Anda di halaman 1dari 46

FORENSIK

KAIDAHDASARMORAL
Tidak berbuat yang merugikan
Berbuat baik (beneficence) (nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
VER

Keteranganyang dibuat oleh


dokter ataspermintaan
penyidik yang berwenang Yang berhak membuat VER:
mengenaihasil pemeriksaan
medis terhadap manusia, baik Dokter: disebut
hidup atau mati untuk “keterangan” saja
kepentinganperadilan Dokter spesialis forensik:
keterangan ahli

Rahasia VER

– PeraturanPemerintah No.10 tahun 1966tentang Wajib


SimpanRahasiaKedokteran
– Penggunaanketeranganahli, atau VeRhanya untuk
keperluanperadilan
– BerkasVeRhanyabolehdiserahkankepada penyidik
yangmemintanya.
– Untuk mengetahui isi VeR,pihak lain harusmelalui aparat
peradilan, termasuk keluargakorban
Syarat Pembuatan Visum et Repertum
Syarat yang menyangkut prosedur yang harus dipenuhi dalam
pembuatannya, yaitu:
• Permintaan visum et repertum haruslah secara tertulis (sesuai
dengan pasal 133 ayat 2 KUHAP)
• Pemeriksaan atas mayat dilakukan dengan cara bedah, jika ada
keberatan dari pihak keluarga korban, maka pihak polisi atau
pemeriksa memberikan penjelasan tentang pentingnya dilakukan
bedah mayat.
• Permintaan visum et repertum hanya dilakukan terhadapperistiwa
pidana yang baru terjadi, tidak dibenarkan permintaan atas
peristiwa yang telah lampau.
• Polisi wajib menyaksikan dan mengikuti jalannyapemeriksaan.
• Isi visum et repertum tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran
yang telah teruji kebenarannya
Visum et
Repertum

Antemortem Postmortem

Visum Pemeriksaan Pemeriksaan


sementara luar dalam (Otopsi)

Otopsi
Visum definitif anatomis

Visum lanjutan Otopsi klinis

Otopsi forensik
Kejahatan
Susila
Menentukan ada
tidaknya
persetubuhan

Dokter wajib membuktikan:


- Adanya persetubuhan
- Adanya kekerasan
- Usia korban
- Pantas tidaknya korban Tanda pasti: Terdapat
untuk dikawin sperma dalam vagina
- Adanya penyakit menular Tanda kekerasan:
seksual, kehamilan, - Bekas luka
kelainan psikiatri - Jika tak ada
luka: cari bukti
pembiusan Pemeriksaan Semen:
- Visual: bercak mani
kering berbatas tegas
- Perabaan dan
Penciuman: bau seperti
klorin
- UV: fluoresensi putih
kebiruan
PEMERIKSAANCAIRANMANI

Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence

2. Bercak pada pakaian


Pemeriksaan Taktil, Visual, Sinar UV,
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence
OTOPSI
JEN I SO
D ESKR I P SI
T O PSI
• Pada kematian wajar, dilakukan untuk mengetahui sebab kematian dan
perjalanan penyakit
OTOPSIKLINIS • Tidak harus menyeluruh
• Harus ada persetujuan keluarga
• Contoh: pada kasus orangtua meninggal mendadak saat tidur
• Pada kecurigaan keamtian tidak wajar
• Dilakukan menyeluruh
• Tidak perlu persetujuan keluarga, yang perlu adalah keluarga
OTOPSI diberitahukan (KUHAP 133 dan 134)
FORENS • Bila keluarga menolak, polisi tunggu 2 x 24 jam dengan maksud untuk
IK pendekatan kepada keluarga. Bila setelah 2 x 24 jam keluarga menolak
maka otopsi telah dikerjakan.
• Untuk kepentingan pendidikan
• Mayat yang diautopsi biasanya dari gelandangan, tapi tidak dapat
OTOPSI
langsung diotopsi, tetapi harus menunggu selama satu tahun. Sementara
ANATOMI
menunggu, mayat diawetkan dalam lemari pendingin atau difiksasi. Bila
dalam 1 tahun tidak ada keluarganya maka dilakukan otopsi anatomi.
TANATOLOGI
Thanatologi adalah topik dalam ilmu kedokteran forensik yang mempelajari
hal mati serta perubahan yang terjadi pada tubuh setelah seseorang mati

