Anda di halaman 1dari 9

Teks Ulasan

Tugas Individual

Keterampilan Membaca Teknik

Disusun oleh

Nurisa Fadhilah Salwa

1201619019

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
Judul : 9 Summers 10 Autumns

Jenis : Fiksi

Penulis : Iwan Setyawan

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : 16, Mei 2015

Editor : Mirna Yulistianti

ISBN : 978-602-03-1799-1

Orientasi:

Novel 9 Summer 10 Autumns ini menceritakan tentang perjalanan hidup atau lika liku hidup
sang penulis yaitu Iwan Setyawan. Perjalanan hidup dibalik kesuksesan seorang pemuda di kota
Amerika Serikat, New York yang memiliki tekad yang sangat kuat untuk merubah kehidupan
keluarganya. Berawal dari anak supir angkot yang ingin merunah kehidupannya menjadi lebih
baik terutama untuk kedua orang tuanya dan 4 saudara perempuannya. Ia ingin merubah masa
depannya menjadi lebih indah.

Tafsiran:

Penulisan kata dan quote-quote motivasinya juga banyak yang menginspirasi. Dikemas dengan
kombinasi alur campuran, membuat pembaca 9 summers 10 autumns ingin terus membalik
halaman dan membaca hingga akhir. Potongan kisah setiap bab yang sarat akan makna membuat
pembaca tidak bosan. Mengambil setting tempat – tempat di Indonesia dan Amerika juga
membuat pembaca aktif berimajinasi. Terlebih dengan keindahan musim gugur yang
digambarkan di Negri Adi Daya tersebut begitu mengesankan.Di dalam novel ini juga tersirat
pesan tentang kekuatan cinta keluarga. Dukungan Bapak, Ibu, dan saudara-saudara
perempuannya yang memberi kehangatan dan semangat untuk sang penulis agar tetap berjuang.
Jalan hidup yang dilalui keluarganya juga yang akhirnya melahirkan sifat kesederhanaan dalam
dirinya.

Kekurangan novel dengan tebal 221 halaman ini adalah sosok anak kecil berseragam merah
putih. Tidak semua orang adalah pembaca sastra dengan imajinasi dan pengertian pada interaksi
yang simbolik. Sangat mungkin ada pembaca yang tidak mengerti “siapa sebenarnya bocah
berseragam SD merah putih”.

Evaluasi:

Novel ini memberikan makna perjuangan seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga tidak
berpunya, yang digambarkan dengan sosok “aku”.

Sosok “aku” yang tak jua disebutkan namanya ini dulunya tidak berani bermimpi jauh-jauh. Ia
hanya ingin menjadi orang yang dapat mengangkat martabat keluarganya. Meski ayahnya
hanyalah sopir angkot, ia selalu masuk sekolah negeri dan mendapatkan hasil belajar yang tidak
mengecewakan.

Rangkuman:

Novel 9 Summer 10 Autumns ini sangat menginspirasi dan cocok untuk dibaca untuk semua
kalangan. Karena kisahnya yang menarik dan memberikan banyak makna. Kita diajarkan untuk
pantang menyerah, jangan mudah putus asa, terus berpikir positif, gigih dalam meraih apa yang
dicita-citakan

SINOPSIS:

Hari pertama Iwan tiba di New York disambut oleh dua preman yang menodongnya di Stasiun
Fleetwood saat hendak melihat pesta kembang api petama kalinya di New York. Saat itu juga, ia
melihat seorang anak kecil berbaju merah putih melewatinya dan bersembunyi. Anak kecil itu
pun mengikutinya pulang setelah dua preman tadi kabur karena ada seseorag yang datang
berteriak. Anak kecil ini kemudian akan terus menemani iwan setiap hari.

Iwan hanyalah anak dari keluarga miskin di Batu, Malang, Jawa Timur. Keluarganya terdiri dari
ibu, bapak, iwan dan 4 saudara permpuannya, yaitu Mba Isa, Mba Inan, Rini, dan Mira.
Bapaknya hanyalah seorang supir angkut dan truk di Batu. Berkat bapaknya lah, iwan beserta
keluarganya dapat menyelesaikan sekolah hingga ke jenjang Universitas. Bapak yang awalnya
memiliki sebuah mobil angkot, rela menjualnya untuk membayar biaya kuliah iwan di IPB.

