Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok : I Desak Putu Pradnya Widia Wati (09)

Kadek Novia Renita Ningrum (17)

RESENSI NOVEL SANG PEMIMPI

Judul : Sang Pemimpi


Pengarang: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2006
Jumlah Halaman : 292 halaman
Sekuel sebelumnya : Laskar pelangi
Sekuel berikutnya : Edensor dan Maryamah Karpov

Sinopsis Sang Pemimpi


Novel berjudul Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ini merupakan sekuel kedua dari
tetralogi Laskar Pelangi. Novel ini mengisahkan tentang tiga orang pemuda yang berjuang
meraih mimpi-mimpi dalam hidup mereka. Ketiga pemuda tersebut adalah Ikal, Arai, and
Jimbron. Novel ini sesungguhnya menceritakan kisah hidup Ikal (tokoh utama dalam novel
Laskar Pelangi) sewaktu remaja yang duduk di bangku SMA. Akan tetapi dalam novel ini
secara khusus penulisnya menentukan tokoh-tokoh sentral yang berbeda dari novel
sebelumnya yang tokoh-tokohnya adalah 10 anak Laskar Pelangi.
Mimpi-mimpi itu bermula dari sebuah desa kecil yang ada di pulau Belitong. Ketika itu Ikal,
Arai, dan Jimbron sedang belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh seorang guru bernama
Julian Balia. Guru inilah yang menumbuhkan bibit-bibit mimpi bagi Ikal, Arai, dan Jimbron
untuk berani bermimpi setinggi-tingginya. Ia berkata kepada anak-anak didiknya bahwa
manusia harus berani bermimpi. “Bermimpilah yang besar, maka Tuhan akan memeluk
mimpi-mimpumu!” begitu nasehat inspiratif yang dilontarkan dengan penuh semangat oleh
guru kesayangan ketiga remaja itu.
Mendengar nasehat inspiratif yang dilontarkan oleh guru mereka, maka bibit-bibit mimpi
dalam diri Ikal, Jimbron, dan Arai pun mulai tumbuh. Arai memantik semangat kedua
sahabatnya tersebut dengan kata-kata inspiratif seperti yang telah dilontarkan oleh Pak Julian
Balia. Arai bermimpi suatu saat nanti ia akan berkeliling dunia dengan menjelajahi Eropa dan
Afrika. Ikal pun terkesima dengan mimpi yang ditularkan oleh Arai. Kemudian Arai pun
menjelaskan langkah-langkah yang harus mereka tapaki mulai saat ini demi mimpi-mimpi
tersebut. Pertama-tama mereka harus menyelesaikan sekolah, melanjutkan pendidikan
perguruan tinggi, dan mencari beasiswa S-2 di luar negeri. Mimpi Arai dan Ikal lantas tertuju
pada universitas Sorbone Paris yang juga akan menjadi tujuan mereka berikutnya. Ikal
terpengaruh oleh mimpi Arai dan berniat untuk mengikuti sahabatnya itu. Sementara Jimbron
masih menyembunyikan mimpi apa yang hendak ia kejar.
Langkah pertama pun dimulai. Upaya untuk terus bersekolah sampai lulus SMA dilakukan
oleh ketiga remaja itu dengan kerja keras dan air mata. Arai, Jimbron, dan Ikal adalah anak-
anak dari keluarga miskin yang mengharuskan mereka untuk bekerja demi memenuhi
kebutuhan sekolah. Sepulang sekolah ketiga sahabat itu bekerja serabutan di warung kopi dan
tempat pelelangan ikan. Tak jarang mereka menjadi kuli panggul di pelabuhan. Semua itu
mereka lakukan demi mimpi-mimpi yang sedang mereka kejar. Begitu seterusnya hingga
pada saat kelulusan SMA pun tiba.
Arai dan Ikal sudah memantapkan hati untuk melanjutkan tahapan berikutnya demi meraih
mimpi yang akan mereka kejar. Mereka berencana untuk berlayar ke Jakarta dan mencari
kerja sambilan sebagai batu loncatan berkuliah di Universitas Indonesia. Ketika hendak
berlayar dengan menggunakan kapal tumpangan, perpisahan mengharukan antara Arai, ikal,
dan Jimbron tak terelakkan lagi. Jimbron memutuskan untuk tetap tinggal di Belitong dan
meneruskan mimpinya di tempat asalnya tersebut. Ia memberikan dua buah tabungan
berbentuk kuda kepada Arai dan Ikal dengan mengatakan sesuatu hal yang sangat
mengharukan. “kalian berdua akan pergi ke Paris dengan menggunakan kudaku,” begitu kata
Jimbron yang disambut dengan peluk dan tangis Arai dan Ikal.

Perjuangan dalam meraih mimpi-mimpi itu pada akhirnya membuahkan hasil. Beberapa
tahun berlalu setelah Ikal lulus dari Universitas Indonesia dan sekembalinya Arai dari
Kalimantan, kedua sahabat itu dipertemukan kembali di sebuah ruang wawancara penerima
beasiswa S2 di Universitas Sorebone. Akhirnya kuda pemberian Jimbron benar-benar
membawa mereka berdua pergi ke Paris. Petualangan Arai dan Ikal berikutnya membawa
mereka menjelajahi benua Eropa dan Afrika sebagaimana mimpi yang telah mereka tetapkan
beberapa tahun yang lalu.

Kelebihan Buku

Keunggulan yang ada pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ini terletak pada
penggunaan gaya bahasa kepenulisan yang khas seperti halnya pada novel sebelumnya yakni
Laskar Pelangi. Dalam novel ini juga menyajikan tentang pesan moral yang sangat kuat yakni
beranilah bermimpi dan berjuang untuk meraihnya. Mimpi, harapan, kerja keras, dan doa
yang berjalan beriringan akan menemui hasil yang memuaskan. Dalam novel ini banyak
mencontohkan tokoh-tokoh inspiratif diantaranya adalah Arai yang selalu menumbuhkan
mimpi-mimpi, Ikal yang setia terhadap sahabatnya, Jimbron yang penuh perhatian, Pak Julian
Balia yang seorang guru inspiratif, dan masih banyak lagi. Di dalam novel juga menyajikan
bumbu-bumbu nuansa kisah cinta yakni antara Arai dan Zakiah Nurmala serta Jimbron dan
Laksmi. Sementara Ikal masih saja berharap pada gadis Tionghoa pujaannya yang bernama A
Ling.

Kekurangan Buku

Kekurangan yang ada pada novel ini terletak pada konflik cerita yang tidak terlalu tajam.
Bisa dikatakan bahwa konflik yang terjadi dalam cerita adalah ketika Ikal memutuskan untuk
berhenti bermimpi di tengah-tengah cerita karena berbagai alasan. Namun Arai berhasil
menyadarkannya kembali dan akhirnya Ikal kembali meneruskan mimpi-mimpinya. Selain
itu pada alur cerita tiap bab terkesan seolah sengaja mengaburkan waktu dengan penataan sub
bab judul yang tidak sistematis. Sehingga membuat pembaca sedikit kebingungan setiap
beralih sub bab dalam novel.

Saran

Novel ini sangat baik dibaca oleh semua kalangan terutama pada segmentasi remaja. Di
dalam novel ini termuat nilai-nilai positif diantaranya ialah pantang menyerah, gigih, berani
menetapkan target, berani bermimpi, mengajarkan tentang dedikasi, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai