Beliau adalah seorang penegak agama khonghucu yang
melanjutkan ajaran nabi Khongzi dan sangat dihormati dari generasi ke generasi.
Meng zi orang barat menyebutnya dengan Mencius
sewaktu kecil rumahnya dekat dengan kuburan. Ia sering melihat orang yang melakukan upacara sembahyang di kuburan bersama teman-temannya, maka dalam bermain ia bersama teman-temannya ia sering menirukan seperti orang yang sedang berduka dan seolah-olah sedang melakukan upacara pemakaman. Hal ini sangat meresahkan ibunya yang sangat peduli dengan masalah pendidikan anaknya lingkungan seperti itu dianggap tidak sesuai untuk pendidikan anaknya, maka ia memutuskan untuk pindah rumah. Maka merekapun pindah kesuatu tempat ramai di dekat pasar di kota. Di situ Meng zi melihat para pedagang yang menjajakan dagangannya. Ia terkesan dengan cara melakukan tawar menawar dan melakukan perjanjian serta menghitung untung ruginya. Iapun segera meniru kegiatan seperti itu ketika sedang bermain dengan teman-temannya. Hal itu sangat meresahkan hati ibunya seperti ketika ia meniru dan bermain-main cara mengubur di tempat pemakaman. Ibunya berpikir bagaimana ia dapat berkembang kalau tidak ada contoh yang baik untuk belajar ? sehingga ia memutuskan untuk pindah rumah yang ketiga kalinya. Kali ini mereka pindah ke tempat yang dekat dengan sekolahan dan ibunya sangat gembira sekali karena berharap Meng Zi bisa belajar bersama teman- temannya di sekolah.
Sewaktu kecil Meng zi adalah seorang anak yang
cerdas dan lincah. Suatu hari ia merasa bosan dengan suasana di sekolah, kemudian ia mencoba membolos sekolah. Ibunya sangat sedih dan kecewa ketika melihat anaknya pada suatu hari pulang lebih cepat, ibunya tahu kalau anaknya membolos. Ketika itu ia sedang menenun kain, kemudian kain tersebut diguntingnya dihadapan Mengzi. Dan Mengzi kecil sangat terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh ibunya. Ia tidak mengerti mengapa ibunya menghancurkan hasil kerja yang telah memakan waktu banyak, memerlukan perhatian dan tenaga itu ??...
lalu dengan bijaksananya ibu Mengzi menjelasknan, “
kalau kamu tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh sekarang dan sering membolos, maka apa bedanya dengan kain ini yang tidak selesai dan tidak berguna lagi ?”....Mengzi segera meminta maaf kepada ibunya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya itu lagi. Sejak saat itu Mengzi menjadi anak yang rajin belajar dan pandai serta ia tidak pernah membolos lagi.
Ibu Mengzi bukan hanya peduli bahwa anaknya harus
tumbuh di lingkungan yang baik, tetapi ia juga berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai luhur dan moral, maka ia sangat berhati-hati dalam memberikan contoh kepada anaknya itu.
Pada suatu hari Mengzi melihat tetangganya
menyembelih seekor babi, karena keingin tahuannya ia bertanya : “ ibu, mengapa tetangga kita menyembelih seekor babi ?, karena si ibu sibuk dengan pekerjaannya, sehina ia begitu saja menjawabnya,....supaya engkau bisa makan daging babi itu untuk makan sore nanti !”... tak lama setelah mengucapkan kata-kata itu, ibunya baru sadar merasa menyesal karna ia telah membohongi anaknya.
Bagaimana ia dapat belajar nilai-nilai kejujuran kalau
begitu ?.... maka segera sang ibu keluar rumah dan membeli sedikit daging babi itu sehingga Mengzi benar-benar bisa makan daging itu untuk makan sorenya. *OU YANG XIU {1007 – 1072 M}
Adalah seorang sastrawan besar dan penulis yang
sangat terkenal yang hidup pada jaman dinasti Sung {960 – 1279 M}. Ia dibesarkan dalam sebuah keluarga yang miskin, ayahnya meninggal dunia ketika ia baru berusia 4 tahun meninggalkan sang ibu untuk menyanggah keluarga sendirian.
Sadar akan nilai pendidikan tetapi terlalu miskin
untuk menyekolahkan anaknya, ibunya memutuskan ia sendiri yang akan mengajarkan anaknya untuk membaca dan menulis. Tetapi keluarga itu sangat miskin sehingga tidak mampu membeli kuas[pena berujung bulu halus atau mopiet] dan kertas.