Tentu saja yang paling besar adalah jasa sang Ibu. Ibu Ngatinah yang membangun ide untuk
menabung, mengingatkan kami kalau perlu ke dokter, kalau mobil bisa rusak sewaktu-waktu,
kalau kami butuh makanan bergizi. Ibulah yang mengatur berapa liter nasi yang harus di masak
tanpa tersisa keesokan harinya, kapan kami harus makan daging, ayam atau tempe. Ibu yang tahu
barang apa harus digadaikan untuk membeli sepatu baru unuk ananknya dan mengatur
pembayaran uang sekolah kami. Ibulah yang membelah satu telur dadaruntuk dua atau tiga orang
anaknya. Ibu lah yang selalu menyembunyikan tempe goring supaya tidak dihabiskan salah satu
anaknya. Kesederhanaan dan kebijakan Ibu yang menyelamatkan dan membangun rumah kecil
mereka.

Mba Inan, kakak perempuan kedua Iwan mengajarkan iwan dan adik-adiknya untuk menjaga
kebersihan dan yang membuat iwan tertarik dengan dunia teater di SMA. Mba Inan adalah
seorang yang aktif. Sejak kecil ,mba Inan rajin bekerja untuk membantu meringankan
perekonomian Bapak dan Ibu dengan berjualan makanan saat bulan puasa maupun
menjajakannya dipasar. Di sekolah pun Mba Inan selalu mengikuti berbagai lomba, dari yang
cerdas cermat hingga membaca puisi. Mba Inan yang rajin mengaji ini saat SMA aktif di OSIS
dan mengikuti kegiatan teater. Saat kuliah di jurusan Perikanan Universitas Brawijaya mba inan
pun ikut serta dalam lomba debat P4 dan memenangkan hingga ke tingkat Nasional dengan
memberi kebanggan serta keringanan kepada orang tua mereka dalam membayar
kuliahnya. Begitu pula dengan Rini dan mira yang menjadi penyemangat Iwan dalam belajar dan
menjalani hidup, memenuhi impiannya, yaitu memiliki sebuah kamar sendiri.

Saat SMA, Iwan membuka diri untuk mencoba hal baru, yaitu teater dan puisi yang selanjutnya
menjadi salah satu kesukaannya. Ia mudah bergaul dengan banyak orang, dan bekerja menambah
penghasilan melalui privat seperti yang dilakukan mba Rini. Ia pun terus berusaha agar bisa
tembus PMDK IPB jurusan Statistika, yang dikatakan jurusan ii sangat sulit untuk anak dari
desa. Iwan membuktikan bahwa hal tersebut salah bahwa dengan kerja keras akan melepaskan
ketakutan akan hasil yang didapat, kita mampu melewati hal tersulit seperti masuk jurusan
Statistika di IPB. Begitu pula dengan nasihat Ibu yang tidak pernak dilupakan Iwan “Coba dulu,
belajar yang rajin, jangan takut”

Di SMA pula, ia mengenal Nicolas Auclair, seorang pelajar kanada yang mengikuti program
pertukaran antar pelajar ke sekolahnya. Iwan mulai belajar bahasa inggris dari Nico dan
berteman dengan Nico. Awalnya banyak teman-teman iwan tidak mendekati Nico karena ia
seorang bule, tetapi iwan-lah yang mengajak Nico belajar dan bermain bersama dibawah Gunung
Panderman.

Keinginan iwan saat melintasi Jalan Sudirman adalah menjadi “pegawai berdasi” terwujudnya
juga karena dukungan Ibu, Bapak dan saudara-saudaranya. Begitu pula dengan
keputusannyamenerima pekerjaan di New York, yang membawanya menjadi seorang
Direktur Internal Client Management di Nielsen Cunsumer Research, New York salah satu
keinginan untuk melihat dunia luar seperti kak Inan yang pernah ke Jepang. Ia berhasil memiliki
sebuah kamar untuknya, yaitu sebuah apartemen setelah ia bekerja selama 10 tahun di New
York.

