Anda di halaman 1dari 86

ANTI KORUPSI

Change Policy (Kebijakan Pembaharuan )


DIKLAT PRAJABATAN

DI SAJIKAN PADA DIKLAT PRAJABATAN GOL. III Bandiklat Provinsi Sumatera Selatan
Nama : Ir.Ibrahim Hamid, M.Eng
Tempat/Tgl Lahir : Jambi/ 24 Mei 1967
Status : Menikah
Organisasi Kerja : Badan Diklat Prov. Sumsel
Alamat : Jl. Putri Kembang Dadar No.77
Palembang
Jabatan : Widyaiswara Madya
Pendidikan akhir : S2 MPKD, konsentrasi Perencanaan
Wilayah Univ. Gadjah Mada,
Jogjakarta
Alamat rumah : Jl. Lunjuk Jaya Griya Poli Indah
Blok B.32 Palembang
HP : 081227222782
15/05/2019 3
(PETER KLINE DALAM “THE LEARNING REVOLUTION)
CONFUSIUS, 1400 TAHUN YANG SILAM

Ni ching ni wanci
Kamu dengar kamu lupa
Ni khang ni siang
Kamu lihat kamu ingat
Ni kunco ni
Kamu kerjakan kamu
cheto
paham

4
DASAR HUKUM :
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DASAR HUKUM :
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2018

TENTANG
PELATIHAN DASAR CALON NEGERI SIPIL
PERCEPATAN
PER KALANRI NOMOR 12 TAHUN
2018 LATSAR CPNS PEMBERANTASAN KORUPSI 12 JP
KOMPETENSI DASAR :
Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan tentang konsep, peraturan, strategi
dan implementasi percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia, serta penyebab dan
permasalahan seputar korupsi.

INDIKATOR HASIL
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK
BELAJAR

 Dampak Perilaku dan


Menjelaskan sikap dan Sikap dan perilaku anti Tindak Pidana Korupsi
perilaku anti korupsi korupsi  Pengertian Tindak
Pidana Korupsi
 Pengertian Tindak
Pidana dan Korupsi
 Niat, Semangat dan
Komitmen Anti Korupsi

Menjelaskan peraturan
tentang korupsi di
Peraturan Perundang-  Peraturan-Peraturan
undangan tentang korupsi tentang Pemberantasan
Indonesia
Tindak Pidana Korupsi
 Penjelasan secara
singkat tentang
beberapa peraturan
tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
DIKLAT PRAJAB CPNS PERCEPATAN PEMBERANTASAN
K1,K2 GOL II & III KORUPSI 12 JP
KOMPETENSI DASAR :
Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan tentang konsep, peraturan, strategi
dan implementasi percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia, serta penyebab dan
permasalahan seputar korupsi.

INDIKATOR HASIL
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK
BELAJAR

Menjelaskan program Program Percepatan  Tindak Pidana Korupsi


percepatan anti Anti korupsi dan  Tindak Pidana Lain
korupsi dan penyebab Penyebab serta yang berkaitan dengan
serta permasalahan Permasalahan Korupsi Tindak Pidana Korupsi
seputar korupsi  Peran Serta
Masyarakat

Menjelaskan langkah- Langkah-langkah  Peran Komisi


langkah Pemberantasan Pemberantasan
pemberantasan Korupsi Korupsi
korupsi di bidang  Percepatan
tugasnya Pemberantasan
Korupsi
HASIL BELAJAR

SETELAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN INI,


PESERTA DIHARAPKAN MAMPU
MEMAHAMI SIKAP ANTI KORUPSI DAN CARA
MENDORONG PERCEPATAN PEMBERANTASAN
KORUPSI DI LINGKUNGAN INSTANSINYA
CURRICULUM VITAE

NAMA : Ir. IBRAHIM HAMID, M.Eng


PANGKAT : Pembina ( IV/a )
JABATAN : WIDYAISWARA MADYA
INSTANSI : BADAN DIKLAT PROVINSI SUMSEL
PENDIDIKAN : S2 ( Strata Dua ) Magister Perencanaan Kota dan Daerah
Universitas Gajah Mada Yogyakarta
ALAMAT :
Jl Lunjuk Jaya Griya Poli Inmdah B. 32. Palembang
Email: ibrahim_plgskynian@yahoo.com
Diklat Prajabatan

