Anda di halaman 1dari 31

ANALGESIK ANTIPIRETIK DAN

ANTIINFLAMASI
Tahoma siregar, Msi., Apt.
Salisilat
Bentuk sediaan di masyarakat ;
• Aspirin ( asam asetil salisilat) : tablet analgesik
• Asam salisilat, pada salep kulit (dermatologik)atau
sebagai garam salisilat Na.
• Metil salisilat (minyak winter green), pada linimen
kulit dan salep, untuk pereda nyeri
Salisilat
• Salisilamid, salsalat dan sodium tiosalisilat kurang
toksik dibanding aspirin.
• Dosis fatal salisilat diperkirakan 200-500mg/kg BB
• Kematian oleh salisilat pada anak-anak , telah
berkurang drastis lebih dari 20 tahun ini
• Efek toksik bervariasi pada kadar plasma,
tergantung lama terjadinya keracunan (Gambar 1)
tetapi tidak umum terjadi di bawah 30mg/dl.
• Pemberian satu sendok teh metilsalisilat (4g
salisilat) terjadi efek fatal pada anak usia 2,5 tahun.
Salisilat
• Batas terpapar udara (atmosfer) dalam kerja adalah 5
mg/m3.
• Dosis toksik menstimulasi SSP, secara langsung
menyebabkan hiperapnea dan juga menghasilkan
keracunan metabolik dengan akumulasi asam organik.
Selama hiperapnea, kehilangan CO2 sebagai
kompensasi peningkatan metabolit asam organik untuk
mempertahankan pH darah 7,4. pH urin dapat terjadi di
bawah 7.
• Kehilangan sodium dan potasium renal yang menyertai
ekskresi asam organik, akumulasi asam organik yang
diinduksi penyakit oleh pemberian salisilat
• ketosis, dan dehidrasi yang menyebabkan asidosis
metabolik khususnya terjadi pada anak usia di bawah 4
tahun.
Salisilat
• Meningkatnya asidemia fraksi asam salisilat tidak
terion, memfasilitasi obat ini masuk ke otak.
Tekanan CO2 darah, bikarbonat dan pH turun secara
bertahap, menunjukkan kapasitas buffer dalam
darah tidak memadai.
• Keracunan berat, pada sebagian kecil, anak atau
orang dewasa dengan gagal ginjal, dapat terjadi
masalah hiperkalemia.
Salisilat
• Interferensi
– salisilat dengan agregasi platelet menyebabkan ;
perpanjangan waktu pendarahan (dosis terapi)
– salisilat dengan vitamin K (terjadi di liver)
menurunkan protrombin plasma (dosis toksik)
Salisilat
• Salisilat pada asam lambung menyebabkan luka
pada mukosa (efek langsung )dan konsekuensinya
pendarahan
• Salisilat + alkohol di lambung menyababkan luka
pada mukosa
• Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran
gastrointestinal, absorbsi ditingkatkan dengan
kehadiran senyawa yang mengalkalisasi seperti
sodium bikarbonat.
Salisilat
• Eliminasi salisilat ; melalui ekskresi renal (hampir
seluruhnya).
• Fungsi ginjal normal, sekitar 50% dosis toksik akan
diekskresikan dalam 24 jam pertama. Ekskresi akan
lebih cepat sekitar 3-10 kali jika urin alkali.
Patologi kematian keracunan salisilat
• adalah terkikis dan kongesti saluran gastrointestinal
dan edema, pendarahan dan perubahan
degeneratif pada ginjal, otak, paru-paru dan liver.
Manifestasi Klinis
• adalah hiperapnea dan gangguan keseimbangan asam-
basa.
Keracunan akut (melalui mulut atau absorbsi kulit)
– Nyeri terbakar ringan pada mulut, tenggorokan atau
abdomen ; hiperapnea ringan-berat, lethargi/lesu, muntah,
tinnitus, hilang pendengaran dan dizziness
– Hiperapnea sedang-berat, letargi, eksitabilitas, delirium,
demam, banyak berkeringat (sweating), dehidrasi,
inkoordinasi, gelisah (restlessness) dan ecchymosis.
– Hiperapnea berat, koma, konvulsi, sianosis, oliguri, uremia,
udem paru dan gagal napas. Beberapa gejala dapat terjadi
dari hipoglikemia.
– Beberapa reaksi khas terjadi adalah rhinorea, konstriksi
bronkus dan kollaps sirkulasi , khususnya pada asma setelah
pemberian 0,3-1 g.
Keracunan kronik salisilat
• Tinnitus, pendarahan abnormal (gastrik atau
retinal), gastric ulcer, kehilangan BB, mental
deterioration, erupsi kulit. Gangguan liver dapat
terjadi pada orang normal tetapi lebih mudah
terjadi pada pasien dengan systemic lupus
eruthematosus, arthritis rheumatoid juventile,
demam rematik, alcoholism dan mungkin arthritis
rheumatoid.
Temuan laboratorium / Laboratory findings
• Penentuan kadar salisilat (Gambar1) adalah penting
untuk pengobatan keracunan salisilat (tidak dapat
diterapkan pada keracunan kronik).
• Hubungan antara kadar salisilat serum mg/dl pada 6
jam pertama setelah keracunan sebagai berikut :
– kurang dari 45 ng/dl tidak toksik
– 45-65 keracunan ringan ;
– 65-90 keracunan sedang ;
– di atas 120 biasanya letal.
• Kadar serum salisilat dapat berlanjut hingga 6-10
jam setelah terpapar melalui absorbsi intestinal.
Gambar 1. Hubungan konsentrasi plasma dengan waktu
Konstanta serum salisilat
ng/µl 140