Kisah cinta Iwan pun tidak berakhir bahagia. Pertama kalinya ia jatuh cinta pada seorang wanita
Amerika bernama Audrey, yang memiliki hobi yang sama dengannya yaitu yoga. Mereka
bertemu di kelas yoga yang sama, dan saat itu mereka hanya saling bertatapan. Kemudian,
sebuah keajaiban, mereka bertemu di Barneys, sebuah apartemen departemen store di New
York, dan iwan pun memberanikan diri untuk menyapanya dan memberikan kartu namanya.
Perkenalan mereka hanya singkat, dan hubungan mereka diakhiri oleh pertanyaaan dari orang tua
Audrey bahwa mereka berbeda keyakinan. Dimusim gugur ke-9, Audrey menikah dan mereka
masih berteman dengan baik.

1. Info faktual:

 Institut Pertanian Bogor

Diceritakan dalam novel bahwa Iwan terus berusaha agar bisa tembus PMDK IPB jurusan
Statistika, yang dikatakan jurusan sangat sulit untuk anak dari desa. Iwan membuktikan bahwa
hal tersebut salah bahwa dengan kerja keras akan melepaskan ketakutan akan hasil yang didapat,
kita mampu melewati hal tersulit seperti masuk jurusan Statistika di IPB.

 New York

Dalam novel diceritakan saat ia bekerja di Danareksa Research Institute. Iwan berkerja tidak
bertahan lama karena rekan kerjanya di Nielsen Jakarta membawa kabar bahwa Iwan ditawari
untuk bekerja di Nielsen New York sebagai data processing executive. Setelah melalui tahap
interview, ia pun menerima kabar bahwa ia diterima bekerja di sana. Ia pun terbang ke New
York dan terpukau dengan kehidupan di sana. Ia bekerja di sebuah kantor di Starbucks Astor
Place di 770 Broadway.Ia tinggal di sebuah studio kecil di Sullivan Street, SoHo, Manhattan.

2. Ide pokok tersirat:

Menjadi lebih semangat dan mempunyai tekad yang kuat membuat Iwan sukses dan tidak
mudah menyerah dalam menjalani kehidupan dan menyadari bahwa mimpi bukan hanya sekadar
mimpi semua bisa berubah dengan adanya doa, usaha, dan dukungan dari keluarga tercinta. Ia
dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada namun mereka pantang menyerah dalam
menuntut ilmu.

3. Tujuan pengarang:

Tujuan Iwan Setyawan menulis novel adalah untuk menceritakan perjalanan ia yang tinggal di
sebuah rumah kecil di kota Batu, Malang, Jawa Timur bersama kedua orangtuanya dan 4 saudara
perempuannya. Ia yang hanya seorang anak sopir angkot berusaha untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi meskipun ayahnya menyuruh untuk menjadi sopir angkot, hingga akhirnya ia
berhasil kuliah di IPB dan bekerja di perusahaan multinasional sampai saatnya ia berkerja di
New York selama 10 tahun dan melewati 9 summer 10 autumns.

4. Membedakan opini dan fakta:

 Opini :

1. Spring symbolizes a hope, a new beginning. Seperti yang terdapat pada novel 9 summer 10
autumns pada bab 4 ( taman kecil) yaitu:

“ It’s a beautiful day! Spring akhirnya datang juga. Do you know that spring is my favorite
season because spring symbolizes a hope, a new beginning. Meninggalkan melankoli musim
dingin, salju, dan malam yang panjang.”

2. Yoga selalu memberi napas baru dan kesegaran baru di tengah-tengah hiruk piruk kota.
Jivamukti seperti rehab bagiku, rumah spiritual, tempat pencucian kotoran hidup, dan pemurnian
diri. Seperti yang terdapat ppada novel 9 summer 10 autumns pada bab 6 ( asap jalanan) yaitu:

“ As always, yoga class is healing. Aku selalu menemukan kesegaran baru di tengah-tengah
hiruk piruk kota ini. Yoga memberi napas baru.”