Diklat Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan


pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan
kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping
pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya
organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan
perannya sebagai pelayan masyarakat

11
TUJUAN PEMBELAJARAN
Deskripsi Singkat
Mata diklat ini memfasilitasi pembentukan nilai-nilai dasar anti korupsi pada peserta
diklat prajabatan
Deskripsi Mata Diklat disajikan berbasiskan
Experiential learning, dengan penekanan pada
proses internalisasi nilai-nilai dasar tersebut,
melalui multi metode dan media ceramah interaktif,
diskusi menonton film, studi kasus simulasi dan
demontrasi. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar anti
korupsi dalam memimpin, mengelola jabatannya.
Kompetensi dasar yang diharapkan

• Menyadari dampak perilaku dan


tindak pidana korupsi
• bagi dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan kehidupan.
• Menjelaskan cara-cara menghindari
perilaku korupsi
• Menjelaskan internalisasi dan
pembangunan sitem integritas untuk
mencegah terjadinya korupsi di
lingkungannya
HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini
peserta diharapkan mampu
mengaktualisasikan nilai nilai
kejujuran dan amanah untuk
mencegah timbulnya korupsi dalam
pengelolaan pelaksanaan kegiatan
instansi.
EXPERIENCIAL LEARNING
Proses
INTERNALISASI NILAI DASAR:
Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi pada Tahap
Aktualisasi
Concrete
experience

Active Reflective Diskusi, self-dialogue,


experimentation menceritakan
Observation kembali, mengkritisi,
memverifikasi value

Alumni
menerapkan Abstract
value (harus conceptualization
dipantau oleh
penyelenggara
dan user) menulis jurnal,
membuat rencana
aksi penerapan value
 Metode yang
digunakan adalah
experiential learning
model, seperti konsep
model Kolb (1984)
dan Kurt Lewin, yang
memiliki konsep
model deskriptif
untuk proses
pembelajaran orang
dewasa.
PNS Yang
Karakternya Di
Bentuk Oleh
Nilai nilai dasar

Tahap III ;
Evaluasi
Tahap II: Aktualisasi
Aktualisasi Nilai Dasar
Tahap I Nilai Dasar Profesi PNS
:Internalisasi Profesi PNS
Nilai Dasar
Profesi PNS

Pada Tahap II:


Melakukan :
Persyaratan Setiap Peserta :
1. Seminar membuat Rancangan Aktualisasi
1. Membawa ( SKP )
2. Tugas Dari Atasannya
3. Inisiatif dari Peserta yang terkait dengan Tugas
Kantor
Peraturan Kepala LAN no. 38/39 Tahun 2014

Apa Tujuan dan Sasaran serta Kompetensi Yang Ingin


1 Dicapai dalam Penyelenggaraan Diklat Prajabatan Pola
Baru ?

Tujuan dan Sasaran


Penyelenggaraan Diklat Prajabatan bertujuan untuk membentuk
PNS yang profesional yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh nilai
nilai dasar profesi PNS, sehingga mampu melaksanakan tugas dan
perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat.
Sasaran penyelenggaraan Diklat Prajabatan adalah terwujudnya
PNS yang profesional.
UU No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN

2 Nilai Dasar
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:

a. Nilai dasar; b. Kode etik dan c. Komitmen,


kode perilaku; integritas moral,
dan tanggungjawab
pada pelayanan
publik;
d. Kompetensi e. Kualifikasi f. Jaminan g. Profesiona-
yang diperlukan akademik; perlindungan litas
sesuai dengan hukum dalam jabatan.
bidang tugas; melaksanakan
tugas;
3 Kompetensi Pada Golongan I, II
1. Mewujudkan 2. Kemampuan 3. Kemampuan
akuntabilitas dalam mengedepankan menjunjung tinggi
melakukan tugas kepentingan Nasional standar etika publik
jabatannya; dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan
tugas jabatannya; tugas jabatannya;