Tanda Kematian tidak pasti :


1. Pernafasan berhenti lebih dari 10 menit
2. Sirkulasi berhenti lebih dari 15menit
3. Kulit pucat
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan menggunakan air

Tanda Kematian Pasti


1. Lebam Mayat (Livor mortis)
2. Kaku Mayat (Rigor mortis)
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
4. Pembusukan (decomposition)

Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas KedokteranIndonesia.
Thanatologi

Livor mortis Livor mortis lengkap


mulaimuncul dan menetap

20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam

Rigor mortis Pembus


Rigor mortis Pembusuk ukan
lengkap(8-10
mulaimuncul an mulai tampak
jam)
tampak di di
caecum seluruh
tubuh

Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas KedokteranIndonesia.
Cadaveric Spasmeatau RigorMortis?

• Bedakan rigor mortis dengancadaveric


spasme.
– Rigor mortis baru terjadi pada 2-4 jam pertama,
terjadi secara komplit pada 6-12 jam paska
kematian,dan terutama terlihat jelas pada otot –
otot kecil.
– Cadavaric spasme segera setelah terjadi kematian
somatis. Dapat terjadi pada semua otot di tubuh
akan tetapi biasanya pada grup – grup otot
tertentu.
SebabKematian
• Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
– Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.

• Sebab kematian banyak membantu penyidik dalam


melaksanakan tugas, misalnya untuk mencari dan
menyita benda yang diperkirakan dipakai sebagaialat
pembunuh, sehingga sebab kematian seperti mati
lemas tidak tepat.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
Mekanisme Kematian
• Mekanisme kematian menunjukkan bagaimana
korban itu mati setelah umpamanya tertembakatau
tenggelam.
– Contoh: karena perdarahan, karena refleks vagal, karena
hancurnya jaringan otak

• Mekanisme lebih bersifat teoritis dan tidakselalu


dapat diketahui pasti

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
CaraKematian
• Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3cara
kematian, yaitu:
1. Wajar: kematian korban karena penyakit,bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2. Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan,bunuh
diri, dan pembunuhan.
3. Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau busuk
sehingga luka atau penyakit tidak dapatditemukan
lagi.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011
ASFIKSIA
Pemeriksaan Luar:
• Luka dan ujung-ujung ekstremitas sianotik (warna biru keunguan)
yang disebabkan tubuh mayat lebih membutuhkan HbCO2daripada
HbO2.

• Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’sspot


merupakan bintik-bintik perdarahan (petekie) akibat pelebaran
kapiler darah setempat.

• Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena


terhambatnya pembekuan darah dan meningkatnya
fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal ini akibat meningkatnyakadar
CO2sehingga darah dalam keadaan lebih cair. Lebam mayat lebih
gelap karena meningkatnya kadar HbCO2..

• Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus inidisebabkan
adanya fenomena kocokan pada pernapasankuat.
Asfiksia: Pemeriksaan Dalam Post Mortem
• Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi
pada mayat laki-laki akibat kongesti / bendungan alat
tubuh & sianotik.
• Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap danlebih
cair.
• Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard,galea
apponeurotika, laring, kelenjar timus dan kelenjartiroid.
• Busa halus di saluran pernapasan.
• Edema paru.
• Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti
fraktur laring, fraktur tulang lidah dan resapan darah pada
luka.
ASFIKSIAMEKANIK
• Penutupan lubang saluran pernafasan bagianatas:
– Pembekapan (smothering)
– Penyumbatan/ penyumpalan (gagging , choking)
• Penekanan dinding saluran pernafasan:
– Penjeratan (strangulation)
– Pencekikan (manual strangulation)
– Gantung (hanging)
• External pressure of the chest yaitu penekanandinding
dada dari luar.
• Drowning (tenggelam) yaitu saluran napas terisi air.
• Inhalation of suffocating gases.
TENGGELAM
• Tipe Kering (Dry drowning):
– akibat dari reflek vagal yang dapat menyebabkan henti jantung
atau akibat dari spasme laring karena masuknya air secara tiba-
tiba kedalam hidung dan traktus respiratoriusbagian atas.
– Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang banyak
dibawah pengaruh obat-obatan (Hipnotik sedatif) atau alkohol
 tidak adausaha penyelamatan diri saat tenggelam.

