Anda di halaman 1dari 14

Nama : Fonda Chintya

Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

Novel sang pemimpi merupakan novel karya Andrea Hirata kedua dari
tetralogi Laskar Pelangi. Mengajarkan akan pentingnya memiliki usaha yang
kuat untuk menambah ilmu meskipun dalam keadaan sera keterbatasan
merupakan inti dari novel Laskar Pelangi.

Sedangkan dalam novel Sang Pemimpi, penulis mencoba untuk


mengajak pembacanya untuk berimajinasi dalam alam pikiran kita.
Perjuangan untuk mewujudkan apa yang kita impikan. Dengan mimipi yang
bisa membuat hal yang mustahil menjadi kenyataan. Penuls juga mencoba
untuk memberikan sudut pandang yang berbeda tentang kebahagiaan, cara
hidup, dan nasib.

Para pembaca akan disuguhi dengan sampai membuat takjub. Emosi


yang disampaikan penulis membuat pembaca seperti masuk dalam cerita
novel itu sendiri. Kesedihan yang mengarukan, proses kehidupan yang
penuh akan perjuangan, dan kebahagiaan yang menggembirakan.

Kata-kata yang terdapat dalam novel ini seakan-akan membuat pikiran


dan nafas ini seperti terhenti sejenak. Sangat menyentuh jiwa sampai tidak
bisa disampaikan dengan kata-kata. Novel Sang Pemimpi seperti membuat
alam bawah sadar kita bagaimana proses untuk menjalani sebuah
kehidupan.

Sesudah lulus SMP, tiga anak pemimpi yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron
meneruskan pendidikanya ke SMA Buka Main, petualangan ketiga anak itu
pun dimulai. Arai merupakan saudara dari Ikal yang menjadi yatim piatu dari
kelas 3 sekolah dasar, dia merupakan anak yang sabar dan tabah dalam
menjalani kehidupanya.

Coba bayangkan, saat Ikal dan sang ayah menjemput Arai, mereka
sangat prihatin dengan kondisi Arai, oleh karena itu Arai tinggal bersama
dengan Ikal dan ayah ibunya. Arai sudah dianggap seperti anak sendiri oleh
ayah dan ibu Ikal.
Sedangkan Jimbron adalah anak angkat dari seorang pendeta yang bernama
Geovanny yang selalu bersedia untuk mengantarkan Jimbron setiap sorenya
ke Masjid supaya Jimbron menjadi Muslim yang taat. Tiga anak ini selalu
bersama dan mempunyai impiannya masing-masing.

Ketiga anak dalam novel sang pemimpi ini menetap di sebuah kamar
di pinggiran Dermaga Magai. Setiap harinya dari jam dua pagi mereka
bertiga harus sudah bangun karena harus bekerja menjadi kuli ikan di
Dermaga itu. Pak Mutsar sering memarahi Arai, Ikal, dan Jimbon karena
perbuatan dari ketiga anak itu.

Pak Mutsar sendiri merupakan seorang yang memiliki kepribadian


yang tegas, bersahaja, dan disiplin tinggi. Dia merupakan pahlawan anak-
anak Belitung, karena jasanya lah Ikal dan teman yang lainnya tidak harus
menempuh jarak ratusan kilo untuk bersekolah. Di kalangan anak-anak, Pak
Mustar adalah orang yang galak, hal itu disebabkan Pak Mutsar merasa
kecewa karena anaknya tidak masuk ke sekolah yang dibangunnya sendiri.

Mimpi itu dimulai ketika seorang guru sastra bernama Pak Balia. Beliau
merupakan guru yang sangat inspiratif, yang tak pernah lelah untuk
mengajari murid-muridnya untuk selalu memiliki motivasi yang tinggi untuk
menggapai impiannya dengan penuh semangat.

Pak Balia selalu memberikan kata-kata supaya anak muridnya harus memiliki
impian tinggi, belajar dari alam untuk mentadaburi arti dari sebuah kehidupan,
menggali ilmu sebanyak mungkin. Mimpinya ingin mengelilingi indahnya eropa,
eksotisnya negara-negara Afrika, dan ingin ke almamater Universitas Sorebonne
Prancis.