4. Kemampuan berinovasi 5. Kemampuan untuk


untuk peningkatan tidak korupsi dan
pelaksanaan tugas percepatan
jabatannya; pemberantasan
korupsi di lingkungan
instansinya
4 Kompetensi Pada Golongan III

1. Kemampuan 2. Kemampuan 3. kemampuan


mewujudkan mengedepankan menjunjung tinggi
akuntabilitas dalam kepentingan nasional standar etika publik
melaksanakan tugas dalam pelaksanaan tugas dalam pelaksanaan
jabatannya; jabatannya; tugas jabatannya;

4. kemampuan 5. kemampuan untuk tidak


berinovasi untuk korupsi dan mendorong
peningkatan mutu percepatan
pelaksanaan tugas pemberantasan korupsi
jabatannya; di lingkungan
instansinya.
Kompetensi Pada Golongan III

Disamping memiliki kemampuan


mengaktualisasikan lima nilai dasar

Peserta diklat Prajab Gol III, diharapkan juga


memiliki kemampuan menganalisis dampak
apabila kelima dasar tersebut tidak di
aplikasikan
DASAR HUKUM PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI

KORUPSI BAGAIKAN
BOM WAKTU
1 DASAR HUKUM
 United Nations Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa
menentang Korupsi,2003);
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nation
Convention Against Corruption, 2oo3 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa Anti Korupsi, 2003);
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
 Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2
DASAR HUKUM
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme;
 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi
Dan Nepotisme;
1 United Nations Convention Against Corruption, 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 1
Tujuan
(a)Meningkatkan dan memperkuat (c) Meningkatkan integritas,
upaya-upaya untuk mencegah dan akuntabilitas, dan pengelolaan
memberantas korupsi secara lebih yang baik urusan-urusan
efisien dan efektif; publik dan kekayaan publik.
(b)Meningkatkan, memfasilitasi, dan
mendukung kerja sama internasional
dan bantuan teknis dalam
pencegahan dan pemberantasan
korupsi, termasuk dalam
pengembalian aset;
United Nations Convention Against Corruption, 2003
2
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)

Pasal 2
Penggunaan Istilah
(i) Setiap orang yang memegang (ii) Setiap orang yang melaksanakan
jabatan legislatif, eksekutif, fungsi publik, termasuk untuk
administratif, atau yudikatif di suatu instansi publik atau
suatu Negara Pihak, baik diangkat perusahaan publik, atau
atau dipilih, baik tetap atau untuk memberikan layanan umum,
sementara, baik digaji atau tidak sebagaimana dimaksud dalam
digaji, tanpa memperhatikan undang-undang nasional Negara
senioritas orang itu; Pihak dan sebagaimana berlaku di
bidang hukum yang sesuai di
Negara Pihak tersebut;
Kebijakan dan Praktek Pencegahan Korupsi

United Nations Convention Against Corruption, 2003


3 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 5
Tindakan Pencegahan
1. Negara Pihak wajib, sesuai dengan 2. Negara Pihak wajib mengupayakan
prinsip-prinsip dasar sistem untuk membangun dan
hukumnya, mengembangkan dan meningkatkan praktek-praktek yang
melaksanakan atau memelihara efektif untuk tujuan pencegahan
kebijakan anti korupsi yang efektif Korupsi.
dan terkoordinasi yang
meningkatkan partisipasi
masyarakat dan mencerminkan
prinsip-prinsip penegakan hukum,
pengelolaan urusan publik dan
kekayaan publik secara baik,
integritas, transparansi dan
akuntabilitas.
Kebijakan dan Praktek Pencegahan Korupsi

United Nations Convention Against Corruption, 2003


4 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 5
Tindakan Pencegahan
3. Negara Pihak wajib mengupayakan 4. Negara Pihak wajib, jika dipandang
untuk mengevaluasi instrumen perlu dan sesuai dengan prinsip-
instrumen hukum dan upaya-upaya prinsip dasar sistem hukumnya,
administratif yang terkait secara bekerja sama dengan Negara Pihak
berkala agar memadai untuk lain dan dengan organisasi
mencegah dan memberantas korupsi. internasional dan regional yang
terkait untuk meningkatkan dan
mengembangkan upaya-upaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ini. Kerja sama itu dapat meliputi
partisipasi dalam program dan proyek
internasional yang ditujukan untuk
pencegahan korupsi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006
1 Tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption,
2oo3 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Anti Korupsi,2003)