• Tipe Basah (Wet drowning)


– terjadi aspirasi cairan
– Aspirasi air sampai paru menyebabkan vasokonstriksipembuluh
darah paru. Air bergerak dengan cepat ke membran kapiler
alveoli. Surfaktan menjadi rusak sehingga menyebabkan
instabilitas alveoli, ateletaksis dan menurunnya kemampuan
paru untuk mengembang.
• Secondary drowning/near drowning
– Korban masih hidup atau masih bisa diselamatkan
saat hampir tenggelam. Namun setelah dilakukan
resusitasi selama beberapa jam, akhirnya korban
meninggal.

• Immersion syndrome
– Korban meninggal tiba-tiba saat tenggelam pada air
yang sangat dingin
– Akibat refleks vagal
Berdasarkan LokasiTenggelam
AIR TAWAR AIRLAUT
• Air dengan cepat diserap • Pertukaran elektrolit dari
dalam jumlah besar air asin ke darah 
hemodilusi  natrium plasma
hipervolemia dan meningkat  air akan
hemolisis massif dari sel- ditarik dari sirkulasi
sel darah merah   hipovolemia dan
kalium intrasel akan hemokonsentrasi 
dilepas  hiperkalemia hipoksia dan anoksia
 fibrilasi ventrikel dan
anoksia yang hebat pada
miokardium.
TesDiatom
TESDIATOM 4 CARAPEMERIKSAANDIATOM:
• Diatom adalah alga atau ganggang • Pemeriksaan mikroskopik langsung.
bersel satu dengan dinding terdiri Pemeriksaan permukaan paru disiram
dari silikat (SiO2) yang tahan panas dengan air bersih iris bagian perifer
dan asam kuat. ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada
gelas objek tutup dengan kaca
• Bila seseorang mati karena penutup. Lihat dengan mikroskop.
tenggelam maka cairan bersama
diatome akan masuk ke dalam
saluran pernafasan atau pencernaan • Pemeriksaan mikroskopik jaringan
kemudian diatome akan masuk dengan metode Weinig dan Pfanz.
kedalam aliran darah melalui
kerusakan dinding kapiler pada waktu • Chemical digestion. Jaringan
korban masih hidup dan tersebar dihancurkan dengan menggunakan
keseluruh jaringan. asam kuat sehingga diharapkan
diatom dapat terpisah dari jaringan
tersebut.

• Inseneration. Bahan organik


dihancurkan dengan pemanasan
dalam oven.
Inhalation of suffocatinggasses

• Ada 3 cara kematian pada korban kasus


inhalation of suffocating gasses, yaitu menghisap
gas :
1. CO
2. CO2
3. H2S

• Gas CObanyak pada kebakaran hebat. Gas CO2


banyak pada sumur tua dan gudang bawahtanah.
Gas H2S pada tempat penyamakankulit.
Warna LebamMayat

• Dalam keadaan normal, lebam mayat


berwarna merah keunguan.
Intoksikasi Warna Lebam Mayat
Karbon monoksida Merah bata (cherry red)
Karbon dioksida Merah gelap
Sianida Merah terang (bright red)
Nitrit, Potasium, Anilin, Benzena dan zat Merah coklat atau coklat
lain yang menyebabkan
methemoglobinemia
Fosfat Coklat gelap (dark brown)

http://www.forensicpathologyonline.com/e-book/post-mortem-changes/post-mortem-hypostasis
Pembunuhan Anak Sendiri
• Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak
berapa lama setelah dilahirkan, karena takut
ketahuan bahwa ia melahirkan anak (Pasal 341).
• Dokter yang memeriksa mayat bayi, harus
mencantumkan hal – hal berikut
– Apakah lahir mati atau hidup Uji apungparu
– Berapakah umur bayi tersebut (intra dan
ekstrauterine)
– Apakah bayi tersebut sudah dirawat
– Apakah penyebab kematiannya
Ada/ Tidaknya TandaPerawatan
Tidak adanya tanda perawatan adalah sbb:
• Tubuh masih berlumuran darah,
• Ari-ari (placenta), masih melekat dengan tali pusatdan
masih berhubungan dengan pusar (umbilicus),
• Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak
beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkanujung
tali pusat tersebut ke permukaanair,
• Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta
di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti
daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakangbokong.
ABORTUSPROVOKATUS
• Abortus menurut pengertian kedokteran terbagi
dalam:
– Abortus spontan
– Abortus provokatus, yang terbagi lagi ke dalam:
Abortus provokatus terapeutikus & Abortus
provokatus kriminalis