Kata-kata memang bisa mempengaruhi kehudipan seseorang. Setiap hal


yang pernah diucapkan Pak Balia bersemayam di dalam hati anak didiknya. Arai lah
yang paling percaya dengan semua kata inspiratif yang selalu diberikan oleh
gurunya itu.

Arai berubah menjadi seorang yang memiliki impian yang tinggi dan selalu
meyakinkan kedua temannya. Sudah di singguh di atas bahwa mereka rela menjadi
kuli untuk mewujudkan impiannya untuk sekolah di Perancis. Apabila secara nalar
manusia normal, tabungan yang mereka kumpulkan mustahil cukup untuk pergi ke
Perancis, akan tetapi hal itu tidak pernah membuat mereka putus asa.

Selama impian kita kuat dan terus berusaha pasti akan ada jalan untuk
menuju ke sana. Sedangkan di sisi lain, Jimbron mempunyai mengagumi binatang
kuda, dan diam-dia menyukai seorang gadis yang pendiam namanya Laksmi. Arai
mempunyai impian menikah dengan Zakiah, dia adalah seorang gadis yang selalu
menolaknya, akan tetapi Arai tidak pernah menyerah untuk mencintai gadis itu.
Sementara itu Ikal sangat ingin sekali bertemu dengan gadis pujaannya A Ling.

Sesudah lulus dari SMA Ikal dan Arai merantau ke Pulau Jawa, di Bogor.
Sedangkan Jimbron tetap di Belitung untuk berternak kuda bersama gadi yang dia
cintai. Jimbron memberikan hadiah dua buah celengan kuda. Dengan demikian
meskipun Jimbron tidak pernah ke Paris tapi hatinya pasti sampai ke sana bersama
kedua sahabatnya itu..

Sesampainya di Bogor menjadi perjuangan baru bagi Ikal dan Arai.


Kehdiupan di sana ternyata tak seperti yang mereka harapkan. Nasib menjadikan
Ikal bekerja di kantor pos, sedangkan Arai pergi merantau ke Kalimantan karena
tidak mendapatkan pekerjaan.

Arai hilang begitu saja tanpa mengabari sahabatnya Ikal. Dia pun merasa
sangat kehilangan Arai. Di tahun selanjutnya Ikal melanjutkan kuliah di UI dengan
mengambil jurusan ekonomi. Setelah menyelesaikan studinya, peluang untuk
melanjutkan studi ke Sorebonne pun semakin terbuka, Ikal mendapatkan informasi
beasiswa S2 jurusan ekonomi di sana. Singkat cerita Ikal ikut dan masuk 15 besar
dari ratusan pelamar beasiswa.

Ketika wawancara, profesor yang mengetes Ikal sangat terpukau dengan


riset yang dibawa Ikal. Meskipun Ikal lulusan dari sarjana ekonomi dan tukang pos,
tapi riset yang Ikal ajukan sangat mengesankan pengujinya. Ketika itu Ikal merasa
sedih, karena sahabatnya Arai yang membuat dia bisa bermimpi untuk ke Paris
tidak ada di sampingnya.

Kejutan datang, setelah Ikal keluar dari ruang wawancara, ia seperti


mendengar suara orang yang tak asing baginya. Ikal melihat sahabatnya sedang
ada di raung wawancara. Ternyata yang sedang di wawancara itu adalah Arai.
Mereka pun saling berpelukan karena sudah lama tak berjumpa. Ternyata Arai tidak
pernah melupakan mimpinya untuk kuliah di Sorebonne. Arai memang penuh
dengan kejutan.

Ketika Arai pergi meninggalkan Ikal, ternyata dia meneruskan kuliahnya


sembari bekerja. Dia kuliah di Mulawarman denga mengambil jurusan biologi.
Ketika ada pengumuman beasiswa untuk S2 ke Prancis, dia langsung mendaftar
untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Arai mempersiapkan dengan penuh persiapan semua persyaratan yang


diperlukan. Dia membawa sebuah riset di bidang biologi. Sama dengan Ikal, Arai
masuk 15 besar. Saat wawancara, profesor yang mewawancarainya juga kagum
dengan riset yang Arai lakukan yang bisa membuat sebuah teori baru.

