Kelas : IX.I
Novel sang pemimpi merupakan novel karya Andrea Hirata kedua dari
tetralogi Laskar Pelangi. Mengajarkan akan pentingnya memiliki usaha yang
kuat untuk menambah ilmu meskipun dalam keadaan sera keterbatasan
merupakan inti dari novel Laskar Pelangi.
Sesudah lulus SMP, tiga anak pemimpi yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron
meneruskan pendidikanya ke SMA Buka Main, petualangan ketiga anak itu
pun dimulai. Arai merupakan saudara dari Ikal yang menjadi yatim piatu dari
kelas 3 sekolah dasar, dia merupakan anak yang sabar dan tabah dalam
menjalani kehidupanya.
Coba bayangkan, saat Ikal dan sang ayah menjemput Arai, mereka
sangat prihatin dengan kondisi Arai, oleh karena itu Arai tinggal bersama
dengan Ikal dan ayah ibunya. Arai sudah dianggap seperti anak sendiri oleh
ayah dan ibu Ikal.
Sedangkan Jimbron adalah anak angkat dari seorang pendeta yang bernama
Geovanny yang selalu bersedia untuk mengantarkan Jimbron setiap sorenya
ke Masjid supaya Jimbron menjadi Muslim yang taat. Tiga anak ini selalu
bersama dan mempunyai impiannya masing-masing.
Ketiga anak dalam novel sang pemimpi ini menetap di sebuah kamar
di pinggiran Dermaga Magai. Setiap harinya dari jam dua pagi mereka
bertiga harus sudah bangun karena harus bekerja menjadi kuli ikan di
Dermaga itu. Pak Mutsar sering memarahi Arai, Ikal, dan Jimbon karena
perbuatan dari ketiga anak itu.
Mimpi itu dimulai ketika seorang guru sastra bernama Pak Balia. Beliau
merupakan guru yang sangat inspiratif, yang tak pernah lelah untuk
mengajari murid-muridnya untuk selalu memiliki motivasi yang tinggi untuk
menggapai impiannya dengan penuh semangat.
Pak Balia selalu memberikan kata-kata supaya anak muridnya harus memiliki
impian tinggi, belajar dari alam untuk mentadaburi arti dari sebuah kehidupan,
menggali ilmu sebanyak mungkin. Mimpinya ingin mengelilingi indahnya eropa,
eksotisnya negara-negara Afrika, dan ingin ke almamater Universitas Sorebonne
Prancis.
Arai berubah menjadi seorang yang memiliki impian yang tinggi dan selalu
meyakinkan kedua temannya. Sudah di singguh di atas bahwa mereka rela menjadi
kuli untuk mewujudkan impiannya untuk sekolah di Perancis. Apabila secara nalar
manusia normal, tabungan yang mereka kumpulkan mustahil cukup untuk pergi ke
Perancis, akan tetapi hal itu tidak pernah membuat mereka putus asa.
Selama impian kita kuat dan terus berusaha pasti akan ada jalan untuk
menuju ke sana. Sedangkan di sisi lain, Jimbron mempunyai mengagumi binatang
kuda, dan diam-dia menyukai seorang gadis yang pendiam namanya Laksmi. Arai
mempunyai impian menikah dengan Zakiah, dia adalah seorang gadis yang selalu
menolaknya, akan tetapi Arai tidak pernah menyerah untuk mencintai gadis itu.
Sementara itu Ikal sangat ingin sekali bertemu dengan gadis pujaannya A Ling.
Sesudah lulus dari SMA Ikal dan Arai merantau ke Pulau Jawa, di Bogor.
Sedangkan Jimbron tetap di Belitung untuk berternak kuda bersama gadi yang dia
cintai. Jimbron memberikan hadiah dua buah celengan kuda. Dengan demikian
meskipun Jimbron tidak pernah ke Paris tapi hatinya pasti sampai ke sana bersama
kedua sahabatnya itu..