Pasal 1
Mengesahkan United Nations Salinan naskah asli United Nations
Convention Against Corruption, Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
dengan Reservation (Pensyaratan) dengan Reservation (Pensyaratan)
terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang
Penyelesaian Sengketa. Penyelesaian Sengketa dalam
bahasa Inggris dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir dan
merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari
Undang-Undang ini.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
1
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Berdasarkan pertimbangan pada huruf c “ketentuan


Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, perlu
dibentuk Komisi
Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang
independen
Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
2
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Pasal 1
Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyelenggara Negara adalah penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian
tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan, denganperan serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


3 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 6

a. koordinasi dengan instansi yang berwenang


melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
b. supervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
d. melakukan tindakan-tindakan pencegahan
tindak pidana korupsi; dan
e. melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara;
TUGAS, KOORDINASI

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


4 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 7
aa mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
tindak pidana korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi
yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi; dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi;
TUGAS, SUPERVISI

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


5 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 8
(!) KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi
yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
(2) KPK berwenang juga mengambil alih penyidikan atau penuntutan
terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh
kepolisian atau kejaksaan.
(3) Dalam hal KPK mengambil alih penyidikan atau penuntutan, kepolisian
atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara
beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal diterimanya
permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi.
(4) Penyerahan dilakukan dengan membuat dan menandatangani berita
acara penyerahan sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau
kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
TUGAS, MONITORING

Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002


6 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 9

Pengambilalihan penyidikan dan penuntutan dilakukan oleh KPK dengan


alasan:
a. laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;
b. proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau
tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku
tindak pidana korupsi yang sesungguhnya;
d. penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;
e. hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari
eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
f. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan,
penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

1 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana


( Hukuman )
Pasal 5

Bagi pegawai negeri memberi atau Dipidana dengan pidana


atau penyelenggara menjanjikan sesuatu penjara paling singkat 1
negara yang menerima kepada pegawai negeri (satu) tahun dan paling
pemberian atau janji atau penyelenggara lama 5 (lima) tahun dan
negara dengan maksud atau pidana denda paling
supaya pegawai negeri sedikit Rp 50.000.000,00
atau penyelenggara (lima puluh juta rupiah) dan
negara tersebut berbuat paling banyak Rp
atau tidak berbuat 250.000.000,00 (dua ratus
sesuatu dalam lima puluh
jabatannya, yang juta rupiah) setiap orang
bertentangan dengan yang:
kewajibannya;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

2 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana


( Hukuman )
Pasal 6

hakim yang menerima memberi atau Dipidana dengan pidana


pemberian atau janji, menjanjikan sesuatu penjara paling singkat 3
atau advokat yang kepada hakim dengan (tiga) tahun dan paling lama
menerima pemberian maksud untuk 15 (lima belas) tahun dan
atau janji mempengaruhi putusan pidana denda paling sedikit
perkara yang diserahkan Rp 150.000.000,00
kepadanya untuk (seratus lima puluh juta
diadili; atau memberi atau rupiah) dan paling banyak
menjanjikan sesuatu Rp 750.000.000,00 (tujuh
kepada seseorang yang ratus lima puluh juta rupiah
menurut ketentuan
peraturan perundang-
undangan ditentukan
menjadi advokat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
3 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )
Pasal 7 huruf a

pemborong, ahli menerima penyerahan Dipidana dengan pidana


bangunan yang pada bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
waktu membuat orang yang (dua) tahun dan paling lama
bangunan, atau menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
penjual bahan barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
bangunan yang pada Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
waktu menyerahkan atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
bahan bangunan, Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
melakukan perbuatan membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
curang yang dapat curang rupiah)
membahayakan
keamanan orang atau
barang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