Dalam perjalanan pulang setelah bepergian ibunya
melihat buluh air yang tumbuh di empang. Hal itu menimbulkan ide untuk menggunakannya sebagai pena untuk menulis di atas pasir. Setiap hari Ou Yang Xiu berlatih menulis huruf baru yang diajarkan oleh ibunya menuliskannya di atas pasir. Perbendaharaan kata-katanya terus bertambah dari hari ke hari.
Ou Yang Xiu yang baru berumur belasan tahun iu
sangat senang belajar ia selalu lapar akan bacaan baru, ketika ia telah habis membaca semua buku yang ada di rumahnya, iapun meminjam buku dari tetangganya sebagai hasilnya ia telah menjadi orang yang terpelajar meskipun usianya masih muda.
Ou Yang Xiu dikenal sebagai seorang sastrawan besar
oleh hampir semua orang. Ia juga terkenal sebagai penulis prosa dan puisi. Keberhasilnnya tidak lepas dari peranan ibunya yang penuh kesungguhan membimbing puteranya agar mendapatkan pendidikan yang layak meskipun mereka dalam keadaan miskin. *YUN FEI {1103 -1142 M}
Adalah seorang pahlawan yang dipuja oleh berjuta
orang karena rasa cinta dan setianya kepada tanah airnya.
Pada tahun 1103 M sungai Kuning [Huang He] yang
besar itu meluap melewati tanggul-tanggul yang menyebabkan banjir di wilayah sekitarnya. Banyak orang yang hanyut dan tenggelam karena banjir besar itu. Takut akan keselamatan anaknya yang baru berumur satu bulan, seoran ibu yang masih muda dengan tabah dan cekatan ia masuk ke dalam gentong bersama anaknya. Mereka terombang ambing diseret arus banjir bandang itu. Mereka akhirnya terdampar di suatu daratan yang kering. Yun Fei kecil bersama ibunya lolos dari ancaman banjir tanpa terluka, namun telah kehilangan segala harta miliknya dan tidak mempunyai uang walau hanya sepeserpun.
Yue Fei sudah gemar belajar sejak usia sangat muda,
tetapi ibunya terlalu miskin untuk mengirimnya ke sekolah bahkan untuk membelikan tinta dan kertaspun ia tidak mampu. Ibunya mencari nafkah dengan cara menenun kain untuk orang lain dengan penghasilan yang sangat sedikit. Di samping menenun beliau mengajarkan putranya apa saja yang diketahuinya dengan menggunakan sebatang bilah untuk menulis di atas tanah. Beliau juga sering menceritakan kepada puteranya tentang kisah para pahlawan negara yang hidup pada jaman kuno beserta segala perbuatannya yang mulia. Di bawah bimbingan ibunya yang penuh cinta kasih, Yue Fei tumbuh dewasa dengan baik, ia menjadi seorang pemuda yang teguh dalam prinsif.
Yue Fei mempaktekkan ilmu perang di bawah
bimbingan seorang guru yang terkenal dan menguasai baik mengenai sastra maupun ilmu pedang. Pada waktu itu orang-orang negeri Jin di wilayah utara selalu menyerang negeri Sung, negeri tetangganya yang besar tetapi lemah. Hal itu mengakibatkan penderitaan rakyat negeri Sung, dengan tekad untuk mengabdi memutuskan untuk masuk militer. Malam sebelum ia berangkat untuk melawan penyerang dari utara itu. Sang ibu mentato 4 huruf pada bagian punggung puteranya yang berbunyi “CIEN TONG POO KOK “ artinya dengan penuh kesetiaan melindungi negara. Demikianlah sang ibu senantiasa mengingatkan puteranya untuk berbuat yang terbaik bagi negara yang dicintainya.
Yue Fei beberapa kali berhasil mengalahkan musuh
dari negeri Jin dan mengembalikan wilayah yang pernah direbut musuh. Keberhasilannya telah menjadikan dirinya sebagai pahlawan di hati rakyat, namun sayang saat itu perdana menteri negeri Sung telah bersekongkol dengan musuh dan berhasil memfitnah Yue Fei. Ia dituduh telah berhianat dan berencana untuk merebut kekuasaan sehingga harus dihukum mati.
Kematian Yue Fei merupakan kehilangan besar bagi
rakyat negeri Sung. Semangat kepahlawanannya mengalami akhir yang tragis meskipun demikian semangat cinta tanah air Yue Fei tetap hidup sampai kini kehebatannya dalam berperang sangat luar biasa dan kesetiaannya abadi sampai di akhir hayat.