• Abortus provokatus kriminalis sajalah yang


termasuk ke dalam lingkup pengertian
pengguguran kandungan menurut hukum.
JENIS LUKA danPasal
Penganiayaan
Pelbagai jenis kekerasan
o Kekerasan bersifat mekanik
• Kekerasan tumpul
• Kekerasan tajam
• Tembakan senjata api

o Kekerasan bersifat alam


• Luka akibat api
• Luka akibat listrik

o Kekerasan bersifat kimiawi


• Luka akibat asam keras
• Luka akibat basa kuat
Luka Akibat Kekerasan Tumpul
• Luka memar: Tampak sebagai bercak, biasanya
berbentuk bulat/lonjong. Luka memar yang baru
terjadi tampak sebagai bercak biru kemerahan dan
agak menimbul. Proses penyembuhan menyebabkan
warna bercak berubah menjadi kebiruan, kehijauan,
kecoklatan, kekuningan dan akhirnya hilang saat terjadi
penyembuhan sempurna dalam 7-10 hari.

• Luka robek: Luka terbuka tepi tidak rata, pada salah


satu sisi dapat ditemukan jejas berupa luka lecettekan.
Luka Akibat Kekerasan Tumpul
• Luka lecet tekan: Tampak sebagai
bagian kulit yang sedikit
mencekung, berwarna kecoklatan.
Bentuknya memberikan gambaran
bentuk benda penyebab luka.

• Luka lecet geser: Bagian yang


pertama bergeser memberikan
batas yang lebih rata, dan saat
benda tumpul meningalkan kulit
yang tergeser berbatas tidak rata.
Tampak goresan epidermis yang
berjalan sejajar.
Luka Akibat Kekerasan Tajam
• Luka tusuk: Akibat kekerasan tajam yang mengenai kulit dengan
arah kekerasan tegak terhadap permukaan kulit. Tepi lukarata.
– Lebar luka menggambarkan lebar pisau yangdigunakan.
– Karena elastisitas kulit, dalamnya luka tidakmenggambarkan
panjangnya pisau

• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihidalamnya luka.

• Luka bacok: Akibat kekerasan tajam dengan bagian “mata” senjata


yang mengenai kulit dengan arah tegak. Kedua sudut luka lancip
dengan luka yang cukup dalam.
Luka Bakar
• Luka bakar api: menimbulkan kerusakan kulit yang bervariasi,
tergantung pada tingginya suhu dan lamanya api mengenaikulit.

• Luka bakar benda panas: kerusakan kulit terbatas, sesuai dengan


penampang benda yang mengenai kulit. Bentuk luka sesuaidengan
bentuk permukaan benda padat.

• Luka bakar listrik: Benda beraliran listrik saat mengenai kulit, oleh
tahanan yang terdapat pada kulit, akan menimbulkan panas yang
dapat merusak kulit dalam bentuk luka bakar benda padat. Pada
kulit basah, listrik dialirkan tanpamerusak kulit.
– Bila listrik mengalir melewati medula oblongata pusat vital akan
terganggu; melewati daerah jantungfibrilasi ventrikel; melewatiotot
sela igakejang otot pernafasan.
Klasifikasi Lukamenurut KUHP
• Klasifikasi luka dan pasal yang berhubungan:
– Luka ringan pasal 352 KUHP= luka derajat satu
– Luka sedang pasal 351 (1) atau 353 (1) = luka
derajat dua
– Luka berat pasal 90 KUHP
INFORMEDCONSENT