4 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana


( Hukuman )
Pasal 7 huruf b

setiap orang yang menerima penyerahan Dipidana dengan pidana


bertugas mengawasi bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
pembangunan atau orang yang (dua) tahun dan paling lama
penyerahan menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
bahan bangunan, barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
sengaja membiarkan Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
perbuatan curang atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
curang rupiah)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
5 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana
( Hukuman )
Pasal 7 huruf c

setiap orang yang pada menerima penyerahan Dipidana dengan pidana


waktu menyerahkan bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
barang keperluan orang yang (dua) tahun dan paling lama
Tentara Nasional menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
Indonesia dan atau barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
Kepolisian Negara Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
Republik Indonesia atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
melakukan perbuatan Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
curang yang dapat membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
membahayakan curang rupiah)
keselamatan
negara dalam keadaan
perang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana


( Hukuman )
Pasal 7 huruf d

setiap orang yang menerima penyerahan Dipidana dengan pidana


bertugas mengawasi bahan bangunan atau penjara paling singkat 2
penyerahan barang orang yang (dua) tahun dan paling lama
keperluan menerima penyerahan 7 (tujuh) tahun dan atau
Tentara Nasional barang keperluan Tentara pidana denda paling sedikit
Indonesia dan atau Nasional Indonesia dan Rp 100.000.000,00 (seratus
Kepolisian Negara atau Kepolisian Negara juta rupiah) dan paling
Republik Republik Indonesia dan banyak Rp 350.000.000,00
Indonesia dengan membiarkan perbuatan (tiga ratus lima puluh juta
sengaja membiarkan curang rupiah)
perbuatan curang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

7 Pelaku Jenis Perbuatan Ancaman Pidana


( Hukuman )
Pasal 8

pegawai negeri atau menggelapkan uang atau Dipidana dengan pidana


orang selain pegawai surat berharga yang penjara paling singkat 3
negeri yang ditugaskan disimpan karena (tiga) tahun dan paling lama
menjalankan suatu jabatannya, atau 15 (lima
jabatan umum secara membiarkan uang atau belas) tahun dan pidana
terus menerus atau surat berharga tersebut denda paling sedikit Rp
untuk sementara waktu diambil atau digelapkan 150.000.000,00 (seratus lima
oleh orang puluh
lain, atau membantu juta rupiah) dan paling
dalam melakukan banyak Rp 750.000.000,00
perbuatan tersebut. (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah) DST.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
1 Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas
Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme
1. Penyelenggara Negara adalah Pejabat 2. Penyelenggara Negara yang bersih
Negara yang menjalankan fungsi adalah Penyelenggara Negara yang
eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan menaati asas-asas umum
pejabat lain yang fungsi dan tugas penyelenggaraan negara dan bebas
pokoknya berkaitan dengan dari praktek korupsi, kolusi dan
penyelenggaraan negara sesuai nepotisme, serta perbuatan tercela
dengan ketentuan peraturan lainnya.
perundangundangan yang berlaku.
3. Korupsi adalah tindak pidana 4. Kolusi adalah permufakatan atau
sebagaimana dimaksud dalam kerja sama secara melawan hukum
ketentuan peraturan perundang- antar Penyelenggara Negara atau
undangan yang mengatur tentang antara Penyelenggara Negara dan
tindak pidana korupsi. pihak lain yang merugikan orang lain,
masyarakat, dan atau negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang
2 Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas
Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme

5. Nepotisme adalah setiap perbuatan 6. Asas Umum Pemerintahan Negara


Penyelenggara Negara secara Yang Baik adalah asas yang
melawan hukum yang menjunjung tinggi norma
menguntungkan kepentingan kesusilaan, kepatutan, dan norma
keluarganya dan atau kroninya di atas hukum, untuk mewujudkan
kepentingan masyarakat, bangsa dan Penyelenggara Negara yang bersih
negara. dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
7. Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara yang
selanjutnya disebut Komisi Pemeriksa
adalah lembaga independen yang
bertugas untuk memeriksa kekayaan
Penyelenggara Negara dan mantan
Penyelenggara Negara untuk
mencegah praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Menanamkan
Nilai -nilai Dasar
Sadar Anti Korupsi

SUMBER GAMBAR
LEMBAGA ANTI KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
Amati dan Analisis Peristiwa di bawah ini