Arai hilang begitu saja tanpa mengabari sahabatnya Ikal. Dia pun merasa
sangat kehilangan Arai. Di tahun selanjutnya Ikal melanjutkan kuliah di UI dengan
mengambil jurusan ekonomi. Setelah menyelesaikan studinya, peluang untuk
melanjutkan studi ke Sorebonne pun semakin terbuka, Ikal mendapatkan informasi
beasiswa S2 jurusan ekonomi di sana. Singkat cerita Ikal ikut dan masuk 15 besar
dari ratusan pelamar beasiswa.
Nama :
Kelas : IX.I
Surat pun datang dari Pak Etek Gindo, paman Alif. Dia menyarankan Alif
untuk mencoba bersekolah agama di tempat yang dulunya pernah menjadi tempat
sekolah bagi Pak Etek Gindo. Tetapi Alif masih sangat asing dengan tempat itu.
Dengan setengah Alif daintarkan oleh ayahnya pergi ke pulau seberang untuk
belajar di Pondok Madani, Jawa Timur.
Justru disinilah dia mulai megnerti makna hidup yang sebenarnya. Life begin
at Pondok Madani. Di hari kedatangan mereka ke PM, Alif dan ayahnya, dan juga
peserta didik baru yang lain diajak untuk ikut mengelilingi beberapa tempat di PM.
Di PM, Alif bertemu dan berteman baik dengan Raja Lubis dari Medan, Atang
dari Bandung, Said Jufri dari Surabaya, Baso dari Gowa dan Dulmajid dari Madura.
Mereka berenam kerap berkumpul di menara sampign masjid. Maka dari itu mereka
sering disebut Sahibul Menara, orang yang punya menara. Di bawah menara PM
pula mereka berangan-angan akan suatu benua impian, benua yang entah
bagaimana caranya bisa mereka raih. Alif melihat awan-awan itu bagaikan sebuah
Benua Amerika, sedangkan Raja melihatnya sebagai Benua Eropa, Atang
melihatnya Benua Asia dan Baso melihat itu semua sebagai Benua Afrika.
Sedangkan Said dan Dulmajid melihatnya sebagai negara Indonesia.
Meskipun bahagia berada di PM, Alif tidak bisa menyembunyikan rasa irinya
kepada Randai, sparring partner-nya sekaligus sahabatnya yang berada di ITB.
Bahkan Alif memiliki gagasan untuk keluar dari PM dan mengikuti ujian persamaan
agar dapat masuk ITB. Pikirannya makin kacau ketika harus merelakan Baso untuk
pulang kampung ke Gowa. Alif semakin resah.
Mereka tidak tahu akan menjadi apa kelak. Yang mereka tahu hanyalah:
Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Sungguh Tuhan Maha
Mendengar.
Man Shabara Zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan
penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena
yang kita tuju bukan sekarang, tetapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu
menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.
Nama : Rio Agustian
Kelas : IX.I
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat
SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan
langkahnya untuk kuliah di jurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya
Hamka, membuat mimpi Alif kandas.
Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi
akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun
menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya di Kairo, Alif kecil pun
memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur: Pondok Madani. Walaupun
awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah
mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah di luar ranah minang, namun akhirnya
ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-
citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kalimat bahasa Arab yang didengar
Alif dihari pertama di PM (pondok madani) mampu mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan
pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. "Mantera" sakti yang diberikan kiai Rais
(pimpinan pondok) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai
menjalani hari-hari di pondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah
dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hafalan Al-Qur'an, belajar siang-
malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras
murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum
lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan
tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-
tahun pertama Alif dan ke-5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di
PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop
dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima
demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di
PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di
bawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka ke depan.
Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh
pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus
saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu
hari yang tak terduga, Baso, teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM
karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk
menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan
kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam
telah berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif)
berada di Amerika, Raja di Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan
Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami.
Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.
Novel surga yang tak dirindukan ini menceritakan tentang kehidupan rumah
tangga, seorang gadis selalu menghayalkan kehidupannya dalam cerita dongeng.