Sembari menunggu hasil pengumuman beasiswa, mereka berdua pulang ke


kampung halamannya di Belitung. Rasa rindu yang luar dengan keluarga dan juga
kampung halaman biasa menjadikan mereka pulang ke sana sekaligus mengisi
liburan. Setelah beberpa hari di sana mereka pun mendapatkan surat yang sudah
lama mereka nantikan kedatangannya. Dengan hati yang cemas dan penuh
harapan, mereka membuka suratnya, di surat itu tertulis bahwa mereka berdua
berhasil lolos beasiswa. Mereka berdua menangis bahagia setelah itu. Apa yang
mereka dulu impikan akhirnya bisa terwujud.
Nama :
Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Hafalan Salat Delisa Karya Tere Liye

Novel manis yang satu ini mengangkat kisah seorang bocah


perempuan bermata hijau telaga yang baru berusia 6 tahun. Gadis cilik
tersebut bernama Delisa. Ia merupakan anak bungsu di dalam keluarganya.
Adapun kakak-kakan Delisa adalah Cut Fatimah, Cut Zahra dan juga Cut
Aisyah. Keluarga Delisa berdomisili di Lhok Nga. Delisa dan saudara-
saudaranya hanya tinggal bersama Ummi, sebab sang Abi bekerja sebagai
mekanik kapal yang berbulan-bulan ikut di kapal yang berlayar.

Meski merindu, tetapi Delisa tetap menjalani hari-hari mereka tanpa


sang Abi. Suatu hari Delisa mendapat tugas dari sekolahnya. Tugas tersebut
adalah menghafal bacaan salat. Delisa giat sekali menghapas bacaan-
bacaan tersebut. Terlebih ummi menjanjikan ia hadiah jika Delisa berhasil
menghafal baccan tersebut. Hadiah yang membuat Delisa semangat adalah
kalung emas yang dijual di toko Ko Acan. Ko Acan sendiri merupakan
sahabat Abi Delisa.

Tanggal 26 Desember tahun 2004, Delisa dan semua teman seisi


kelasnya dijadwalkan mempraktekkan hafalan solat yang telah mereka
hapalkan beberapa waktu. Saat tiba giliran Delisa, sembari mengucapkan
bacaan solat, tiba-tiba bumi bergetar hebat. Semua tampak gonjang ganjing.
Dan seketika, air laut mulai naik ke daratan dengan ganasnya. Ia bagai
tangan raksasa yang merengkuh segala yang ia jumpai. Bencana tersebut
adalah gempa hebat yang disusul tsunami. Kurang lebih 15.000 orang yang
meninggal akibat bencana ini. Termasuk di dalamnya Ummi dan kakak-kakan
Delisa.

Delisa sendiri selamat. Ia tersangkut di semak belukar. Siku kanan


bocah tersebut patah dan kakinya bagian kanannya terjepit di bebatuan.
Setelah 6 hari terjebak di tempat terebur, Delisa kemudian ditemukan oleh
seorang prajurit relawan bernama Smith. Delisa yang dilihatnya sangat
bercahaya kemudian membawa prajurit tersebut untuk masuk Islam.

Karena suasana yang kacau balau, Abi yang telah mengetahui


bencana tersebut tak bisa menemukan Delisa. Ia menghabiskan beberapa
waktu sebelum akhirnya bertemu gadis mungilnya. Saat bertemu Abinya,
Delisa bercerita layaknya anak-anak yang tak mengerti apa-apa. Bencana
tak menghapus keceriannya. Termasuk saat kaki kanan Delisa harus
diamputasi, semuanya tak berhasil membuat ia murung. Ia bersama Abi
menjalani hidupnya. menata dari awal. Meski jasad Ummi dan ketiga
kakaknya belum ditemukan, tapi Delisa dan Abi harus hidup normal, begitu
pikirnya.

Suatu waktu Delisa melihat ada sebuah pantulan cahaya yang


mengganggu penglihatannya. Karena penasaran, Delisa pun mendekat. Dan
tak disangka, cahaya tersebut merupakan pantulan kalung dengan huruf D.
Dan kalung tersebut berada dalam pegangan seseorang. Ummi Delisa
sendiri.