A Dampak Perilaku Dan Tindak Pidana Korupsi

Kerusakan hutan dan lingkungannya


Bangunan yang cepat rusak
Penegakkan Hukum yang tidak adil
Pelayanan Publik yang buruk
Peredaran Narkoba
Sumber Daya Alam melimpah
Rakyat tetap sengsara, dll.
Fenomena yang terjadi
A Dampak Perilaku Dan Tindak Pidana Korupsi

Renungan
1. Negara Korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar (
Depken and Lafountan, 2006 )
2. Harga Infrastruktur lebih tinggi ( Golden and Picci, 2005 )
3. Tingkat Korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan (Gupta, Davoodi and Alonso-Terme,
2002 )
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995)
5. Persepsi Korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif
terhadap arus investasiasing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang
relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak daripada
negara rentan korupsi (Campos dan Pradhan, ADB)
Dampak perilaku dan Tindak Pidana KORUPSI
B Pengertian
APA ITU TINDAK PIDANA KORUPSI?
Tindak Pidana
+
Korupsi

Tindak pidana adalah suatu


perbuatan yang diancam dengan
pidana oleh undang-undang,
Kata korupsi berasal dari bahasa latin bertentangan dengan hukum,
dilakukan dengan kesalahan oleh
CORRUPTIO atau KORUPTUS seseorang yang mampu
bertanggung jawab
Secara harfiah berarti,
“Kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian”
B Pengertian Korupsi

a Muangthai
Lingkaran dengan kode “Gin Moung”
yang menunjukan arti
dari berbagai istilah
korupsi :
China b
a. Kerusakan atau
kebobrokan “Tanwu”
b. Makan Bangsa
c. Kerja Kotor
Latin
d. Keserakahan
Bernoda c Corruptio

Jepang
“Oshuko” d
Robert Klitgaard

B Pengertian Korupsi

Korupsi adalah diskresi dan monopoli tanpa adanya akuntabilitas

K=D+M–A
K orupsi
D iskresi
M onopoli
A kuntabilitas
Syed Husen Alatas

1 7 Jenis Korupsi
Korupsi Transaktif : Korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan timbal
balik antara pemberi dan penerima, demi keuntungan
bersama. Kedua fihak sama-sama aktif menjalankan
perbuatan tersebut
Korupsi Ekstroaktif : Korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi
(tekanan) tertentu dimana fihak pemberi dipaksa
untuk menyuap guna mencegah kerugian yang
mengancam diri, kepentingan orang-orangnya, atau hal
hal yang dihargai
Korupsi Investif : Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau
jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan
akan diperoleh dimasa yang akan datang
Syed Husen Alatas

2 7 Jenis Korupsi
Korupsi Nepotistik : Korupsi yang berupa pemberian perlakuan khusus
kepada teman atau yang mempunyai kedekatan
hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik
perlakuan pengutamaan dalam segala bentuk yang
bertentangan dengan norma atau peraturan yang
berlaku
Korupsi Autogenik : Korupsi yang yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk mendapat
keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya
atas sesuatu yang hanya diketahui sendiri
Korupsi Suportik : Korupsi yang yang mengacu pada penciptaan suasana
yang kondusif untuk melindungi atau
mempertahankan keberadaan tindak korupsi yang
lain.
Korupsi Defensif : Korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan
Bentuk-Bentuk Korupsi
Suap/bribery.
Penggelapan (embezzlement)
Penipuan (fraud)
Pemerasan dalam jabatan
(extortion)
Penyalahgunaan wewenang (abuse
of discretion)
Pemanfaatan kedudukan
(exploiting a conflict interest atau
insider trading)
Nepotisme
Prinsip-Prinsip Penanggulangan
Pemberantasan Korupsi
• Korupsi adalah Extraordinary Crime.
• Center For International Crime
Prevention (CICP), suatu bagian
(organ) PBB yang yang berkedudukan
di Wina, mendefinisikan Korupsi
sebagai ‘missuse of (public) power for
private gain.
Penegakan Hukum di Indonesia

