruhi penurunan angka kelahiran
a. usia wanita, semakin tua usia wanita semakin menurun kemampuan
fertilitas
b. keberhasilan program KB
c. faktor- faktor sosial ekonomi budaya
d. penundaan usia kawin
e. status pendidikan yang semakin meningkat
12. Masalah utama dalam membatasi fertilitas ?
Penyelesaiiannya bagaimana ?

• kendala dalam menurunkan tingkat fertilitas


a. Pada umumnya angka kelahiran dikaitkan dengan kelahiran yang meliputi suatu
periode tertentu
b. Suatu kelahiran selalu mlibatkan pria dan wanita
c. Secara kasar dapat dikatakan bahwa suatu kelahiran yang terjadi pada umur 80
tahun menghasilkan kelahiran yang banyak Penyebut angka kelahiran,
terutama yang menyangkut jumlah penduduk yang menghadapi resiko,
kenyataannya sangat sulit dihitung
d. Dalam banyak hal perbedaan antara kelahiran hidup dan kelahiran mati biasanya
sulit diklasifikasikan secara konsisten Tidak seperti halnya kematian,
perkawinan merupakan peristiwa yang dapat terjadi lebih dari satu kali.
Sumber : Tehnik Demografi. Drs. Rozy munir, M.Sc. dan drs. Budiarto. Pt bina Aksara. Jakarta.
e. Rendahnya kualitas pelayanan KB( terutama pelayanan unuk penduduk miskin
Adanya rasa takut akan efek samping medis
f. Hambatan social, budaya dan agama untuk menggunakan alat KB
Masalah pengukuran fertilitas
 pada umumnya angka kelahiran dikaitkan dgn kelahiran yang meliputi suatu periode tertentu.Ada 2 pilihan alternatif :
a) pengukuran selama suatu periode yang agak singkat yaitu 1 tahun kalender
b) mengukur fertilitas meliputi periode kehidupan reproduktif yang sudah berakhir
 suatu kelahiran selalu melibatkan pria dan wanita bermanfaat untuk mengukur fertilitas menurut karakteristik ibu , ayah atau
pasangan tersebut
 secara kasar dapat dikatakan bahwa suatu kelahiran yang terjadi pada umur 80 thn menghasilkan kelahiran yg banyak keadaan ini
menimbulkan problem yaitu apakah unit pengukuran yang dipergunakan harus didasarkan atas jumlah anak yang sudah dilahirkan
atau jumlah kelahiran (persalinan)
 penyebur angka kelahiran terutama yang menyangkut jumlah penduduk yang menghadapi resiko , kenyataannya sangat sulit dihitung
Kedudukan sbg orang tua hanya terbatas pada yang sudah dipilih.Kelompok penduduk yang sangat muda dan sangat tua sudah tidah
diperhitungkan , tetapi dilain pihak tidak semua penduduk yang tercakup diantara dua kelompok umur tsb mengahdapi ririko
kehamilan.Beberapa diantaranya ada yang steril.Sedangkan yang lain masih membujang, sudah menjanda atau bercerai.Kira2 5 – 10
%kelahiran terjadi diluar pernikahan dan beberapa negara persentase tsb malah semakin meningkat
 dalam banyak hal perbedaan antara kelahiran hidup dan kelahiran mati biasanya sulit diklasifikasikan secara konsisten, selain itu
kebiasaan disetiap negara atau kebiasaan yang dilakukan para dokter ternyata juga berbeda Tidak seperti halnya dengan kematian ,
perkawinan merupakan peristiwa yang dapat terjadi lebih dari 1 kali.Dengan demikian terdapat unsur pilihan.Akibatnya preferen dan
pandangan pribadi akan memmbawa pengaruh yang cukup kuat terhadap jumlah anak yang dikehendaki dan dalam periode
perencanaan jumlah keluarga yang efisien maka jumlah anak yang sebenarnya dilahirkan akan juga dipengaruhi oleh faktor2 tsb.Dalam
masalah mortalitas dapat diasumsikan bahwa hampir semua orang ingin hidup dalam jangka waktu yang lebih lama tetapi masalah
jumlah anak atau kapan anak seharusnyaa dilahirkan ternyata belum diperoleh kata sepakat (Teknik demografi oleh Drs.Rozy Munir,
Msc dan Drs.Budiarto edisi 1 )