“ Jivamukti Yoga seperti tempat rehab bagiku, rumah spiritual, tempat pencucian kotoran hidup,
dan pemurnian diri. Can you believe that I came to this place about five times a wee? And Lady
Ruth, I think she has saved my life.”

3. Seperti saat Mba Isa yang berhasil menembus tes pegawai negeri di urutan nomor 5 dari
ratusan peserta yang ikut saat itu. Semuanya seperti tidak mungkin. Gemerlap lampu Times
Square kadang terlihat seperti potret hitam putih di tengah cerita ini.

Seperti yang tedapat dalam novel 9 summer 10 autumns bab 8 ( pembuka jalan ) yaitu:

“ Terima kasih, menghadirkan Mbak Isa di tengah-tengah Times Square ini.”

“ Ia adalah lampu terang. Seperti warna pelangi di tengah hitam putih Times Square di mataku
saat ini.”
4. Opera! Itulah yang pertama kali aku pikirkan ketika menginjakkan kaki ke New York!
Panggung besar, suara besar. Bahkan, jika aku hanya diberikan waktu sehari saja di New York,
cukuplah bagiku untuk meluangkan dua-tiga jam melihat opera dan pulang. Ada sesuatau yang
terbawa ketika mendengarkan suara tinggi para penyanyi itu, ada melankoliku yang membaur
dengan tiap not yang dilantunkan.

 Fakta:

1. Tak banyak kenangan indah dari masa kecilku di Batu, Malang. Tidak ada boneka, tidak ada
mobil-mobilan, dan tidak ada buku cerita. Hanya layar hitam putih TVRI dan lampu redup di
ruang tamu yang menjadi teman setia kami. Di ruang tamu ini kami bisa melihat rumah
bertingkat tetangga dengan ruang tamu yang lebih besar, lantai bertegel, dan pagar yang bagus.
Bab 2 ( rumah kecil tak berumput ).

2. Aku mempunyai satu satu murid SD dan satu murid SMP dari salah satu sekolah Kristen
terbaik di kota Malang, dan mereka berasal dari keluarga pengusaha kaya di Batu. Mereka
mempunyai rumah besar, mungkin lebih besar dari pada keseluruhan rumahku.

3. Dengan kerja keras, aku selalu bertahan di ranking tiga besar dari kelas 1 sampai kelas 3 dan
aku juga berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor Jurusan Statistika.

4. Dimasa SMA dulu, kami pernah menerima seorang pelajar dari Kanada untuk program
pertukaran pelajar. Ia adalah bule pertama yang menginjakkan kaki di sekolah di bawah Gunung
Panderman. Nicolas Auclair berasal dari Montreal, Quebec, Kanada dan Indonesia adalah negara
pertama yang ia kunjungi untuk pertama kalinya, sendiri, diusianya yang baru 16 tahun.

5. Dengan bawaan seadanya, aku dan dua temanku yang juga lolos PMDK di IPB tiba di Bogor
keesokan harinya. Aku melewati kota Jakarta untuk pertama kalinya, menembus hiruk piruk pagi
hari hari, kemacetan, tebaran debu, puluhan besi, dan wajah-wajah tanpa senyum di sekitar
Terminal Pulo Gadung.

5. Unsur propaganda:

pendidikan dapat membawa seseorang pada hal-hal yang bahkan tak pernah terbayangkan, dan
bahwa kerja keras dalam belajar dan bekerja bisa mengantar seseorang ke tempat-tempat yang
bahkan hampir tak mungkin terjangkau, menembus setiap keterbatasan dan ketidakmampuan
yang melanda.