1 Kolaborasi sektor publik dan sektor


swasta.
2 Diskriminatif dari segi sosial dan latar
belakang ekonomi dan politik
3 Merupakan korupsi yang sulit
penanganannnya, oleh karena itu: hukum
korupsi harus ditegakkan tanpa tebang
pilih hukuman yang berat, dengan denda
dan ganti kerugian sesuai dengan yang
dikorup
3 Korupsi Begitu Dekat Dengan Kehidupan Se-hari Hari
C Tindak Pidana Korupsi
Setiap Negara mempunyai undang-undang yang berbeda terkait dengan
TINDAK PIDANA KORUPSI. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001,
terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari
1) Kerugian keuangan negara
2) Suap – menyuap
3) Pemerasan
4) Perbuatan Curang
5) Penggelapan dalam jabatan
6) Benturan Kepentingan dalam pengadaan
7) Gratifikasi

Semua jenis tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP


(pasal 1 ayat 1 sub c UU no.3/71
1 Korupsi Merugikan Keuangan Negara
2 Korupsi Suap - Meyuap
3 Korupsi Pemerasan

Korupsi di Indonesia
 Korupsi sudah bukan
kejahatan biasa
 Korupsi melanggar hak sosial
dan hak ekonomi
 Penegakan hukum korupsi
mengalami berbagai
hambatan
4 Kontroversi Pemberantasan Korupsi:

Yudicial review undang-undang KPK


di Mahkamah Konstitusi.
Proses seleksi pimpinan KPK.
Adanya ancaman bom di gedung KPK
Februari 2008 dan Juni 2009
Ide pembubaran KPK oleh Komisi III
DPR- RI tahun 2009
Usaha revisi UU tentang KPK
Kriminalisasi Wakil Ketua KPK
Chandra Hamzah dan Bibit Samad
Riyanto.
6
Korupsi Dengan Motif Tertentu

Di berbagai Instansi

• Korupsi di Kepolisian (Korlantas)


• Korupsi mantan pejabat PT. Telkom
• Korupsi biaya perjalanan dinas luar negeri
dan visa luar negeri Departemen Luar Negeri.
• Pencopotan/sanksi kepada 138 hakim oleh
Mahkamah Agung
Fakta Hukum Dilapangan
Kasus Kasus Dibidang : Eksekutif
Legislatif
Yudikatif
Partai Politik Hukum Kementerian
D Niat, Semangat & Komitmen Anti Korupsi

SPIRITUAL
ACCOUNTABILITY yang baik
akan menimbulkan Niat Baik
D Niat, Semangat & Komitmen Anti Korupsi

Spiritual Usaha Hasil


Visi & Misi Baik
Accountability Terbaik Terbaik

AMANAH, kesadaran
diri bahwa hidup Niat anti korupsi semakin kuat
kita harus bagi mereka yang ingat pada
dipertanggung NIAT Tuhannya, ia tidak ingin merusak
jawabkan mereka BAIK perjanjian dengan Tuhannya dan
yang amanah akan akan menjadi beban bagi
selalu ingat kehidupan sehari-hari
perjanjian dengan
Tuhannya, pada saat
di alam Ruh SPIRITUAL ACCOUNTABILITY yang
baik akan menimbulkan Niat Baik
SEMANGAT ANTI KORUPSI
Stephen L Carter (1996)
integritas merupakan upaya positif terkait korupsi

KOMITMEN INTEGRITAS
SAAT ANDA TELAH MENCAPAI KESADARAN
ANTI KORUPSI SECARA MENYELURUH DAN
UTUH, MAKA HAL TERSEBUT TIDAK HANYA
SAMPAI MENJADI SEMANGAT, NAMUN
AKAN TERUS BERGERAK HINGGA MENJADI
KOMITMEN INTEGRITAS. ANDA SUDAH
MELANGKAH LEBIH JAUH , BUKAN SEKEDAR
MENGHINDARI NAMUN MENCARI SOLUSI
TERHADAP FENOMENA KORUPSI
E INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI
INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI

SIN : Sistem Integritas Nasional


adalah inisiatif KPK untuk mencegah
korupsi secara terintegrasi yang
dikaitkan dengan pencapaian tujuan
nasional

