Anda di halaman 1dari 18

Auto anamnesis

 Identitas
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat menopause 5 thn yang
 Riwayat sosial lalu
BB: 45 kg
TB: 165 158 cm
Kelainan (-)
Fraktur (-)
 Nyeri
lokasi nyeri, kualitas nyeri (menusuk-fraktur/berdenyut-tulang)
 Kekuatan Sendi
dimana kekakuan, lamanya kekakuan, seberapa sering
 Bengkak
lama terjadi pembengkakan, disertai dengan nyeri, ada panas /
kemerahan
 Deformitas dan Imobilitas
kapan terjadi, tiba-tiba / bertahap, menimbulkan keterbatasan gerak.
semakin memburuk dengan aktivitas, posisi tertentu semakin
memburuk
 Perubahan Sensori
Penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu.
 Look
 Deformitas: penonjolan abnormal, angulasi, rotasi,
pemendekan.
 Fungsiolaesa: hilangnya fungsi gerak pada bagian
yang mengalami fraktur.
 Feel
 Nyeri tekan dan nyeri sumbu
 Move
 Krepitasi : terasa krepitasi saat bagian tersebut
digerakkan.
 Nyeri bila digerakkan (aktif /pasif)
 Range of motion dan kekuatan.
 Normal
 diatas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang
orang dewasa muda (T-score)
 Osteopenia
 diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score
 Osteoporosis
 -2,5 SD T-score atau kurang
 Osteoporosis berat
 disertai adanya fraktur.
 Osteoporosis tipe 1 post menopause
 penyakit yang mempunyai sifat khas berupa
massa tulang yang rendah / berkurang, disertai
gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang
 Tidak memiliki tanda-tanda atau gejala sampai
patah tulang terjadi (silent disease)
Tipe I Tipe II

