Anda di halaman 1dari 9

KISAH 3 IBUNDA YANG AGUNG

MENG ZI {372 – 289 SM }


*

Beliau adalah seorang penegak agama khonghucu yang


melanjutkan ajaran nabi Khongzi dan sangat dihormati
dari generasi ke generasi.

Meng zi orang barat menyebutnya dengan Mencius


sewaktu kecil rumahnya dekat dengan kuburan. Ia
sering melihat orang yang melakukan upacara
sembahyang di kuburan bersama teman-temannya,
maka dalam bermain ia bersama teman-temannya ia
sering menirukan seperti orang yang sedang berduka
dan seolah-olah sedang melakukan upacara
pemakaman. Hal ini sangat meresahkan ibunya yang
sangat peduli dengan masalah pendidikan anaknya
lingkungan seperti itu dianggap tidak sesuai untuk
pendidikan anaknya, maka ia memutuskan untuk pindah
rumah.
Maka merekapun pindah kesuatu tempat ramai di
dekat pasar di kota. Di situ Meng zi melihat para
pedagang yang menjajakan dagangannya. Ia terkesan
dengan cara melakukan tawar menawar dan melakukan
perjanjian serta menghitung untung ruginya. Iapun
segera meniru kegiatan seperti itu ketika sedang
bermain dengan teman-temannya. Hal itu sangat
meresahkan hati ibunya seperti ketika ia meniru dan
bermain-main cara mengubur di tempat pemakaman.
Ibunya berpikir bagaimana ia dapat berkembang kalau
tidak ada contoh yang baik untuk belajar ? sehingga ia
memutuskan untuk pindah rumah yang ketiga kalinya.
Kali ini mereka pindah ke tempat yang dekat dengan
sekolahan dan ibunya sangat gembira sekali karena
berharap Meng Zi bisa belajar bersama teman-
temannya di sekolah.

Sewaktu kecil Meng zi adalah seorang anak yang


cerdas dan lincah. Suatu hari ia merasa bosan dengan
suasana di sekolah, kemudian ia mencoba membolos
sekolah. Ibunya sangat sedih dan kecewa ketika
melihat anaknya pada suatu hari pulang lebih cepat,
ibunya tahu kalau anaknya membolos. Ketika itu ia
sedang menenun kain, kemudian kain tersebut
diguntingnya dihadapan Mengzi. Dan Mengzi kecil
sangat terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan
oleh ibunya. Ia tidak mengerti mengapa ibunya
menghancurkan hasil kerja yang telah memakan waktu
banyak, memerlukan perhatian dan tenaga itu ??...

lalu dengan bijaksananya ibu Mengzi menjelasknan, “


kalau kamu tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh
sekarang dan sering membolos, maka apa bedanya
dengan kain ini yang tidak selesai dan tidak berguna
lagi ?”....Mengzi segera meminta maaf kepada ibunya
dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya itu
lagi. Sejak saat itu Mengzi menjadi anak yang rajin
belajar dan pandai serta ia tidak pernah membolos
lagi.

Ibu Mengzi bukan hanya peduli bahwa anaknya harus


tumbuh di lingkungan yang baik, tetapi ia juga
berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan
nilai luhur dan moral, maka ia sangat berhati-hati
dalam memberikan contoh kepada anaknya itu.

Pada suatu hari Mengzi melihat tetangganya


menyembelih seekor babi, karena keingin tahuannya ia
bertanya : “ ibu, mengapa tetangga kita menyembelih
seekor babi ?, karena si ibu sibuk dengan
pekerjaannya, sehina ia begitu saja
menjawabnya,....supaya engkau bisa makan daging babi
itu untuk makan sore nanti !”... tak lama setelah
mengucapkan kata-kata itu, ibunya baru sadar merasa
menyesal karna ia telah membohongi anaknya.

Bagaimana ia dapat belajar nilai-nilai kejujuran kalau


begitu ?.... maka segera sang ibu keluar rumah dan
membeli sedikit daging babi itu sehingga Mengzi
benar-benar bisa makan daging itu untuk makan
sorenya.
*OU YANG XIU {1007 – 1072 M}

Adalah seorang sastrawan besar dan penulis yang


sangat terkenal yang hidup pada jaman dinasti Sung
{960 – 1279 M}. Ia dibesarkan dalam sebuah keluarga
yang miskin, ayahnya meninggal dunia ketika ia baru
berusia 4 tahun meninggalkan sang ibu untuk
menyanggah keluarga sendirian.

Sadar akan nilai pendidikan tetapi terlalu miskin


untuk menyekolahkan anaknya, ibunya memutuskan ia
sendiri yang akan mengajarkan anaknya untuk
membaca dan menulis. Tetapi keluarga itu sangat
miskin sehingga tidak mampu membeli kuas[pena
berujung bulu halus atau mopiet] dan kertas.

