Anda di halaman 1dari 7

Nama : Idzni Nisa Pambudi

Kelas : ABI

NIM : 20200810400017

UTS SASTRA BANDINGAN

“Membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang bahasanya benar-benar
berbeda”

PERBANDINGAN KARYA SASTRA NOVEL SANG PEMIMPI DAN PARVANA

KARYA : KARYA :

ANDREA HIRATA DEBORAH ELLIS


 Sinopsis Novel Sang Pemimpi

Cerita novel Sang Pemimipi berpusat pada kehidupan tiga remaja SMA yang bernama Ikal, Arai,
dan Jimbron. Ketiga remaja ini tinggal di Belitung dan bersekolah di SMA Negeri pertama
Manggar. Untuk membiayai sekolahnya, mereka bertiga bekerja paruh waktu sebagai kuli di
pasar ikan. Ikal adalah tokoh utama dalam novel ini. Ia digambarkan sebagai seorang remaja dari
keluarga miskin yang sangat mengidolakan H.Rhoma Irama. Ia juga senang mengutip kalimat
dari lirik lagu penyanyi dangdut tersebut yaitu “Darah muda adalah darahnya para remaja”

Tokoh lain dalam novel ini adalah Arai yang digambarkan sebagai sosok yang paling cerdas di
antara mereka bertiga. Tidak jauh berbeda dengan Ikal, Ia juga gemar mengutip kata-kata
inspiratif yang ia temukan. Salah satunya adalah “Tak semua yang bisa dihitung bisa
diperhitungkan dan tak semua yang diperhitungakn bisa dihitung.” Di balik sosoknya yang ceria,
Ia memiliki kisah hidup yang menyedihkan. Ternaya, Arai yang merupakan saudara jauh dari
Ikal telah menjadi yatim piatu sejak kelas 3 SD. Walau demikian, ia adalah sosok yang tabah.
Bahkan, Arai lah yang menjadi sosok penghibur di kala Ikal dan ayahnya tengah bersedih.
Selain itu, ada tokoh bernama Jimbron, yang merupakan sahabat mereka berdua yang juga
memiliki pengetahuan yang luas tentang kuda. Ia sendiri juga merupakan seorang yatim piatu
yang mendapatkan bimbingan dari pastur Katolik. Ia adalah sosok yang memiliki ketulusan hati
yang sangat tepat menjadi “penyeimbang” antara Ikal dan Arai. Sama seperti anak SMA lainnya,
mereka bertiga sering berbuat nakal. Misalnya, mereka pernah mengejek Pak Mustar saat
upacara pagi yang membuat Pak Mustar marah. Pak mustar sendiri meruapkan seorang guru
yang sangat disiplin, dan tegas. Ia menjadi pemarah karena anaknya tidak berhasil masuk SMA
yang telah ia bangun hanya nilai ujiannya yang hanya kurang 0,25 dari batas minimal. Walau
demkian, ia juga dianggap sebagai pahlawan bagi anak-anak Belitung. Berkat beliu pula, Arai
dan teman-temannya bisa bersekolah tanpa perlu menempuh jarak ratusan kilometer. Tidak
hanya nakal, mereka bertiga juga kerap kali berbuat usil seperti menyuruh teman sekelas mereka
menyusup ke bisokop yang sedang menayangkan film dewasa. Sayangnya, aksi mereka
diketahui oleh Pak Mustar yang membuat mereka dimarahi keeseokan harinya.

Ketika mereka telah lulus SMA, Ikal dan Arai memutuskan untuk kuliah di Jakarta sedangakn
Jimbron memutuskan untuk tetap di Belitung. Perpisahan pun tak dapat dielakkan. Sebelumnya,
Jimbron telah memberikan salam perpisahan kepada Ikal dan Arai berupa celengan berberbentuk
kuda. Harapannya, dengan hadiah ini mereka berdua bisa menabung untuk berkuliah di Eropa
seperti yang mereka impikan.

Sayangnya, menjalani kehidupan di Ibukota tak selalu semulus yang dibayangkan. Ikal pun hars
bertahan hidup dan bekerja sebagai pegawai pos. Sedangkan Arai memutuskan untuk pergi ke
Kalimantan untuk kuliah dan bekerja. Beberap tahun telah berlalu, Ikal pun berhasil membiayai
kuliahnya daa meraih gelar sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia. Ia telah menjadi orang
yang sukses. Di sisi lain, Arai juga berhasil meraih gelar cum laude dari Universitas
Mulawarman jurusan biologi di Kalimantan. Tak lama setelah itu, mereka berdua kembali
bertemu dan membuat proposal untuk melanjutkan kuliah di Eropa.

 Sinopsis Novel Parvana

Parvana adalah nama seorang gadis kecil yang harus kerja keras membantu ayahnya yang terluka
akibat bom yang dijatuhkan di Kabul. Ayahnya seorang berpendidikan tinggi, tamatan Inggris.
Ibunya, seorang jurnalis. Akibat perang, keluarga ini akhirnya tinggal di sebuah rumah susun
kecil di Kabul. Ayahnya yang cacat kaki berjualan di pasar rakyat, ditemani Parvana yang selalu
menopang langkah ayahnya yang susah berjalan. Ibunya tidak lagi bekerja sebagai jurnalis.
Parvana juga memiliki seorang kakak dan dua adik. Umur Parvana 11 tahun.