• Problem Pengukuran Fertilitas


 Pengukuran fertilitas sangat kompleks dibanding pengukuran mortalitas:
- Seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi
- Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai risiko kematian lagi.
Sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti risiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun
 Kelahiran melibatkan 2 orang (suami istri), sedangkan kematian hanya melibatkan 1 orang saja
 Tidak semua perempuan mengalami risiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa tidak dapat pasangan, bercerai, menjanda
masalah-masalah pengukuran fertilitas
• Sulit memperoleh data lahir hidup karena banyak bayi – bayi yang
meninggal beberapa saat setelah kelahiran
• Wanita mempunyai kemungkinan melahirkan lebih dari sekali Hanya
melibatkan satu wanita, tidak semua wanita diukur
• Pencatatan yang tidak lengkap Hal ini disebabkan karena masih banyak
kelahiran yang tidak dilaporkan, terutama persalinan yang ditolong oleh
dukun bayi di daerah pedesaan. Tidak dilaporkannya suatu kelahiran dapat
disebabkan karena kurang pengertian tentang manfaat pelaporan atau
mungkin karena prosedur pelaporan yang terlalu rumit.
• Pelaporan yang terlambat
• Terdapat kesalahan dalam pencatatan:
- Tempat kelahiran
- Umur ibu
- Paritas
- nterval persalinan
• Di Indonesia, pencatatan kelahiran dapat dilakukan dikantor kecamatan
dan di kota madya. Untuk pelaporan dikecamatan diberi surat kenal lahir
sedangkan pelaporan dikota madya diberi akte kelahiran. Untuk pelaporan
kelahiran yang terlambat dibutuhkan prosedur yang rumit
yaitu:pembuatan akte kelahiran harus dilakukan melalui pengadilan
dengan biaya yang cukup tinggi. Hal ini ungkin merupakan salah satu
sebab masyarakat enggan untuk melaporkan bila telah melewati batas
waktu yang telah ditetapkan.
13. Indikator keberhasilan fertilitas, apakah semua
parameter atau beberapa parameter saja
Indicator keberhasilan
1. Angka Kelahiran Tahunan ( current fertility )
- Jumlah Kelahiran
- Angka Kelahiran Kasar ( Crude Birth Rate – CBR )
- Angka Kelahiran Menurut Umur
- Angka fertilitas Total

2. Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)


- Anak Lahir Hidup (ALH) atau Children Ever Born ( CEB )
- Anak Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living ( CSL)
- Rasio Anak-Wanita atau Child Women Ratio (CWR ).
- Paritas
- Keluarga Berencana
- Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi ( CPR )
- Angka tidak terpenuhinya kebutuhan KB ( Unmet - need )
14.Apa hubungan antara kenaikan fertilitas pd usia 15-
19 tahun dengan stagnansi TFR di Indonesia

• Program pemerintah untuk menekan fertilitas gagal


• Iklan dari program KB sendiri kurang
• GanRe yang kurang maksimal
• GanRe adalah remaja dan pemuda yang memiliki
pengetahuan, bertindak dan berperilaku sebagai remaja
untuk menyiapkan dan perencanaan menuju keluarga
berencana.
• Sosialisasi tentang KB yang tidak teratur dan menyeluruh
• Diusia 15-19 tahun  masa reproduksi masih baik dan jika
sudah menikah akan memungkinkan terusnya ada kelahiran
• Banyaknya remaja yang belum mengetahui tentang KB 
dan belum berani menggunakan KB
15. Dalam menurunkan TFR kira” butuh peran tokon
masyarakat apa tidak, jika iya apa perannya ?

• Karena tokoh masyarakat dan agama merupakan


orang-orang yang pandangannya sangat berpengaruh
terhadap kehidupan seseorang di lingkungannya.
Apabila para tokoh masyarakat dan agma mendukung
program KB, masyarakat akan cenderung
meningkatkan keyakinannya untuk mengikuti program
KB. Sehingga peran tokoh masyarakat dan agama
sangat penting untuk tercapainya kesuksesan program
KB .
• Para tokoh atau ulama yang dirasa efektif untuk
mencegah terjadi pernikahan di bawah umur. Para
tokoh ini diharapkan bisa memberikan pemahaman,
16. Apa saja faktor yang mempengaruhi unmed need ?