Dalam perjalanan pulang setelah bepergian ibunya


melihat buluh air yang tumbuh di empang. Hal itu
menimbulkan ide untuk menggunakannya sebagai pena
untuk menulis di atas pasir. Setiap hari Ou Yang Xiu
berlatih menulis huruf baru yang diajarkan oleh
ibunya menuliskannya di atas pasir. Perbendaharaan
kata-katanya terus bertambah dari hari ke hari.

Ou Yang Xiu yang baru berumur belasan tahun iu


sangat senang belajar ia selalu lapar akan bacaan
baru, ketika ia telah habis membaca semua buku yang
ada di rumahnya, iapun meminjam buku dari
tetangganya sebagai hasilnya ia telah menjadi orang
yang terpelajar meskipun usianya masih muda.

Ou Yang Xiu dikenal sebagai seorang sastrawan besar


oleh hampir semua orang. Ia juga terkenal sebagai
penulis prosa dan puisi. Keberhasilnnya tidak lepas
dari peranan ibunya yang penuh kesungguhan
membimbing puteranya agar mendapatkan pendidikan
yang layak meskipun mereka dalam keadaan miskin.
*YUN FEI {1103 -1142 M}

Adalah seorang pahlawan yang dipuja oleh berjuta


orang karena rasa cinta dan setianya kepada tanah
airnya.

Pada tahun 1103 M sungai Kuning [Huang He] yang


besar itu meluap melewati tanggul-tanggul yang
menyebabkan banjir di wilayah sekitarnya. Banyak
orang yang hanyut dan tenggelam karena banjir besar
itu. Takut akan keselamatan anaknya yang baru
berumur satu bulan, seoran ibu yang masih muda
dengan tabah dan cekatan ia masuk ke dalam gentong
bersama anaknya. Mereka terombang ambing diseret
arus banjir bandang itu. Mereka akhirnya terdampar
di suatu daratan yang kering. Yun Fei kecil bersama
ibunya lolos dari ancaman banjir tanpa terluka, namun
telah kehilangan segala harta miliknya dan tidak
mempunyai uang walau hanya sepeserpun.

Yue Fei sudah gemar belajar sejak usia sangat muda,


tetapi ibunya terlalu miskin untuk mengirimnya ke
sekolah bahkan untuk membelikan tinta dan kertaspun
ia tidak mampu. Ibunya mencari nafkah dengan cara
menenun kain untuk orang lain dengan penghasilan
yang sangat sedikit. Di samping menenun beliau
mengajarkan putranya apa saja yang diketahuinya
dengan menggunakan sebatang bilah untuk menulis di
atas tanah. Beliau juga sering menceritakan kepada
puteranya tentang kisah para pahlawan negara yang
hidup pada jaman kuno beserta segala perbuatannya
yang mulia. Di bawah bimbingan ibunya yang penuh
cinta kasih, Yue Fei tumbuh dewasa dengan baik, ia
menjadi seorang pemuda yang teguh dalam prinsif.

Yue Fei mempaktekkan ilmu perang di bawah


bimbingan seorang guru yang terkenal dan menguasai
baik mengenai sastra maupun ilmu pedang. Pada waktu
itu orang-orang negeri Jin di wilayah utara selalu
menyerang negeri Sung, negeri tetangganya yang
besar tetapi lemah. Hal itu mengakibatkan
penderitaan rakyat negeri Sung, dengan tekad untuk
mengabdi memutuskan untuk masuk militer. Malam
sebelum ia berangkat untuk melawan penyerang dari
utara itu. Sang ibu mentato 4 huruf pada bagian
punggung puteranya yang berbunyi “CIEN TONG
POO KOK “ artinya dengan penuh kesetiaan
melindungi negara.
Demikianlah sang ibu senantiasa mengingatkan
puteranya untuk berbuat yang terbaik bagi negara
yang dicintainya.

Yue Fei beberapa kali berhasil mengalahkan musuh


dari negeri Jin dan mengembalikan wilayah yang
pernah direbut musuh. Keberhasilannya telah
menjadikan dirinya sebagai pahlawan di hati rakyat,
namun sayang saat itu perdana menteri negeri Sung
telah bersekongkol dengan musuh dan berhasil
memfitnah Yue Fei. Ia dituduh telah berhianat dan
berencana untuk merebut kekuasaan sehingga harus
dihukum mati.

Kematian Yue Fei merupakan kehilangan besar bagi


rakyat negeri Sung. Semangat kepahlawanannya
mengalami akhir yang tragis meskipun demikian
semangat cinta tanah air Yue Fei tetap hidup sampai
kini kehebatannya dalam berperang sangat luar biasa
dan kesetiaannya abadi sampai di akhir hayat.

Anda mungkin juga menyukai