Nama :
Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Faudi


Alif Fikri adalah remaja kelahiran Banyur, Bukittinggi yang semasa kecilnya
hobi berburu durian runtuh bersama ayahnya dan bermain bola di sawah
berlumpur. Setelah lulus dari Madrasah ia ingin melanjutkan pendidikannya ke SMA
Bukittinggi. Tetapi idenya justru bertentangan dengan pendapat amaknya yang
menginginkan Alif untuk tetap bersekolah di sekolah agama. Alif bimbang.

Surat pun datang dari Pak Etek Gindo, paman Alif. Dia menyarankan Alif
untuk mencoba bersekolah agama di tempat yang dulunya pernah menjadi tempat
sekolah bagi Pak Etek Gindo. Tetapi Alif masih sangat asing dengan tempat itu.
Dengan setengah Alif daintarkan oleh ayahnya pergi ke pulau seberang untuk
belajar di Pondok Madani, Jawa Timur.

Justru disinilah dia mulai megnerti makna hidup yang sebenarnya. Life begin
at Pondok Madani. Di hari kedatangan mereka ke PM, Alif dan ayahnya, dan juga
peserta didik baru yang lain diajak untuk ikut mengelilingi beberapa tempat di PM.

Di hari pertama pembelajaran, Alif diberikan sebuah kalimat, lebih dari


sebuah kumpulan kata-kata, yang nantinya akan menjadi kompas kehidupan
mereka. Man Jadda Wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil! Dia
mengagumi kebudayaan di PM yang mengharuskan setiap penduduk PM untuk
berbicara hanya dengan menggunakan bahasa arab atau inggris, tidak dengan
bahasa yang lain. Apabila ketahuan melanggar, maka hukumannya adalah
menjadi jasus atau mata-mata. Siapa yang menjadi jasus, mereka harus mencari
pelanggar lain di PM, lalu dilaporkan kepada mahkamah. Itu pula yang pernah
dirasakan Alif ketika menjadi jasus.

Di PM, Alif bertemu dan berteman baik dengan Raja Lubis dari Medan, Atang
dari Bandung, Said Jufri dari Surabaya, Baso dari Gowa dan Dulmajid dari Madura.
Mereka berenam kerap berkumpul di menara sampign masjid. Maka dari itu mereka
sering disebut Sahibul Menara, orang yang punya menara. Di bawah menara PM
pula mereka berangan-angan akan suatu benua impian, benua yang entah
bagaimana caranya bisa mereka raih. Alif melihat awan-awan itu bagaikan sebuah
Benua Amerika, sedangkan Raja melihatnya sebagai Benua Eropa, Atang
melihatnya Benua Asia dan Baso melihat itu semua sebagai Benua Afrika.
Sedangkan Said dan Dulmajid melihatnya sebagai negara Indonesia.

Meskipun bahagia berada di PM, Alif tidak bisa menyembunyikan rasa irinya
kepada Randai, sparring partner-nya sekaligus sahabatnya yang berada di ITB.
Bahkan Alif memiliki gagasan untuk keluar dari PM dan mengikuti ujian persamaan
agar dapat masuk ITB. Pikirannya makin kacau ketika harus merelakan Baso untuk
pulang kampung ke Gowa. Alif semakin resah.

Mereka tidak tahu akan menjadi apa kelak. Yang mereka tahu hanyalah:
Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Sungguh Tuhan Maha
Mendengar.

Man Shabara Zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan
penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena
yang kita tuju bukan sekarang, tetapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu
menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.
Nama : Rio Agustian
Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Faudi

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat
SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan
langkahnya untuk kuliah di jurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya
Hamka, membuat mimpi Alif kandas.

Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi
akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun
menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya di Kairo, Alif kecil pun
memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur: Pondok Madani. Walaupun
awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah
mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah di luar ranah minang, namun akhirnya
ibunya merestui keinginan Alif itu.

Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-
citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kalimat bahasa Arab yang didengar
Alif dihari pertama di PM (pondok madani) mampu mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan
pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. "Mantera" sakti yang diberikan kiai Rais
(pimpinan pondok) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai
menjalani hari-hari di pondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.

Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah
dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hafalan Al-Qur'an, belajar siang-
malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras
murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum
lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan
tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-
tahun pertama Alif dan ke-5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di
PM.

Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop
dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima
demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di
PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di
bawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka ke depan.

Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh
pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus
saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu
hari yang tak terduga, Baso, teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM
karena permasalahan ekonomi dan keluarga.

Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk
menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan
kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam
telah berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif)
berada di Amerika, Raja di Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan
Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami.
Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.

Nama : Syahrul Arya Ramadhan


Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma


Nadia

Novel surga yang tak dirindukan ini menceritakan tentang kehidupan rumah
tangga, seorang gadis selalu menghayalkan kehidupannya dalam cerita dongeng.
Pada akhirnya ceritanya akan selalu hidup bahagia tetapi dalam kehidupan nyata
justru berbanding terbalik dengan khayalannya tersebut.

Kisah ini berawal dari kisah gadis yang bernama Arini. Bahwa kelak akan
ada seorang lelaki tampan yang melamarnya dan hidup bahagia bersamanya
selamanya. Akhirnya dia pun menikah dengan seorang lelaki yang bernama Andika
Prasetya yang merupakan teman masa kecil Arini dan kakaknya. Kehidupan Arini
dan suaminya berjalan dengan mulus. Dalam pernikahannya dikaruniai 3 orang
anak yaitu Nadia, Adam, Putri.

Setelah 10 tahun berlalu, Rumah tangga yang dulunya harmonis kini


berubah setelah pras menolong seorang perempuan yang mencoba bunuh diri
dengan menabrakkan mobilnya dipembatas jalan. arena kehamilannya diluar
pernikahan. Pras mengantarkan perempuan tersebut keRumah Sakit.

Pras bertambah panik ketika dokter menyuruhnya untuk menandatangani


sebuah surat yang menyatakan bahwa perempuan tersebut harus dioperasi, karena
mengalami pendarahan. Kemudian Pras bersedia untuk menandatangani sebuah
surat. Setelah perempuan tersebut di operasi pras merasa lega. Kemudian
keduanya saling berkenalan dan perempuan tersebut bernama mey rose. Selama
beberapa hari dirawat diRumah Sakit, Pras memberikan perhatian yang lebih
kepada Mey Rose. Dan Mey Rose pun merasa nyaman, sehingga diapun tidak
menginginkan ada perpisahan diantara mereka.

Hingga akhirnya Mey Rose pun berfikir untuk menikah dengan Pras. Pras pun
merasa kasihan dengan Mey Rose dan anaknya. Akhirnya pun Pras menikahinya
tanpa memberitahukan hal ini kepada Arini.

Lama kelamaan Arini pun merasa curiga dengan sikap Pras, karena
perhatian dan kasih sayangnya mulai berubah kepada keluarganya. Suatu ketika
Arini menemukan surat dari Rumah Sakit tempat Pras memeriksakan anak Mey
Rose. Kemudian Arini pun mendatangi Rumah Sakit tersebut dan menanyakan
nomor telepone dari pasien tersebut.

Setelah itu Arini menelphon nomor tersebut. Arini pun terkejut karena yang
mengangkat telephonnya adalah seorang wanita yang dengan bangganya
menyebut dirinya sebagai Nyonya Prasetya.
Setelah itu Arini mendatangi prasetya ke kantor, namun ditengah
perjalanan Arini melihat Prasetya mencium kening seorang perempuan dan
mengusap kepala anak kecil yang berada disampingnya.

Setelah itu Arini mengetahui bahwa Pras selingkuh dibelakangnya. Lalu Arini pergi
meninggalkan tempat tersebut untuk pergi kerumah ibunya bersama tiga anaknya.
Disana ia menceritakan semuanya kepada ibunya dan dia menenangkan
pikirannya. Lalu dia menelephon rumah Mey Rose dan memintanya untuk
meninggalkan Pras. Tetapi Mey Rose dengan tegas menolaknya kemudian Pras
datang dan terkejut dengan adanya Arini dirumahnya.

Akhirnya Pras menyesali perbuatannya yang telah berpoligami dengan Mey


Rose. Arini juga berfikir bahwa dongeng milik perempuan memang harus mati agar
dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan.

Nama : Zulkardi Ariansyah


Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

Novel ini menceritakan tentang perjuangan tiga orang laki-laki yang telah
lulus SMP, melanjutkan belajar ke SMA yang bukan main. Disinilah perjuangan dan
cita-cita ketiga laki-laki ini di mulai yakni Ikal, Arai dan Jimron.