YangBerhak Memberikan InformedConsent


• Pasien yang telah dewasa (≥21 tahun atau
sudah menikah, menurut KUHP) dan dalam
keadaan sadar.
• Bila tidak memenuhi syarat di atas, dapat
diwakilkan oleh keluarga/ wali denganurutan:
– Suami/ istri
– Orang tua (pada pasien anak)
– Anak kandung (bila anak kandung sudah dewasa)
– Saudara kandung
PERSETUJUANTINDAKANMEDIS

• Persetujuan tindakan medis secarapraktis


dibagi menjadi 2:
Implied consent Pasien tidak menyatakan persetujuan baik secara tertulis maupun
lisan, namun dari tingkah lakunya menyatakanpersetujuannya.
Contoh: pasien membuka baju untuk diperiksa,pasien
mengulurkan lengan untuk diambil sampeldarah.

Expressed Persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Khusus setiap


consent tindakan yang mengandung risiko tinggi, harus diberikan
persetujuan tertulis oleh pasien atau yang berhak mewakili (sesuai
UU No.29 tahun 2004 pasal 45)

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyelidikan,


A. Munim Idries, 2013
JenisConsentLainnya
JEN I S
PEN JELASAN
CO N SENT
Consent yang diberikan pada pasien secara tertulis,
Informed consent yang ditandatangani langsung oleh pasien yang
berangkutan.

Consent yang diberikan oleh wali pasien (orangtua,


suami/istri, anak, saudara kandungnya dsb) karena
Proxy consent
pasien tidak kompeten untuk memberikan consent
(misalnya pada pasien anak).

Pasien tidak dapat memberikan consent, namun


diasumsikan bahwa bila pasien sadar, ia akan setuju
Presumed dengan tindakan medis yang diambil. Consent jenis ini
consent biasanya dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan atau
pada donor organ dari cadaver.
Appelbaum PS. Assessment of patient ’s competence to consent to treatment. New England Journal of Medicine. 2007; 357: 1834-
1840.
REKAMMEDIS
• Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekammedis.

• Pasal 47 ayat (1): Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medismerupakan milik pasien.

• Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..
Kepemilikan RekamMedis
• Permenkes No.269 tahun 2008: isi Rekam Medis
adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau
institusi kesehatan.

• Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa


berkas rekam medis itu merupakan milik sarana
pelayanan kesehatan, yang harus disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak tanggal terakhir pasienberobat.
PELANGGARAN DALAMPELAYANAN
KEDOKTERAN
• Pelanggaran dapat berupa:
– Pelanggaran etik
– Pelanggaran disiplin
– Pelanggaran hukum (pidana dan perdata)
Pelanggaran Etik
• Dasar: Kode Etik Dokter Indonesia (KODEKI), yang berisi kewajiban
umum, kewajiban terhadap pasien, dan kewajiban terhadap teman
sejawat.

• Alur: Laporan dari institusi pelayanan  komite etik di institusi


pelayanan  MKEK  ditentukan sanksi ringan/ sedang/berat

• Sanksi dapat berupa : Penasehatan, peringatan lisan, peringatan


tertulis, pembinaan perilaku,reschooling (pendidikan/pelatihan
ulang), atau pemecatan sementara sebagai anggota IDI yangdiikuti
dengan mengajukan saran tertulis kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk mencabut izin prakteksementara.

PEDOMAN ORGANISASIDAN TATALAKSANAKERJAMAJELISKEHORMATAN ETIKKEDOKTERAN, IDI, 2008


Pelanggaran Disiplin
• Pelanggaran terhadap standar profesi
kedokteran.

• Alur: delik aduan  MKDKI  sanksi.

• Sanksi Disiplin (Pasal 69 ayat 3, UUPK):


1. Pemberian peringatan tertulis
2. Rekomendasi pencabutan STRatau SIP
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihandi
institusi pendidikan kedokteran
Pelanggaran Hukum
• Dokter adalah bagian dari komunitas (publik)
sehingga berlaku kepadanya HUKUM PUBLIK.