• Unmet need dapat didefinisikan sebagai kelompok yang belum terpenuhi


kebutuhan kontrasepsinya, mencakup semua pria atau wanita usia subur
yang sudah menikah atau hidup bersama dan dianggap aktif secara
seksual yang tidak menggunakan metode kontrasepsi, baik yang tidak
ingin punya anak lagi ataupun menunda kelahiran berikutnya.
• Berdasarkan penelitian handriana, alasan istri yang ingin mengontrol
kelahiran tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need)
disebabkan dua alasan:
a. Sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah dengan pola pikir yang
tradisional dilatar belakangi oleh faktor keagamaan dan kultur budaya
sehingga kesalahan dalam menentukan pilihan pemakaian alat
kontrasepsi dapat menimbulkan efek samping terutama gangguan
kesehatan bagi perempuan/istri.
b. Adanya larangan dari suami Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ratna, K., yang menyatakan bahwa wanita yang merasa
bahwa mereka tidak mendapatkan persetujuan suami untuk
menggunakan kontrasepsi berisiko 4,9 kali lebih besar untuk mengalami
unmet need KB dibandingkan dengan yang mendapatkan persetujuan
suami.
• Penyebab lain dari Unmet Need
1. Akses ke layanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan transportasi
2. Kualitas layanan terhadap pemilihan alat kontrasepsi, pemahaman efek samping yang
ditimbulkan oleh masing-masing metode kontrasepsi dan hubungan antara wanita dan provider.
3. Hambatan biaya.
4. Hambatan sosial, budaya dan norma agama.

Faktor lain yang mempengaruhi unmet need pelayanan keluarga berencana


1. Usia perkawinan yang terlalu muda Faktor umur seseorang berpengaruh signifikan terhadap
pemenuhan kebutuhan kontrasepsinya. Kelompok perempuan usia muda dan tua berisiko tingi
untuk mengalami unmet need KB karena kelompok ini tidak menyadari bahwa mereka memiliki
potensi komplikasi selama kehamilan. Hal ini karena faktor demografi yaitu apabila seorang
wanita semakin muda atau rendah rata-rata usia kawin pertamanya maka akan berdampak pada
panjangnya usia reproduksi dan tingkat fertilitas akan semakin tinggi seperti kerangka analisis
Easterlin (1975) bahwa semakin banyak anak yang dimiliki maka akan semakin besar
kemungkinan seorang wanita telah melebihi preferensi fertilitas yang diinginkannya, karena
mengalami unmet need KB.
2. Pendidikan wanita yang rendah
3. Jarak ke layanan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ratna k. diketahui bahwa
wanita yang tempat tinggalnya berjarak >1 km dari tempat pelayanan KB berisiko 4,4 kali lebih
besar untuk mengalami unmet need KB dibandingkan dengan wanita yang tempat tinggalnya
berjarak ≤1 km dari tempat pelayanan KB. Jarak tempat tinggal dengan sumber pelayanan KB
mempengaruhi seseorang untuk memenuhi kebutuhan kontrasepsi[8,15]. Penelitian lain juga
menyatakan bahwa ketersediaan akses fisik ketempat pelayanan KB meningkatkan penggunaan
kontrasepsi yang efektif. Mereka yang bertempat tinggal jauh dari tempat pelayanan KB akan
mengalami hambatan yang lebih besar (seperti kendala transportasi, waktu tempuh, dan biaya
yang lebih mahal) untuk mendapatkan informasi yang baik dan pelayanan kontrasepsi yang
adekuat. Hal ini dapat menyebabkan mereka akan lebih berpotensi untuk mengalami unmet
need KB. (Katulistiwa, R. 2013)
4. Diskriminasi gender terhadap pemilihan jenis kelamin anak adalah karakteristik demografi yang
menentukan tingginya kebutuhan KB yang tidak terpenuhi.
17. Apa saja program pada RPJMN 2015-2019 ?

Anda mungkin juga menyukai