Awalnya mereka keluarga yang berpunya. Tapi perang membuat banyak rumah penduduk
hancur dihantam bom. Termasuk rumah keluarga Parvana. Ketika Taliban menjalankan
pemerintahan di Afghanistan setelah Soviet angkat kaki, kehidupan keluarga Parvana dilukiskan
sangat buruk. Saat ayahnya ditahan, Parvana menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga
mencari nafkah. Larangan perempuan berada di luar rumah, kemudian membuat Parvana harus
mengubah penampilannya sebagai laki-laki dengan nama Houssin, nama adiknya yang telah
meninggal dunia. Dengan tampilan baru ini, Parvana menjalankan aktivitas berjualan di pasar.

Tanpa sengaja Parvana bertemu Shauzia di pasar, teman sekolahnya yang juga berubah tampilan
menjadi seorang bocah laki-laki. Keduanya berjibaku mendapatkan uang untuk menutupi
kebutuhan keluarga. Parvana menjual jasa sebagai "pembaca kisah atau surat" dan menjual
barang bekas. Shauzia pelayan kedai teh. Penghasilan tidak mencukupi. Keduanya lalu bekerja
sebagai pengumpul tulang manusia dari areal bekas reruntuhan bom dan taman perkuburan.
Tulang-tulang manusia itu dikumpulkan lalu dijual kepada pedagang pengumpul. Parvana tidak
mengerti untuk apa tulang-tulang itu digunakan.

Kakak Parvana, Nooria, siap berangkat ke Mazar E Sharief, ia akan menikah di sana. Ia
berangkat diantar ibunya.Wilayah itu diceritakan tidak berada dalam kekuasaan Taliban,
sehingga perempuan masih bisa bersekolah. Tulang-tulang manusia itu dikumpulkan lalu dijual
kepada pedagang pengumpul. Parvana tidak mengerti untuk apa tulang-tulang itu digunakan.
Kakak Parvana, Nooria, siap berangkat ke Mazar E Sharief, ia akan menikah di sana. Ia
berangkat diantar ibunya. Wilayah itu diceritakan tidak berada dalam kekuasaan Taliban,
sehingga perempuan masih bisa bersekolah.

Parvana sendiri tidak ikut serta. Ia tinggal di rumah susun, menunggu sang ayah yang sewaktu-
waktu bisa saja dibebaskan dari tahanan. Benar saja,sang ayah akhirnya pulang dengan susah
payah akibat lukanya diantar oleh dua orang yang bermurah hati mengantarnya pulang. Tapi
sebuah berita menyedihkan datang dari Mazar bahwa daerah itu juga sudah tidak aman dan porak
poranda. Alasan inilah yang kemudian Parvana dan ayahnya berangkat ke Mazar E Sharief untuk
menemukan ibu dan kakaknya. Sebuah perjalanan yang tidak ringan. Deborah juga secara khusus
menceritakan kisah Shauzia saat berada di kam pengungsian di Pakistan. Bocah ini menaruh
hasrat keluar dari Afghanistan dan berangkat ke Paris. Tentu perjalanan tidak mudah. Shauzia
sempat terlinta-lunta di Pakistan dan menggelandang di pasar. Ditemani seekor anjing -Jasper--
Shauzia bertarung menyelamatkan hidup. Harapan bertemu dengan Paris tampaknya harus
tertunda lama, sebab Shauzia memilih pulang ke perbatasan Pakistan-Afghanistan untuk
membantu para pengungsi Afghanistan yang terusir karena Amerika bersiap menyerang negeri
itu. Penulis Deborah Ellis dalam catatan penulis menyebut, meski Taliban tidak lagi berkuasa
pada 2001, tapi masa depan kaum wanita dan anak-anak tetap tidak menentu.
PERBEDAAN NOVEL “SANG PEMIMPI” KARYA ANDREA HIRATA DENGAN
NOVEL “PARVANA” KARYA DEBORAH ELLIS

No Sang Pemimpi Parvana

1. Aku hafal betul lingkungan ini karena Meskipun bom masih sering berjatuhan
sebenarnya Aku, Arai, dan Jimbron tinggal dari langit kabul, mereka tidak lagi jatuh
disalah satu kamae kontrakan di pasar kumuh sesering dulu. Peperangan terjadi di
ini. bagian utara Afganistan, dan di daerah
itulah kebanyakan korban tewas
belakangan ini.

2. Akhirnya, aku berhasil menyelesaikan kuliah. Parvana terpaksa berhenti sekolah ketika
Salah satu perpisahan yang paling ketika ia kelas enam dan kakaknya
menyedihkanku karena selesainya studi itu Nooria juga tidak diperbolehkan ke
adalah berpisah dengan kereta yang hampir sekolahnya yang sudah tingkat akhir.
empat tahun kunaiki demi menuntut ilmu.

3. Ibuku mungkin lebih pintar dari pada ayahku, Kebanyakan penduduk Afganistan tidak
Ibuku, paling tidak, bisa menuliskan kan dapat membaca dan menulis, Parvana
namanya dengan huruf latin. Ayahku, hanya salah satu dari mereka yang beruntung.
mampu menuliskan namanya dengan huruf Kedua orangtuanya lulusan Universitas
Arab, huruf Arab Gundul. dan mereka percaya pendidikan
merupakan hak setiap orang, termasuk
perempuan.

Pada No 1 perbedaan dari segi kondisi lingkungan atau suasana lingkungan.

Pada No 2 Perbedaan dari segi pendidikan.

Pada Np 3 Perbedaan dari segi pendidikan orang tua.


FOTO KARTU UTS

Anda mungkin juga menyukai