Anda di halaman 1dari 5

RESENSI NOVEL

“HABIS GELAP TERBITLAH TERANG”

OLEH :
MUHAMMAD YUSUF RAMADHAN
A. Identitas Novel
1. Judul Novel : Habis Gelap Terbitlah Terang
2. Jenis Novel : Biografi
3. Penulis Novel : Armijn Pane
4. Penerbit Novel : Balai Pustaka
5. Tahun Terbit : 2008
6. Tebal : VIII, 268 halaman

B. Pendahuluan
Armijn Pane adalah seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru. Beliau juga
salah satu tokoh pendiri majalah Pujangga Baru. Selain menjadi penulis, Armijn
pernah menggeluti pekerjaan menjadi seorang wartawan di Surabaya, guru taman
siswa di Kediri dan menjadi sekretaris dan direktur Pujangga Baru. Beberapa
karyanya yang sangat terkenal antara lain Habis Gelap Terbitlah Terang, Belenggu,
dan lain-lain. Dengan karyanya, Armijn Pane mendapat penghargaan anugerah seni
dari pemerintah RI tahun 1970. Hingga saat ini karyanya selalu terdengar di seluruh
pecinta sastra Indonesia.

C. Sinopsis
R.A. Kartini dilahirkan di pesisir utara Pulau Jawa tepatnya yaitu kota Jepara
pada tanggal 21 April 1879. Beliau adalah seorang putrid dari bupati Jepara yaitu
Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan merupakan cucu dari bupati Demak yang
bernama Tjondronegoro. Pada era Kartini, perempuan di negeri ini tidak boleh
memiliki kebebasan dalam berbagai hal, baik dalam hal pendidikan maupun dalam hal
menentukan suami. Kartini yang terlahir sebagai seorang perempuan yang tidak bias
memiliki pilihan apapun ditambah perbedaan perlakuan terhadap saudara lelakinya
dan teman-temannya serta perempuan Belanda yang membuatnya iri semakin
meningkatkan tekadnya untuk merubah kebiasaan tersebut.
Waktu demi waktu berlalu, Kartini kecil pun telah berubah menjadi dewasa
sehingga mengharuskan untuk dipingit di dalam rumah pada saat usianya menginjak
12 tahun hingga tiba saatnya untuk menikah karena di daerahnya melekat adat bahwa
seorang gadis perempuan pamali untuk berpergian secara bebas seperti pada waktu
beliau masih kecil dulu. Kartini berjuang seorang diri dalam memperjuangkan hak-
hak perempuan agar setingkat lebih maju dari pada keadaan yang sekarang. Setiap
suka duka yang dirasakan Kartini selalu diceritakan kepada sahabatnya yang berada di
Belanda. Hanya dengan tulisan dan goresan tangan-nya lah Kartini dapat
mencurahkan isi hatinya.
Waktu luangnya sering beliau gunakan untuk membaca buku-buku. Sejak saat
itu beliau memiliki tekad yang kuat untuk memajukan wanita sebangsanya sendiri
yaitu Indonesia, banyak cara yang dapat dilakukan untuk memajukan kaum
perempuan di daerahnya di antara melalui pendidikan.
Kartini mulai membuka pendidikan secara gratis tanpa dipungut biaya
sepeserpun di Jepara. Sekolah tersebut diperuntukkan bagi kaum perempuan., disini
mereka diajarkan berbagai ilmu dan keterampilan, seperti menjahit dan memasak.
Bahkan demi mewujudkan cita-citanya tersebut Kartini berkeinginan untuk megikuti
sekolah guru di negeri Belanda melalui jalur beasiswa yang diberikan oleh pemerintah
Hindia Belanda. Tetapi cita-citanya itu tidak memperoleh dukungan dan izin dari
orang tua Kartini sehingga dinikahkan dengan Bupati Rembang yang bernama Raden
Adipati Joyodiningrat.
Kartini merasa beruntung memiliki seorang suami yang memiliki sikap ramah
dan lemah lembut serta mendukung keinginan Kartini. Berbagai rintangan tidak
menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah menikah, dia masih
mendirikan sekolah di Rembang di samping sekolah di Jepara yang sudah
didirikannya sebelum menikah.
Namun sayang perjuangan Kartini tidak bisa bertahan lama karena takdir ilahi
berkata lain. Kartini meninggal di usia muda yaitu 25 tahun setelah melahirkan anak
pertamanya dan sekaligus terakhirnya yang bernama R.M.Soesalit, lahir tanggal 13
September 1904, Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun. Jenazah Kartini
dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
D. Unsur Intrinsik
A). Tema
Menceritakan sebuah perjuangan seorang wanita yang ingin merubah sejarah.
B). Tokoh dan Penokohan
1. R.A.Kartini : Baik, suka membaca, memberi
semangat.
“ Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita tapi
yang sesuai dengan keperluan kita sebagai wanita”
2. R.M.Adipati Sastrodiningrat : Baik, tegas & penyayang

“ Ayahnya mengijinkan Kartini membaca buku bahasa Belanda dan


menerima
surat dari kawan-kawannya orang Eropa”
3. Pangeran Ario Tjondronegoro : Baik, suka akan kemajuan
“ Beliau merupakan bupati yang pertama mendidik anak-anaknya dengan
pelajaran berat”
4. Sosrokartono : Baik, sering
mendengarkan
cita-cita Kartini dengan
perhatian

“ Saudaranya laki-laki Sosrokartono selalu mendengarkan cita-cita Kartini


dengan rasa penuh perhatian”

5. M.r. Abendanon : Baik, suka memberi


nasihat

kepada Kartini

“ Abendanon selalu member nasihat kepada Kartini supaya jangan menunggu

balasan supaya terus mendirikan sekolah sendiri”

C). Latar

- Tempat : Di sekolah H.B.S

- Suasana : Sepi, sedih, senang

- Waktu : Pagi hari

D). Alur

Alur Maju

E) Amanat
Jangan membedakan derajat kaum perempuan dengan kaum lelaki khusunya pada
bidang pendidikan, karena dimata Tuhan YME semua manusia itu sama.
F). Sudut Pandang

Orang ketiga

G). Gaya Bahasa

Indonesia

E. Unsur Ekstrinsik
a). Kelemahan
Yaitu kata-katanya sulit untuk dipahami secara luas oleh seluruh kalangan
masyarakat, sebab kata-katanya terlampau sudah cukup kuno
b). Keunggulan
Berbeda dengan novel lainnya, novel ini memiliki kumpulan surat yang
diterima maupun yang dikirim oleh R.A.Kartini semasa hidupnya.
c). Nilai-Nilai
- Adat Istiadat : Dipingit
- Moral : Pengertian
- Agama : Hukum Islam
d). Kesimpulan
Ada beberapa hal yang membuat Kartini menjadi perempuan yang menarik
perhatian masyarakat Indonesia antara lain yaitu, pertama cita-citanya merupakan
cita-cita seluruh masyarakat khususnya kaum hawa. Kedua perjuangan jiwanya dan
perjalanan rohaninya dapat menjadi inspirasi bagi kaum hawa. Demikian hasil resensi
dari saya. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua terutama kepada diri saya
pribadi.

Anda mungkin juga menyukai