Ikal adalah salah satu anggota laskar pelangi dan Arai merupakan saudara
sepupu ikal , yang telah menjadi seorang anak yatim piatu sejak kelas 3 SD dan
tinggal di rumah Ikal, ia sudah dianggap seperti anak sendiri oleh ayah dan ibu ikal,
serta jimron adalah anak angkat seorang pendeta karena sejak kecil yatim piatu
juga. Namun pendeta yang baik hati dan tidak memaksakan keyakinan jimron,
malah mengantar jimron menjadi muslim yang bertakwa.

Ikal dan Arai adalah murid yang pintar di sekolahnya sedangkan Jimron,
adalah murid yang gemar terhadap kuda ini memiliki kepandaian yang biasa-biasa
saja malah menduduki ranking 78 dari 160 siswa sedangkan ikal dan Arai selalu
menduduki peringkat 5 dan 3 besar. Lebihnya lagi mimpi mereka semua sangatlah
tangguh.

Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke


sorbonne, Prancis. Mereka kagum akan cerita pak Balia kepala sekolahnya yang
selalu menyebut-nyebut bagusnya kota itu.

Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai dari pukul 02.00 pagi sampai jam
07.00 pagi dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan kedua laki-laki itu.
Mati-matian menabung demi mewujudkan mimpinya. Meski kalau dilogika tabungan
mereka tidak akan cukup untuk bisa kesana. Namun, jiwa optimismenya (Arai) yang
takpernah terbantahkan.

Setelah lulus SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, lebih tepatnya ke Bogor.
Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk bekerja menjadi ternak kuda di Belitong. Ia
adalah orang yang baik hati, ia mnghadiahkan kedua celengan kuda miliknya yang
berisi tabungannya selama ini kepada Arai dan Ikal.

Ia yakin kalau Arai dan Ikal akan sampai perancis, maka jiwa jimbron pun
akan selalu bersama mereka. Berbulan-bulan menganggur di Bogor, mencari
pekerjaan untuk sekedar bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah
banyak pekerjaan 3 bersahabat ditempuh, Ikal mendapat pekerjaan sebagai tukang
pos dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan.

Tahun selanjutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di salah satu kampus


Ekonomi Ui. Setalah lulus dan bergelar S1, ada lowongan untuk mendapat beasiswa
S2 ke Eropa. Dari sekian ribu pesaing dapat ia singkirkan dan akhirnya sampailah ia
dalam pertandingan untuk merebutkan 15 besar.

Pada saat wawancara datang, tak disangka, professor pengujinya begitu


terpukau dengan proposal riset yang diajukan oleh Ikal, Walau hanya berlatar
belakang sarjana ekonomi yang hanya bekerja sebagai tukang pos, hasil tulisan nya
begitu luar biasa.

Araipun ikut serta dalam acara tersebut. Bertahun-tahun tanpa kabar berita
akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang terhormat dan
indah. Begitulah Arai, selalu penuh kejutan. Memang selama ini telah
direncanakannya bertahun-tahun.

Ternyata Arai kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan


Biologi. Tidak kalah bagus nya dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa
dan berbakat dalam menghasilkan teori baru.

Akhirnya sampai juga pada momen mereka pulang kampung ke Belitong,


ketika ada surat datang. Jantung mereka berdebar-debar saat membuka isinya.
Pengumuman penerimaan beasiswa ke Eropa. Arai sangat sedih karena merindukan
kedua orangtuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu bersama orang yang di
rindukannya.

Kegelisahan dimulai. Baik Ikal maupun Arai, keduanya tidak kuasa saat
mengetahui isi dari surat tersebut. Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di
perguruan yang diimpikan nya yaitu perguruan tinggi Sorbanne, Perancis. Setelah
perlahan mencocokkan dengan surat yang diterima oleh Arai, Ternyata inilah
jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Mereka diterima di Universiitas yang sama.
Namun hal ini bukan akhir dari perjuangannya. Tapi disinilah perjuangan yang lebih
keras dari mimpi itu dimulai dan siap melahirkan anak-anak pemimpi selanjutnya.
Nama : Devy Andriani
Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Hafalan Salat Delisa Karya Tere Liye

Novel ini menceritakan seorang anak perempuan berumur enam tahun yang
bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu, polos, dan suka bertanya.
Ia anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya. Delisa tinngal bersama
Umminya yang bernama Salamah dan kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut
Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisi di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Ayahnya
yang biasa dipanggil Abi bernama Usman, beliau bekerja di kapal tanker dan baru
pulang setiap 3 bulan sekali.