Pada akhirnya ceritanya akan selalu hidup bahagia tetapi dalam kehidupan nyata
justru berbanding terbalik dengan khayalannya tersebut.
Kisah ini berawal dari kisah gadis yang bernama Arini. Bahwa kelak akan
ada seorang lelaki tampan yang melamarnya dan hidup bahagia bersamanya
selamanya. Akhirnya dia pun menikah dengan seorang lelaki yang bernama Andika
Prasetya yang merupakan teman masa kecil Arini dan kakaknya. Kehidupan Arini
dan suaminya berjalan dengan mulus. Dalam pernikahannya dikaruniai 3 orang
anak yaitu Nadia, Adam, Putri.
Hingga akhirnya Mey Rose pun berfikir untuk menikah dengan Pras. Pras pun
merasa kasihan dengan Mey Rose dan anaknya. Akhirnya pun Pras menikahinya
tanpa memberitahukan hal ini kepada Arini.
Lama kelamaan Arini pun merasa curiga dengan sikap Pras, karena
perhatian dan kasih sayangnya mulai berubah kepada keluarganya. Suatu ketika
Arini menemukan surat dari Rumah Sakit tempat Pras memeriksakan anak Mey
Rose. Kemudian Arini pun mendatangi Rumah Sakit tersebut dan menanyakan
nomor telepone dari pasien tersebut.
Setelah itu Arini menelphon nomor tersebut. Arini pun terkejut karena yang
mengangkat telephonnya adalah seorang wanita yang dengan bangganya
menyebut dirinya sebagai Nyonya Prasetya.
Setelah itu Arini mendatangi prasetya ke kantor, namun ditengah
perjalanan Arini melihat Prasetya mencium kening seorang perempuan dan
mengusap kepala anak kecil yang berada disampingnya.
Setelah itu Arini mengetahui bahwa Pras selingkuh dibelakangnya. Lalu Arini pergi
meninggalkan tempat tersebut untuk pergi kerumah ibunya bersama tiga anaknya.
Disana ia menceritakan semuanya kepada ibunya dan dia menenangkan
pikirannya. Lalu dia menelephon rumah Mey Rose dan memintanya untuk
meninggalkan Pras. Tetapi Mey Rose dengan tegas menolaknya kemudian Pras
datang dan terkejut dengan adanya Arini dirumahnya.
Novel ini menceritakan tentang perjuangan tiga orang laki-laki yang telah
lulus SMP, melanjutkan belajar ke SMA yang bukan main. Disinilah perjuangan dan
cita-cita ketiga laki-laki ini di mulai yakni Ikal, Arai dan Jimron.
Ikal adalah salah satu anggota laskar pelangi dan Arai merupakan saudara
sepupu ikal , yang telah menjadi seorang anak yatim piatu sejak kelas 3 SD dan
tinggal di rumah Ikal, ia sudah dianggap seperti anak sendiri oleh ayah dan ibu ikal,
serta jimron adalah anak angkat seorang pendeta karena sejak kecil yatim piatu
juga. Namun pendeta yang baik hati dan tidak memaksakan keyakinan jimron,
malah mengantar jimron menjadi muslim yang bertakwa.
Ikal dan Arai adalah murid yang pintar di sekolahnya sedangkan Jimron,
adalah murid yang gemar terhadap kuda ini memiliki kepandaian yang biasa-biasa
saja malah menduduki ranking 78 dari 160 siswa sedangkan ikal dan Arai selalu
menduduki peringkat 5 dan 3 besar. Lebihnya lagi mimpi mereka semua sangatlah
tangguh.
Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai dari pukul 02.00 pagi sampai jam
07.00 pagi dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan kedua laki-laki itu.
Mati-matian menabung demi mewujudkan mimpinya. Meski kalau dilogika tabungan
mereka tidak akan cukup untuk bisa kesana. Namun, jiwa optimismenya (Arai) yang
takpernah terbantahkan.
Setelah lulus SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, lebih tepatnya ke Bogor.
Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk bekerja menjadi ternak kuda di Belitong. Ia
adalah orang yang baik hati, ia mnghadiahkan kedua celengan kuda miliknya yang
berisi tabungannya selama ini kepada Arai dan Ikal.
Ia yakin kalau Arai dan Ikal akan sampai perancis, maka jiwa jimbron pun
akan selalu bersama mereka. Berbulan-bulan menganggur di Bogor, mencari
pekerjaan untuk sekedar bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah
banyak pekerjaan 3 bersahabat ditempuh, Ikal mendapat pekerjaan sebagai tukang
pos dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan.
Araipun ikut serta dalam acara tersebut. Bertahun-tahun tanpa kabar berita
akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang terhormat dan
indah. Begitulah Arai, selalu penuh kejutan. Memang selama ini telah
direncanakannya bertahun-tahun.
Kegelisahan dimulai. Baik Ikal maupun Arai, keduanya tidak kuasa saat
mengetahui isi dari surat tersebut. Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di
perguruan yang diimpikan nya yaitu perguruan tinggi Sorbanne, Perancis. Setelah
perlahan mencocokkan dengan surat yang diterima oleh Arai, Ternyata inilah
jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Mereka diterima di Universiitas yang sama.
Namun hal ini bukan akhir dari perjuangannya. Tapi disinilah perjuangan yang lebih
keras dari mimpi itu dimulai dan siap melahirkan anak-anak pemimpi selanjutnya.
Nama : Devy Andriani
Kelas : IX.I
Novel ini menceritakan seorang anak perempuan berumur enam tahun yang
bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu, polos, dan suka bertanya.
Ia anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya. Delisa tinngal bersama
Umminya yang bernama Salamah dan kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut
Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisi di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Ayahnya
yang biasa dipanggil Abi bernama Usman, beliau bekerja di kapal tanker dan baru
pulang setiap 3 bulan sekali.
Delisa mendapatkan tugas dari Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan
sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004. Motivasi
dari Ummi yang berjanji akan memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan
bacaan sholat membuat semangat Delisa untuk menghafal. Ummi telah
menyiapkan hadiah kalung emas dua gram berliontin D untuk Delisa, sedangkan
Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Pagi itu hari
minggu tanggal 24 Desember 2004, Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di
depan kelas. Tiba-tiba Gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami
melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan
menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya.
Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada,
menghempaskan Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi
dan kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika
tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mualaf dan
berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah
mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermualaf.
Beberapa bulan setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga, Delisa
sudah bisa menerima keadaan itu. Ia memulai kembali kehidupan dari awal
bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal
maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami
yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa
bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh
tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. Akan tetapi susah,
tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa
mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda
yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya.
Nama :
Kelas : IX.I
Jaman dulu ketika Indonesia dijajah Jepang, orang Melayu senang mengumpulkan beras
didalam peregasan untuk mempertahankan hidupnya. Maka, sampai sekarang peregasan itu sangat
dihargai orang Melayu. Arai timbul ide kreatif lagi untuk membeli bahan-bahan roti yang akan diserahkan
pada Mak Cik. Hasilnya akan dibagi untuk Mak Cik beserta Arai dan Ikal karena bahan-bahan itu debali
dari uang tabungan Arai dan Ikal. Ide itu keluar ketika Arai melihat Mak Cik maminta beras pada ibu.
Nasib Jimbron tak berbeda jauh dari Arai. Jimbron ditinggal pergi keluarganya. Sekarang Jimbron gagap
karena kematian ayahnya. Jimbron diasuh oleh Pendeta Geovanny. Pendeta Geovanny membebaskan
Jimbron dalam hal beragama. Jimbron kini selalu berusaha untuk membuat laksmi tersenyum. Laksmi
juga tidak jauh beda nasibnya dengan Arai dan Jimbron. Laksmi ditinggal pergi keluarganya di Sungai
Seine yang sekarang di kenal dengan Semenanjung Ayah.