• Hukum publik dapat berupa pidana atau


perdata.
INSIDENSKESELAMATANPASIEN
Pasientidak
cedera
NEARMISS

Medical
Error
PREVENTABLE
• Kesalahan nakes
Pasien cedera ADVERSE MALPRAKTIK
• Dapat dicegah
• Karena berbuat (commission) EVENT
• Karena tdk berbuat
(ommision)
Acceptable
Risk

Processof UNPREVENTABLE Unforseeable


care Pasien cedera Risk
(Non error) ADVERSEEVENT
Complication
of Disease

Anda mungkin juga menyukai

  • Reumatologi
    Reumatologi
    Dokumen26 halaman
    Reumatologi
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lapkas Obstet-1-1
    Bab 3 Lapkas Obstet-1-1
    Dokumen22 halaman
    Bab 3 Lapkas Obstet-1-1
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Bedah Minggu
    Lapkas Bedah Minggu
    Dokumen47 halaman
    Lapkas Bedah Minggu
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Fistula Bronkopleura
    Fistula Bronkopleura
    Dokumen12 halaman
    Fistula Bronkopleura
    Kastiaji Hendra
    0% (2)
  • THT - Master Class Anatomi dan Audiologi
    THT - Master Class Anatomi dan Audiologi
    Dokumen177 halaman
    THT - Master Class Anatomi dan Audiologi
    Reynaldi Fattah Z
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen14 halaman
    Bab Ii
    ZINATUL WIDAD
    Belum ada peringkat
  • Black Books UKMPPD
    Black Books UKMPPD
    Dokumen370 halaman
    Black Books UKMPPD
    Rizadin Anshar
    89% (9)
  • Psikiatri PDF
    Psikiatri PDF
    Dokumen173 halaman
    Psikiatri PDF
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • (Fdi) Soal To Bonus 1 Batch I 2019
    (Fdi) Soal To Bonus 1 Batch I 2019
    Dokumen69 halaman
    (Fdi) Soal To Bonus 1 Batch I 2019
    Irham Abshar
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Penyakit THT
    Ilmu Penyakit THT
    Dokumen45 halaman
    Ilmu Penyakit THT
    shellya mentari
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Uro
    Lapkas Uro
    Dokumen11 halaman
    Lapkas Uro
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Anastesi
    Lapkas Anastesi
    Dokumen74 halaman
    Lapkas Anastesi
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Guidelines Kantung Kemih
    Guidelines Kantung Kemih
    Dokumen56 halaman
    Guidelines Kantung Kemih
    Eric Gibson
    Belum ada peringkat
  • Panduan Pelayanan Kanker
    Panduan Pelayanan Kanker
    Dokumen235 halaman
    Panduan Pelayanan Kanker
    Salsabila Putri Utami
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen45 halaman
    Bab Ii
    Rolando Agustian
    Belum ada peringkat
  • KANKER REKTUM
    KANKER REKTUM
    Dokumen16 halaman
    KANKER REKTUM
    rachmadhabel
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen45 halaman
    Bab Ii
    Rolando Agustian
    Belum ada peringkat
  • Panduan Pelayanan Kanker
    Panduan Pelayanan Kanker
    Dokumen235 halaman
    Panduan Pelayanan Kanker
    Salsabila Putri Utami
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Forensik ID
    Jurnal Reading Forensik ID
    Dokumen17 halaman
    Jurnal Reading Forensik ID
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Optik Neuropati
    Optik Neuropati
    Dokumen21 halaman
    Optik Neuropati
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Pence Gahan
    Pence Gahan
    Dokumen3 halaman
    Pence Gahan
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii - 2
    Bab Ii - 2
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii - 2
    Chairil Akmal
    Belum ada peringkat
  • Uts CRP-5 2014
    Uts CRP-5 2014
    Dokumen4 halaman
    Uts CRP-5 2014
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Interna
    Lapkas Interna
    Dokumen8 halaman
    Lapkas Interna
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Osce Sem 3
    Osce Sem 3
    Dokumen9 halaman
    Osce Sem 3
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Dan Anjuran
    Penatalaksanaan Dan Anjuran
    Dokumen3 halaman
    Penatalaksanaan Dan Anjuran
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Paper Jiwa
    Paper Jiwa
    Dokumen13 halaman
    Paper Jiwa
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Question 5
    Question 5
    Dokumen2 halaman
    Question 5
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Dan Anjuran
    Penatalaksanaan Dan Anjuran
    Dokumen3 halaman
    Penatalaksanaan Dan Anjuran
    Kavin Maalan Sadasseevan
    Belum ada peringkat