Delisa mendapatkan tugas dari Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan
sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004. Motivasi
dari Ummi yang berjanji akan memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan
bacaan sholat membuat semangat Delisa untuk menghafal. Ummi telah
menyiapkan hadiah kalung emas dua gram berliontin D untuk Delisa, sedangkan
Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Pagi itu hari
minggu tanggal 24 Desember 2004, Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di
depan kelas. Tiba-tiba Gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami
melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan
menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya.
Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada,
menghempaskan Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi
dan kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika
tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mualaf dan
berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah
mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermualaf.

Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak


kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang di rawat
sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan
shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa
harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam
disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah
membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak
menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya. Menerima takdir yang telah
digariskan oleh Allah.

Beberapa bulan setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga, Delisa
sudah bisa menerima keadaan itu. Ia memulai kembali kehidupan dari awal
bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal
maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami
yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa
bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh
tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. Akan tetapi susah,
tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa
mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda
yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.

Akhir dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya.


Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang
menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal
bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan
menghafalnya. Delisa telah mampu melakukan Shalat Asharnya dengan sempurna
untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena
Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, ataupun sepeda. Selesai
shalat Ashar, Delisa pergi mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada
pantulan cahaya matahari sore dari semak belukar, cahaya itu menarik perhatian
Delisa untuk mendekat. Mendadak hati Delisa bergetar. Delisa berkata bukankah
itu seuntai kalung? ternyata Delisa benar benda itu adalah kalung berinisial D
untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan
manusia yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa
sangat terkejut.

Nama :
Kelas : IX.I

Sinopsis Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata


Pada awalnya, Arai, Ikal, dan Jimbron berhenti di gudang peti es yang berisi ikan. Mereka
terengah-engah dan bersembunyi di dalam peti es yang berisi ikan itu ini semua dilakukan karena
mereka bertiga telah terlibat masalah dengan Pak Mustar tokoh yang kejam. Simpai Keramat adalah
julukan orang Melayu untuk orang terahir yang tersisa dari suatu keluarga. Dan Arai mendapat julukan
Simpai Keramat.Arai telah ditinggal pergi oleh keluarganya. Ikal dan ayahnya memutuskan untuk
menjemput Arai di rumah reyot tempat tinggal Arai ditengah-tengah ladang tebu yang tak terurus. Air
mata Ikal terjatuh melihat nasib Arai. Namun Arai begitu tegap menghadapinya. Ia justru menghibur Ikal
dengan menunjukkan mainan dari ide kreatifnya. Jika Ikal dan keluarganya mendengar suara Arai ketika
mengaji, mereka terharu dan teringat betapa malangnya nasib Ikal. Suara merdunya mampu
menghipnotis Ikal ketika ia membaca ayat-ayat suci Al Quran.

Jaman dulu ketika Indonesia dijajah Jepang, orang Melayu senang mengumpulkan beras
didalam peregasan untuk mempertahankan hidupnya. Maka, sampai sekarang peregasan itu sangat
dihargai orang Melayu. Arai timbul ide kreatif lagi untuk membeli bahan-bahan roti yang akan diserahkan
pada Mak Cik. Hasilnya akan dibagi untuk Mak Cik beserta Arai dan Ikal karena bahan-bahan itu debali
dari uang tabungan Arai dan Ikal. Ide itu keluar ketika Arai melihat Mak Cik maminta beras pada ibu.
Nasib Jimbron tak berbeda jauh dari Arai. Jimbron ditinggal pergi keluarganya. Sekarang Jimbron gagap
karena kematian ayahnya. Jimbron diasuh oleh Pendeta Geovanny. Pendeta Geovanny membebaskan
Jimbron dalam hal beragama. Jimbron kini selalu berusaha untuk membuat laksmi tersenyum. Laksmi
juga tidak jauh beda nasibnya dengan Arai dan Jimbron. Laksmi ditinggal pergi keluarganya di Sungai
Seine yang sekarang di kenal dengan Semenanjung Ayah.