"Lima atau enam pukulan datang kembali bertubi-tubi dan membuatku tak lagi melihat New
York di sekelilingku, sekejap aku melayang mengunjungi dapur rumah kecilku di Batu, tempat
kami berkumpul, makan, berbagi cerita, berbagi duka. Kulihat wajah ibuku, daster tuanya,
seragam merah putih kakakku, wajah memelas bapakku, dan adik-adiku".
“ impian harus menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kiya miliki tidak
sempurna, meskipun it retak-retak”

“Kenangan itu, betapapun pahitnya, selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di hati kita. Dan,
biarlah memori beristirahat disana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.”

6. Keutuhan gagasan:

Alur yang digunakan pada novel 9 Summer 10 Autumuns ini adalah alur maju mundur (
gabungan ). Dengan kesuksesannya di kota New York, penulis menyelipkan beberapa kejadian
hidupnya dari awal perjalanannya

7. Kelengkapan antar gagasan:

Novel 9 Summer 10 Autumns ini memiliki 36 bab yang memiliki urutan dan kecocokan antar
bab. Dari awal bab 1 yang menceritakan tentang peristiwa penodongan yang setelah peristiwa
itu, ia sering melihat bocah kecil berbaju merah merah putih di sekelilingnya. Lalu berkaitan
dengan bab 2 yang menceritakan tentang awal perkenalan nya dengan bocah kecil berbaju merah
putih yang membawanya kembali pada kenangan masa kecilnya. Di bab selanjutkan
menceritakan tentang keaadaan rumahnya dulu di kota Batu, Malang dan 4 saudara
perempuannya. Berikutnya tentang awal mula kelulusannya di PMDK IPB hingga akhirnya ia
menjadi seorang direktur perusahaan multinasional di New York.

8. Kesesuaian judul dan isi bacaan:

Menurut saya sudah sesuai, karena Isi bacaannya menceritakan tentang perjuangan seorang
anak sopir angkot yang berasal dari kota Apel yaitu kota Malang hingga akhirnya dapat bekerja
di The Big Apple yaitu kota New York .

9. Kelebihan Novel 9 Summer 10 Autumns:

1. Novel ini memberikan kita inspirasi bagi siapa saja untuk selalu semangat dan tidak pantang
menyerah dalam menggapai segala sesuatu.

2. Didalam novel ini terdapat quote-quote favorit si penulis.

3. Didalam novel ini juga terdapat banyak pesan tersirat bahwa keluargalah yang akan selalu
mendukung apapun keputusan kita dalam keadaan sulit apapun. Bahwa bersama keluarga, kita
bisa mengarungi samudera seluas apapun
10 . kekurangan Novel 9 Summer 10 Autumns:

1. Penggunaan bahasa asing seperti bahasa Inggris yang tidak disisipi terjemahan bahasa
Indonesianya membuat pembaca yang kurang mengerti bahasa inggris menjadi bingung.

2. Alur yang digunakan yaitu alur maju mundur yang diaplikasikan di setiap bab membuat
pembaca menjadi bosan. Mudah ditebak mau dibawa kemana ceritanya.

11. Kesimpulan:

Novel 9 Summers 10 Autumns memiliki nilai motivasi pendidikan sangat luar biasa. Tokoh
Iwan yang menjadi tokoh sentra dalam novel ini menceritakan secara jelas bagaimana
perjuangan orang tua dan kakak-kakanya dalam memperoleh pendidikan terbaik dalam kondisi
keluarga yang serba kekurangan. Berkat semangat belajar yang luar biasa Iwan dan saudara-
saudaranya meraih kesuksesan. Tak hanya prestasi yang gemilang namun juga karir yang
cemerlang. Pendidikan juga yang mengantarkan Iwan ke puncak karirnya sebagai Director
Internal Client Management di Nielsen Consumer Research di New York City. Banyak
perubahan yang terjadi dalam kehidupan Iwan dan keluarga berkat semangat belajar mereka.
Memiliki motivasi dalam belajar sangatlah penting, memotivasi diri tidak hanya berasal dari diri
sendiri namun juga dari luar diri sendiri. Motivasi belajar yang tinggi dapat memacu peserta
didik untuk belajar lebih giat dan berprestasi.

Anda mungkin juga menyukai