Ayah Ikal telah mempersiapkan semua perlengkapan bajunya khusus digunakan untuk
mengambil raapor Ikal. Tak lupa ia mempersiapkan sepedanya jaman kuno untuk menemani melewati
perjalanan 30km untuk sampai di SMA Bukan Main. Di depan kos Arai,Jimbron,dan Ikal berdirilah
bioskop. Di bioskop itu terdapat poster bergambar wanita memakai 2 carik merah menggendong Anjing
Pundel. Mereka ber-3 ahirnya tertarik untuk melihat film itu. Walaupun mereka juga ingat kata-kata Pak
Mustar yang pada intinya jangan pernah melihat film yang tak berilmu. Mereka ber-3 pun ahirnya
mendapat hukuman dari Pak Mustar untuk memerankan kembali cerita pada film itu dan untuk
membersihkan WC yang lama tak dibersihkan. Jimbron selalu bercerita tentang kuda selama mereka
ber-3 membersihkan WC. Ikal pun habis kesabarannya dan memarahi Jimbron. Namun, akhirnya Ikal
minta maaf pada Jimbron. Setiap pulang sekolah Ikal selalu berlari. Dalam perjalan pulang Ikal melihat
beberapa kali sosok mirip dirinya sendiri, Arai, dan Jimbron yang bernasib buruk. Ikal mulai berpikiran
negatif. Ikal pun patah semangat untuk meraih cita-citanya, dan motivasi yang ia katakan pada Pak Balia
kini mulai surut.
Namun, semangat Ikal kembali bangkit untuk meraih cita-citanya setelah ia mendapat teguran
dari Pak Mustar dan Arai. Motivasinya yang ia katakan pada Pak BaliaMasa Muda, masa berapi-api!
kembali ia gunakan lagi setelah Arai berteriakKitabtakkan pernah mendahului nasib. Kita akan sekolah
ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai Afrika!apa pun yang terjadi!!! Pada pembagian rapor terahir saat
tamat SMA, ayah kembali duduk di kursi nomer 3 untuk Ikal dan nomer 2 untuk Arai. Jimbron pun naik
rangking dari 128 ke 47. Ikal dan Arai baradu nasib ke Jakarta naik kapal barang Bintang Laut Selatan.
Mereka memegang janji-janjinya pada orang-orang salah satunya Pak Balia agar tak pernah pulang ke
Balitong sebelum menjadi sarjana. Mereka hanya berbekal uang tabungan meraka dan uang pemberian
Jimbron. Di Jakarta mereka ber-2 mulai bekerja untuk kuliah dan kehidupan sehari-hari.
Ikal tidak melewatkan kesempatan untuk mendaftar beasiswa sastra dua yang diberikan Uni
Eropa pada sarjana sarjana Indonesia. Setelah Ikal memeberikan risetnya pada Profesor penguji, Ikal
berjalan pelan keluar. Di koridor depan sebuah ruangan Ikal mendengar suara Arai. Ahirnya mereka
bertemu setelah lama tak bertemu karena Ikal bekerja sebagai tukang pos dan berkuliah di UI Depok
sedangkan Arai bekerja di Kalimantan menggosok batu akik di Pabrik Jewelry dan berkuliah di
Universitas Mulawarman. Sambil menunggu hasil mendaftar beasiswa, mereka pulang ke Balitong
membawa janji mereka bahwa akan pulang ke Balitong jika sudah menjado sarjana. Di Balitong banyak
orang-orang yang menyambut mereka. Salah satunya Jimbron. Jimbron telah mempunyai anak. Jimbron
berjasil mendapatkan Laksmi. Setelah tukan pos datang membawa surat pengumuman, dengan bangga
Ikal dan Arai di telah lulus seleksi. Betapa senang hatinya ayah dan ibu. Disurat jelas tertulis
jelas:Universite de Paris,Sorbone,Prancis. Pada ahirnya impian Arai dan Ikal ahirnya tercapai. Impian
mereka tercapai melalui beberapa proses kerja keras.