Ayah Ikal telah mempersiapkan semua perlengkapan bajunya khusus digunakan untuk
mengambil raapor Ikal. Tak lupa ia mempersiapkan sepedanya jaman kuno untuk menemani melewati
perjalanan 30km untuk sampai di SMA Bukan Main. Di depan kos Arai,Jimbron,dan Ikal berdirilah
bioskop. Di bioskop itu terdapat poster bergambar wanita memakai 2 carik merah menggendong Anjing
Pundel. Mereka ber-3 ahirnya tertarik untuk melihat film itu. Walaupun mereka juga ingat kata-kata Pak
Mustar yang pada intinya jangan pernah melihat film yang tak berilmu. Mereka ber-3 pun ahirnya
mendapat hukuman dari Pak Mustar untuk memerankan kembali cerita pada film itu dan untuk
membersihkan WC yang lama tak dibersihkan. Jimbron selalu bercerita tentang kuda selama mereka
ber-3 membersihkan WC. Ikal pun habis kesabarannya dan memarahi Jimbron. Namun, akhirnya Ikal
minta maaf pada Jimbron. Setiap pulang sekolah Ikal selalu berlari. Dalam perjalan pulang Ikal melihat
beberapa kali sosok mirip dirinya sendiri, Arai, dan Jimbron yang bernasib buruk. Ikal mulai berpikiran
negatif. Ikal pun patah semangat untuk meraih cita-citanya, dan motivasi yang ia katakan pada Pak Balia
kini mulai surut.

Namun, semangat Ikal kembali bangkit untuk meraih cita-citanya setelah ia mendapat teguran
dari Pak Mustar dan Arai. Motivasinya yang ia katakan pada Pak BaliaMasa Muda, masa berapi-api!
kembali ia gunakan lagi setelah Arai berteriakKitabtakkan pernah mendahului nasib. Kita akan sekolah
ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai Afrika!apa pun yang terjadi!!! Pada pembagian rapor terahir saat
tamat SMA, ayah kembali duduk di kursi nomer 3 untuk Ikal dan nomer 2 untuk Arai. Jimbron pun naik
rangking dari 128 ke 47. Ikal dan Arai baradu nasib ke Jakarta naik kapal barang Bintang Laut Selatan.
Mereka memegang janji-janjinya pada orang-orang salah satunya Pak Balia agar tak pernah pulang ke
Balitong sebelum menjadi sarjana. Mereka hanya berbekal uang tabungan meraka dan uang pemberian
Jimbron. Di Jakarta mereka ber-2 mulai bekerja untuk kuliah dan kehidupan sehari-hari.

Ikal tidak melewatkan kesempatan untuk mendaftar beasiswa sastra dua yang diberikan Uni
Eropa pada sarjana sarjana Indonesia. Setelah Ikal memeberikan risetnya pada Profesor penguji, Ikal
berjalan pelan keluar. Di koridor depan sebuah ruangan Ikal mendengar suara Arai. Ahirnya mereka
bertemu setelah lama tak bertemu karena Ikal bekerja sebagai tukang pos dan berkuliah di UI Depok
sedangkan Arai bekerja di Kalimantan menggosok batu akik di Pabrik Jewelry dan berkuliah di
Universitas Mulawarman. Sambil menunggu hasil mendaftar beasiswa, mereka pulang ke Balitong
membawa janji mereka bahwa akan pulang ke Balitong jika sudah menjado sarjana. Di Balitong banyak
orang-orang yang menyambut mereka. Salah satunya Jimbron. Jimbron telah mempunyai anak. Jimbron
berjasil mendapatkan Laksmi. Setelah tukan pos datang membawa surat pengumuman, dengan bangga
Ikal dan Arai di telah lulus seleksi. Betapa senang hatinya ayah dan ibu. Disurat jelas tertulis
jelas:Universite de Paris,Sorbone,Prancis. Pada ahirnya impian Arai dan Ikal ahirnya tercapai. Impian
mereka tercapai melalui beberapa proses kerja keras.

Zulkardi, Robby, Syahrul, Fonda, Devy, Jupe,


Wulandari, Muna, Okta, Oka, Yolan, Rezka, Heriek,
Bhima, Benny, Ruwanda, Yuni, Dea, Anggi, Elisa

Anda mungkin juga menyukai