120
Severe
100
Moderate
80

60 Mild
Asymptom

12 24 36 48 60
Waktu (jam)
• Bikarbonat yang lebih rendah dari 8 meq/L
menunjukkan asidosis dan gangguan metabolisme
kabohidrat
• Nilai kimia darah lain harus diketahui untuk
pengobatan yang adequate keracunan salisilat
berat, termasuk pH arteri ; Kalium, Natrium dan
Klorida serum dan glukosa darah.
• Hematuria dan proteinuria mungkin terjadi
• Uji salisilat dalam urin
– Urin + beberapa tetes tingtur feri klorida ke dalam 5 ml
tabung warna violet(senyawa fenolik +), ada
salisilat.
• Protrombin dapat turun 20% dari normal
• Pemberian aspirin (jangka panjang) hasil uji
fungsi liver abnormal (Meningkatkan kadar alkali
posfat, SGOT dan SPGT)
• Pemberian salisilat kronik meningkatkan kandungan
sellular urin, meningkatkan ekskresi kreatinin dan
menurunkan laju filtrasi glomerulus
• Pemberian aspirin kronik TD bervariasi
Pencegahan
• Salisilat tidak diberikan pada anak-anak dengan
varicella, influenza atau oleh infeksi virus lain
• Berikan pamahaman pada orang tua perihal dosis
anak aspirin
• Jangan oleskan salep yang mengandung salisilat
pada daerah permukaan tubuh yang terlalu luas.
Pengobatan
Emergency
1. Salisilat dikeluarkan dengan pemberian sirup
ipekak (muntah ). Jangan gunakan apomorpin.
Absorbsi salisilat diperlambat dengan memberi
charcoal. Tablet salut enterik dapat dikeluarkan
dengan pemberian sodium bikarbonat 1%.
2. Jika TD rendah, berikan transfusi darah 10-15
ml/kg dengan waktu transfusi lebih dari 1 jam
3. Atasi pernapasan dengan pemberian O2
4. Jika terjadi konvulsi dan hipoglikemia, berikan
suksinilkolin. Pemberian depresan SSP seperti
barbiturat dan diazepam harus diberikan perkasus.
Tindakan umum / General measures
• Larutan alkali IV, untuk alkalinisasi urin
• Keracunan ringan dengan out put urin adequate
dan tanpa muntah, berikan susu dan jus buah per
oral tiap jam hingga 100ml/kg pada 24 jam
pertama.
• Keracunan berat. Mulai hidrasi pada jam pertama
dengan larutan IV 400ml/m2 larutan dekstrose 5%
yang mengandung sodium bikarbonat 75 meq/L,
lanjutkan 1-3 jam dengan larutan yang sama.
Masalah khusus / Special problem
• Pada pendarahan abnormal atau terjadi
hipoprotrombinemia berikan fitomenadion 10 mg
secara IM. Transfusi darah segar atau platelet
mungkin diperlukan. Jika fungsi ginjal buruk, dialisis
mugkin diperlukan untuk mengerluarkan salisilat.
ACETAMINOPHEN
• Digunakan sendiri atau kombinasi dengan obat lain
pada obat analgesik
• Efek fatal (orang dewasa) bila diberikan 10 g atau lebih
(140mg/kg bb).
• Dosis toksik : merusak liver, ginjal dan gangguan saraf
pusat
• Gangguan liver terjadi dalam hitungan jam oleh akibat
metabolit toksik dari oksidasi asetaminofen. Gangguan
liver ini didetoksifikasi dengan senyawa glutation. N-
Acetylcysteine, cysteamin dan methionin dapat bekerja
sebagai precursor glutation dan selanjutnya
menghambat pembentukan produk oksidasi toksik dari
asetaminofen, 10 g charcoal diaktivasi menurunkan
jumlah absorbsi asetaminofen hanya 30%.
ACETAMINOPHEN
Gambaran Klinis
• Prinsip manifestasi keracunan asetaminofen adalah
hepatic failure.
• Tidak menyebabkan gangguan keseimbangan asam-
basa seperti salisilat
• Keracunan akut ; terpapar 150 mg/kg atau lebih
menyebabkan mual, muntah, drowsiness, confusion,
liver tenderness, tekanan darah rendah, aritmia
jantung, jaundice, hepatic acute dan renal failure
• Kematian diakibatkan oleh nekrosis hati selama 2
minggu setelah terpapar. Keracunan kronik ; gangguan
hati.
Asetaminofen
Kesimpulan laboratorium
• Cp puncak asetaminofen ; 2,5-4 jam atau lebih
setelah terpapar obat.
• Gangguan liver diindikasikan oleh serum aspartate
aminotransferase (SGOT) atau alanin
aminotransferase, kadar di atas 40 IU/L, rasio waktu
protrombin di atas 1,3 dibandingkan ke normal atau
konsentrasi bilirubin di atas 1 mg/dL. Gangguan
liver berat jika aspartat atau alanin
aminotransferase lebih 1000 IU/L.
• Urin mungkin mengandung protein,hemoglobin
atau sel-sel darah merah.
Asetaminofen
Pengobatan
Tindakan emergensi :
• Keluarkan paparan obat dengan zat emesis (dengan sirup
ipekak, tidak menggunakan apomorfin). Charcoal diaktivasi
interferensi dengan absorbsi dari N-Asetisistein.
• Mengeluarkan obat setelah 4 jam tidak bermanfaat.
Antidot (pemberian terbaik 10 jam setelah terpapar)
• Jika dalam 4 jam Cp asetaminofen > 150 µg/mL, pemberian
N-asetilsistein diperlukan.
• Asetilsistein diberikan oral, 140 mg dari 20% larutan per
kilogram sebagai loding dose diikuti 70mg/kg tiap 4 jam
selama 3 hari. Cysteamin HCl dan methinonine dapat
digunakan juga, tetapi mungkin kurang efektif dan lebih
toksik.
Tindakan umum / General measures
• Lindungi pasien dari perubahan temperatur
• Jika waktu protrombin lebih dari 3 berikan
Fitomenadion
• Diuresis mungkin diperlukan, dialisis peritoneal,
hemodialisis
• Berikan dekstrose 5% IV untuk 48 jam pertama
Pyrazolone : Aminopyrine, Antipirine, Fenilbutazone
• Dosis fatal obat ini 5-30 g, tetapi kefatalan jarang
terjadi
• Reaksi terjadi : leukopenia (1% dari pengguna),
agranulositosis, merangsang SSP (dosis besar
pirazolon), methemoglobinemia (oleh antipirin),
retensi air dan NaCldapat mempengaruhi ginjal.
• Keracunan akut : perubahan degeneratif pada
ginjal, liver dan brain
• Setelah keracunan antipirin, darah mungkin
berwarna coklat, oleh terjadinya pembentukkan
methemoglobinemia. Perforasi sebagai akibat
peptic ulcer kadang-kadang terjadi.
Pyrazolone : Aminopyrine, Antipirine, Fenilbutazone