Umur (tahun) 50-75 >70

Perempuan : laki-laki 6:1 2:1

Tipe kerusakan tulang Terutama trabekular Trabekular dan kortikal

Bone turnover Tinggi Rendah

Lokasi fraktur terbanyak Vertebra, radius distal Vertebra, kolum femoris

Fungsi paratiroid Menurun Meningkat

Efek estrogen Terutama skeletal Terutama ekstraskeletal

Etiologi utama Defisiensi estrogen Penuaan, defisiensi estrogen


 Snelis ortoporosis (tipe 2)
 disertai hilangnya tulang kortikal tambahan
menimbulkan fraktur yang khas pada kolum femoris,
biasanya pada wanita diatas 75 tahun
 Sebagian disebabkan oleh meningkatknya
lengkungan tubuh normal sejalan dengan usia dan
akibatnya timbul instabilitas disertai jatuh.
 Pada umur 80-90an, terjadi ketidakseimbangan
remodelling tulang, dimana resorpsi tulang
sedangakan formasi tulang tetap / menurun
kehilangan massa tulang, perubahan
mikroarsitektur tulang dan peningkatan risiko fraktur.
 Osteoporosis sekunder
 Penyakit endokrin: tirotoksikosis, penyakit
Cushing, hipogonadisme, hiperparatiroidisme
 Penyakit reumatologic: artropi inflamasi,
terutama yang diobati dengan steroid
 Penyakit saluran pencernaan: malabsorpsi, sirosis
 Neoplasia
 Penggunaan obat-obatan terutama
kortikosteroid, heparin, warfarin, dan fenitoin
 Keluhan nyeri pada tulangnya (penurunan densitas
tulang)
 Fraktur vertebra (baji) paling sering terjadi pada
pertengahan dorsal tulang belakang dan sambungan
torakolumbalis (T12 dan L1).
 Asimtomatik / menyebabkan nyeri punggung berat
mendadak.
 Nyeri berkurang saat istirahat di tempat tidur.
 Nyeri ringan akan muncul pada saat bangun tidur dan
akan jika melakukan aktivitas / pergerakan yang
salah.
 Fraktur multipel menyebabkan penurunan tinggi
badan dan deformitas tulang belakang.
 Risiko sejalan dengan usia, jenis kelamin
wanita, ras (kulit putih dan Asia, serta postur
tubuh yang kecil).
 Defisiensi estrogen  faktor utama pada wanita
pascamenopause
 Beberapa jenis obat, termasuk steroid, hormon
tiroid dan alkohol, memiliki efek samping pada
massa tulang.
 Peran asupan kalsium, absorpsi kalsium serta
vitamin D tidak terlalu jelas
 Pembentukan tulang osteoklas normal pada
wanita yang mengalami defisiensi est
 International Osteoporosis Foundation
 Osteoporosis mempengaruhi sekitar 200 juta wanita di
seluruh dunia (1/10 usia 60 tahun; 1/5 usia 70 tahun; 2/5
usia 80 tahun; dan 2/3 usia 90 tahun)
 Departemen Kesehatan (Depkes)
 Prevalensi osteoporosis adalah 19,7%
 International Osteoporosis Foundation
 Insiden fraktur osteoporosis per tahun pada wanita >
dibandingkan angka insiden gabungan antara serangan
jantung, stroke, dan kanker payudara.
 World Health Organization (WHO) dalam IOF (2010),
osteoporosis merupakan penyakit kedua setelah
penyakit kardiovaskular
 Terapi estrogen memperlambat proses hilangnya
tulang dan menurunkan kejadian fraktur bila
dimulai saat menopause.
 Penggunaan jangka panjang (>10 tahun)
meningkatkan risiko kanker payudara.
 Kontraindikasi absolut terhadap terapi sulih
hormon adalah kanker payudara, kanker
endometrium, melanoma, maligna, dan
kehamilan. 6
 lebih lincah, tangkas dan kuat otot—ototnya
sehingga tidak mudah terjatuh, mencegah
perburukan osteoporosis
 Latihan pembebanan terhadap tulang (belum
osteoporosis)
 Latihan tanpa beban, kemudian ditingkatkan
secara bertahap sehingga mencapai latihan
beban yang adekuat (osteoporosis)
 Alat bantu
 Mencegah risiko terjatuh (menghindari lantai /
alas kaki yang licin
 Bisfosfonat
 meningkatkan densitas tulang dan mengurangi risiko fraktur di panggul,
tulang belakang, dan lokasi lain.
 Alendronat, risedronat, ibandronat, dan zoledronat
 alendronat, 10 mg/hari, risedronat, 5 mg/hari, atau ibandronat, 2,5 mg/hari
 alendronat, 70 mg/minggu, atau risendronat 35 mg/minggu ibandronat 150
mg/bulan
 Raloksifen
 melindungi tubuh dari fraktur vertebra tetapi tidak dari fraktur panggul-tidak
seperti bisfosfonat
 Kalsitonin
 osteoporosis pascamenopause
 meningkatkan massa tulang dan mengurangi fraktur, tetapi hanya di tulang
belakang.
 menurunkan kalsium dan fosfat serum melalui efek pada tulang dan ginjal
 menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas
 Strontium Ralenat
 efek ganda (meningkatkan kerja osteoblas. menghambat kerja
osteoklas)  tulang endosteal terbentuk dan volume trabelar
meningkat
 Vitamin D
 Suplementasi vitamin D (800 IU/hari) dengan kalsium terbukti
memperbaiki densitas tulang, mengurangi jatuh, dan mencegah
fraktur
 Kalsitriol
 diindikasikan bila terdapat hipokalsemia yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan pemberian kalsium peroral
 Kalsium
 sebagai monoterapi, ternyata tidak cukup untuk mencegah fraktur
pada penderita osteoporosis
 Pembedahan
 Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur panggul
 fraktur osteoporotic
 Insidens fraktur pergelangan tangan meningkat
secara bermakna setelah umur 50an, fraktur
vertebra 60an, dan fraktur panggul 70an. Pada
perempuan resiko fraktur 2kali dibandingkan
dengan laki-laki pada umur yang sama dan
krena angka harapan hidup perempuan lebih
tinggi dari pada laki-laki maka prevalensi fraktur
osteoporotic pada perempuan menjadi jauh
lebih tinggi di bandingkan dengan laki-laki.1
 Dapat dicegah
 24 % perempuan di atas usia 50 tahun
meninggal karena komplikasi ( pneumonia,
infeksi, dan fraktur emboli ) pada tahun pertama
setelah suatu osteoporotic terkait fraktur
pinggul.
 Fraktur yang terjadi pertama kali memiliki risiko
2-4x terjadinya fraktur kedua
 Perawatan medis untuk osteoporosis
menunjukan insiden fraktur vertebra 40%
menjadi 60% setelah satu tahun perawatan

Anda mungkin juga menyukai