Pembimbing
-
Disusun oleh:
-
Apnea (Yunani) = tanpa napas
Kelainan
Jenis
Hormon saluran
kelamin
napas
Minum
Merokok
alkohol
Patofisiologi
Terdorongnya lidah dan palatum ke belakang hingga menempel pada
dinding faring posterior menyebabkan oklusi nasofaring dan orofaring.
Relaksasi otot dilator faring (menstabilkan jalan napas) selama tidur
Tidur berbaring (supine) menyebabkan kolapsnya saluran napas akibat
pergerakan mandibula, palatum mole dan lidah ke arah belakang.
Aktivasi kemoreseptor oleh hipoksemia dan hiperkapnia selama apnea
mengakibatkan hiperventilasi disertai proses terbangun mendadak yang
tidak disadari.
Obesitas peningkatan deposit lemak disekeliling leher dan ruang
parafaring menyebabkan penyempitan dan kompresi salur napas atas dan
mengganggu otot dilator yang mempertahankan patensi salur napas atas.
Gambaran Klinis
Gejala Klinis Insidensi (%)
Suara dengkur 95
Mengantuk 75
Restless sleep 99
Mental abnormal 58
Perubahan personaliti 48
Impotensi 40
Nokturia 30
• Polisomnografi
• Untuk konfirmasi diagnosis OSA, beratnya
apnea, pemilihan terapi dan evaluasi respon
terapi.
• Terdiri dari elektroensefalogram (EEG),
Pemeriksaan elektromyogram (EMG), elektrookulogram
(EOG), parameter respirasi, electrocardiogram
Penunjang (ECG), saturasi oksigen dan mikrofon untuk
merekam dengkuran (selama 6 jam 10 menit)
• Efisiensi tidur, posisi tidur, frekuensi dan
penyebab pasien terbangun, timbulnya
gangguan pernafasan saat tidur, fluktuasi
saturasi oksigen dan aritmia jantung spesifik.
Kategori beratnya apnea tidur berdasarkan AHI terdiri dari:
• Apnea tidur ringan dengan AHI 5–15, saturasi oksigen 86% dan
keluhan ringan
• Apnea tidur sedang dengan AHI 15–30, saturasi oksigen 80–85% dan
keluhan mengantuk dan sulit konsentrasi
• Apnea tidur berat dengan AHI 30, saturasi oksigen kurang dari 80%
dan gangguan tidur.
Indikasi:
• AHI >20x/jam,
• saturasi O2 <90%,
• tekanan esofagus di bawah -10 cmH2O,
• adanya gangguan kardiovaskuler (seperti aritmia dan hipertensi
• gejala neuropsikiatri,
• gagal dengan terapi non-bedah
• adanya kelainan anatomi yang menyebabkan obstruksi jalan
napas. baik untuk OSA
• eksisi pada margo inferior palatum mole termasuk uvula dan
Uvulopalatopharyngoplasty tonsil
(UPPP) • dapat menurunkan AHI dan meningkatkan saturasi oksigen.
• kurang efektif pada pasien usia lanjut dan IMT yang tinggi.