Rapat pertama PPKI untuk
mengesahkan UUD 1945 tanggal 18
Agustus 1945 dilaksanakan di
Pejambon Jakarta. Sebelumnya,
Soekarno dan Hatta meminta Ki
Bagus Hadikusumo, K.H.Wachid
Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo,
dan Mr.Teuku Mohammad Hassan
untuk mengkaji rancangan
pembukaan UUD. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam
Piagam Jakarta yang dianut oleh
BPUPKI pada 22 Juni 1945,
khususnya berkaitan dengan
kalimat “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya”.
Hal ini perlu dikaji karena pemeluk agama lain merasa
keberatan jika kalimat itu dimasukkan dalam UUD. Akhirnya,
setelah dilakukan pembicaraan yang dipimpin oleh Hatta,
dicapai kata sepakat bahwa kalimat tersebut dihilangkan untuk
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Rapat pleno dimulai
pada pukul 11.30 di bawah pimpinan Soekarno dan Hatta. Dalam
membicarakan UUD ini, rapat berlangsung lancar.
Mohammad Amir
Wahid Hasjim
Mr. Sartono
A. A. Maramis
Otto Iskandardinata
Pejabat setingkat menteri
Ketua Mahkamah Agung Dr. Koesoema Atmadja
Jaksa Agung Gatot Tarunamihardja
Sekretaris Negara Abdoel Gaffar Pringgodigdo
Juru bicara negara Soekarjo Wirjopranoto
Pada 22 Agustus 1945, PPKI kembali menyelenggarakan rapat
pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang akan
menggantikan PPKI. Soekarno dan Hatta mengangkat 135 orang
anggota KNIP yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia.
Seluruh anggota PPKI, kecuali Soekarno dan Hatta menjadi anggota
KNIP. Mereka kemudian dilantik pada 29 Agustus 1945.
a) 16 Bab
b) 37 pasal
pasal 17, pasal 24, pasal 25, pasal 26 sampai pasal 28, pasal 30 :
Unsur-Unsur Pemerintahan Negara