Kesimpulan klinis
• Prinsip manifestasi keracunan dengan pirazolon
adalah gangguan mental dan leukopenia.
Keracunan akut
• Dizziness, gangguan mental, sianosis, mual,
muntah, nyeri epigastrik, tinnitus, gangguan
pendengaran, koma, konvulsi.
Pyrazolone : Aminopyrine, Antipirine, Fenilbutazon
Kronik
1. Toksisitas sedang ; Fenilbutazon(dosis terapi) menyebabkan
reaksi toksik pada 20-50% pasien ; nyeri epigastrik, muntah,
anoreksia, edema, oliguria, urtikaria dan sianosis. Senyawa
lain kelompok ini dapat menyebabkan gejala yang mirip
2. Toksisitas berat atau hipersensitif, manifestsi terjadi pada 1%
pasien, termasuk :
a. Leukopenia, anemia aplastik atau agranulsitosis, demam dan
gangguan membrane pharyngeal
b. Gangguan liver
c. Dermatitis exfoliative
d. Erosi lambung atau duodenum, dengan perforasi atau
pendarahan
e. Nekrosis adrenal
f. Trombositopenia purpura
g. Leukemia akut, pernah terjadi pada pasien pengguna
fenilbutazon
Pyrazolone : Aminopyrine, Antipirine, Fenilbutazon

3. Anuria
4. Aminopirin menyebabkan agranulositosis pada
sekitar 1%
5. Antipirin dapat menyebabkan dermatitis pada
0,1% pasien
Pyrazolone : Aminopyrine, Antipirine, Fenilbutazon

Pencegahan
• Tidak menggunakan pyrazolon untuk mengatasi
nyeri atau demam ringan
• Gunakan dosis efektif minimum pyrazolon
• Dosis harian fenilbutazon lebih dari 400 mg atau
aminopirin atau antipirin lebih dari 1 g dapat
menginduksi toksik.
Pyrazolone : Aminopyrine, Antipirine, Fenilbutazon

Pengobatan
• Keracunan akut
– Tindakan emergensi : memperlambat absorbsi dengan
memberi susu, charcoal diaktivasi, memuntahkan
– Tindakan umum : kontrol konvulsi, sianosis, beri metilen
blue, obati oliguri
• B, Keracunan kronik
• Hentikan penggunaan obat
• Atasi gejala
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai