Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa
Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat
istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan
sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Kartini kecil sangat sedih
dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap
anak durhaka.(Narator)
(Kartini - Kamar)
Kartini merenung di dalam kamar, mengingat perkataan Ayahnya yang
melarangnya untuk bersekolah lagi karena menurut adat istiadat wanita
seumurannya sudah dipingit. Kartini sedih, kesal, dan masih ingin bersekolah
lagi untuk menambah pengetahuan dan teman.
(Ruang Tamu)
(Kartini - Kamar)
Kartini membaca buku. Perlahan membuka lembaran-lembaran buku dan kertas
lain satu persatu kemudian menunduk.
Ibu Kartini :“Seandainya saja aku bisa sekolah pasti akan ada banyak ilmu yang
bisa kudapat dan bisa memiliki banyak teman.”
Suatu hari tepatnya pada tanggal 4 Oktober 1901Kartini menuliskan sebuah
surat kepada Tn.J.H Abendanon dan Ny. Abendon
Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu
masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita
Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia
memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis
menulis dan ilmu pengetahuan lainnya.