Anda di halaman 1dari 2

MASA KECIL PUTRA SANG FAJAR (1901-1916)

Seorang anak laki-laki bernama Koesno yang dilahirkan pada saat waktu fajar terbit, ia lahir
pada 6 Juni 1901 di Surabaya dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman
Rai. Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama Karsinah. Koesno sebenarnya tinggal di
Ploso tetapi karena ayah dan Ibunya sangat miskin, ia dititipkan di Tulungagung ditempat
Eyangnya yang pekrjaannya berjualan batik. Di Tulungagung Koeno dianggap sebagai anak yang
bisa menyembuhkan penyakit orang dengan hanya mencium bagian yg sakit saja, terkadang ia
dijuluki Mbah Koesno padahal usianya masih sangat kecil. Banyak orang yang meramal bahwa
kelahiran Koesno akan membawa perubahan yang besar bagi negeri ini. Hidup keluarga Koesno
sangatlah memprihatinkan , gaji bapak nya saja tidak cukup untuk membeli beras hasil para
petani. Maka dari itu Ibu punya akal untuk membeli padi dan ditumbuk senidri, melihat tangan
ibu memerah dan melepuh , Koesno tidak tega dan menggantikan ibunya menumbuk padi
walaupun sangat berat baginya.
Tempat tinggal mereka pun sangat memprihatinkan, mereka tinggal di pinggir bantaran sungai
sehingga jika hujan deras sungai akan meluap dan akan membanjiri rumah dan halaman mereka,
hal itu mrnyrbabkan Koesno sering sakit sakitan, ia pernah terjangkit malaria, tiffus dan disentri.
Tapi ayah Koesno berpikiran bahwa hal tersebut karena nama Koesno tidak cocok , yang
membuat Koesno sering sakit-sakitan. Lalu bapak memutuskan untuk mengganti nama Koesno
menjadi Soekano sedangkan Karsinah diganti menjadi Soekarmini. Nama Karna berasal dari
nama pahlawan pada cerita Mahabarata yang mempunyai keberanian dan kesaktian juga
dianggap sebagai pahlawan rakyat. Karno dan Karmini mempunyai sifat yang sangat berbeda,
karmini adalah anak yang penurut dan jarang dimarahi Bapaknya sedangkan karno adalah anak
yang sedang nakal-nakalnya dan suka bermain sehingga sering membuat Bapaknya marah.
Suatu hari Keno diperintah oleh bapaknya untuk menjaga padi yang sedang dijemur agar tidak
dimakan oleh ayam, tetapi ia dalam keadaan lapar sekali. Dalam benak dirinya ia berpikran
untuk menagkap ikan supaya bisa dijadikan lauk untuknya , ibu, bapak dan kakaknya. Lalu ia
bergegas ke sungai untuk menagkap ikan, akhirnya ia bisa memancing ikan yang lumayan besar.
Sepulangnya dirumah ia dimarahi habis habisan oleh bapaknya dan pantatnya dipukuli dengan
rotan oleh bapaknya. Ibu langsung sigap menghentikan bapak dan menenangkan Karno untuk

tidak menangis lagi dan menasehati Karno supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi.Bapak
memang mempunyai sifat yang keras dan disiplin karena hal itu bertujuan supaya kelak anakanaknya berguna bagi bangsa dan Negara.
Pada saat Karno berumur 10 tahun, ia sangat dikenal jagoan di kalangan kawan-kawan
sepermainannya, karena ia lebih menonjol dibanding dengan anak-anak usianya. Tetapi pada
suatu ketika ia sangat tidak bisa membantu temannya yang dihajar oleh anak-anak Belanda
karena jika sampai melawannya , hal yang lebih berbahaya akan terjadi seperti tetangganya yang
tewas tertembak oleh tentara Belanda karena menolong anaknya yang berkelahi dengan anak
orang Belanda. Dari situlah timbul rasa dendam Karno terhadap orang Belanda. Padahal Bapak
Karno akan menyekolahkan Karno disekolah Belanda supaya dia bisa terus melanjutkan
pendidikannya, Karno juga tidak dapat menolak keinginan Bapak nya itu.
Pada saat menuntut ilmu di ELS (europesche Lagere School) , Karno termasuk anak yang cerdas
dan sangat rajin dalam belajar, sehingga ana-anak Belanda yang dulu menjauhinya kini sedikit
m=demi sedikit mulai mendekatinya walaupun masih ada yang mengejeknya karena Karno
adalah seorang anak pribumi. Tetapi sayangnya pada saat itu ia seharusnya naik ke kelas 6 tapi
malah tinggal kelas di kelas lima hanya gara-gara dia tidak bisa lulus dalam pelajaran Bahasa
Belanda. Lalu Bapak mencari cara untuk membuat Karno pintar dalam Bahasa Belanda yaitu
dengan mengikutkan Karno untuk les Bahasa Belanda. Walaupun awalnya sulit tapi lama
kelamaan Karno fasih dalam berbahasa Belanda dan pelajarannya pun semakin pesat.
Di usia empat belas tahun Karno mulai senang memperhatikan lawan jenisnya. Gadis yang
menarik perhatiannya bernama rika Meelhusyen, ia adlah gadis keturunan Belanda yang sangat
cantik, baik , lembut dan tidak suka menghina orang pribumi. Suatu hari Karno memakai sepeda
Bapaknya untuk mengajak Rika bersepeda bersama, tapi tiba-tiba ditengah jalan karno menabrak
seseorang laki-laki ternyata orang tersebut adalah Bapaknya sendiri. Lalu karno mengantarkan
rika pulang kerumahnya. Saat Karno pulang kerumah, dikira dia akan dimarahi Bapaknya tapi
ternyata malah memberi ijin untuk berteman dengan Rika supaya Bahasa Belanda nya lebih
lancer lagi. Karno sangat senang sekali mendengar hal tersenut dari Bapak nya.

Anda mungkin juga menyukai