Dreamtegrity : Impian Indonesia


Berintegritas
INTEGRITAS

NIAT
KEJUJURAN
KETULUSAN HATI
KEBERSAMAAN
KEPEDULIAN
KEADILAN
Selesai Dengan Dirinya

Negeri ini membutuhkan para pemimpin dan


pejabat yang sudah selesai dengan dirinya, Ia
tidak identik dengan orang kaya, karena tidak
sedikit orang kayapun terus mencari tambahan
kekayaan, bahkan menambahnya lewat
korupsi.
Berorientasi pengabdian
kompeten
bahagia
Tes Formatif
1. Dari pernyataan di bawah ini, manakah yang lebih tepat dan perlu menjadi
pola pikir PNS yang anti korupsi:
A. Memastikan adanya kesadaran anti korupsi terlebih dahulu hingga
muncul niat memberantas atau anti korupsi, baru kemudian
mempelajari secara detail tentang delik dan modus korupsi!
B. Mempelajari delik dan modus korupsi secara detail pasti akan
menjauhkan diri kita dari perilaku dan tindak pidana korupsi
C. Mendapatkan contoh-contoh nyata delik dan modus tindak pidana
korupsi akan lebih memudahkan menjauhkan diri dari korupsi
D. Mempelajari dampak tindak pidana korupsi akan meningkatkan
pengetahuan tentang menjauhkan diri dari tindak pidana korupsi

2. Pernyataan dampak korupsi yang mana merupakan pendapat Paulo Maura


(1995) :
A. Negara korup harus membayar hutang lebih besar
B. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus
investasi asing
C. Korupsi menurunkan investasi
D. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan
3. Berdasarkan sudut pandang Sistem Integritas Nasional, hakikat atau makna
ideal pemberantasan korupsi yang dilakukan di Indonesia adalah :
A. Membuat sengsara para koruptor beserta keluarga dan keturunannya
B. Menghukum para koruptor dengan hukuman yang paling lama dan kalau
bisa sampai dihukum mati
C. Memastikan tujuan nasional dapat tercapai
D. Dikenal di dunia internasional sebagai negara contoh pemberantasan
korupsi

4. Dari pernyataan di bawah ini, manakah yang bertentangan dengan konsep


spiritual accountability:
A. Spiritual accountability yang baik akan menghasilkan niat baik, kemudian
niat baik akan mendorong untuk menghasilkan visi dan misi yang baik dan
diterjemahkan
menjadi usaha dan hasil terbaik
B. Spiritual accountability yang bail tidak menjamin untuk menghasilkan
public accountability yang baik, terbukti dengan banyak negara-negara
yang penduduknya dengan basis atau mayoritas beragama, layanan
publiknya masih jelek dan tingkat korupsinya masih tinggi
C. Spiritual accountability akan membuat manusia untuk selalu ingat pada
tujuan hidup dan kesadaran bahwa hidupnya harus
dipertanggungjawabkan!
D. Kualitas spiritual accountability yang baik secara otomatis membuat
manusia berhati-hati atas akibat perbuatannya kepada manusia dan
alam pada umumnya!
Review Dan Diskusi Kasus
1 Tujuan review dan Diskusi Kasus

1. Mengelompokkan jenis-jenis (modus) perilaku


penyimpangan/Korupsi Contoh Kasus :
Proses pengadaan barang dan jasa di setiap tahapan dengan
menentukan secara jelas kategori pelaku dari setiap perilaku yang
berhasil diidentifikasi
2. Mengidentifikasi penyebab terjadinya perilaku
penyimpangan/kesalahan dalam pelaksanaan Kegiatan Instansi,
dengan:
Menganalisis faktor penyebab di tingkat substansi peraturan
perundang- undangan yang turut mendukung berbagai perilaku
penyimpangan/kesalahan tersebut;
Mengidentifikasi faktor-faktor struktural, terutama pada institusi user
yang memberi peluang terjadinya perilaku penyimpangan
Melakukan penilaian efektivitas sosialisasi peraturan maupun SOP
yang mengatur tentang proses lelang untuk pengadaan barang dan
jasa Pemerintah kepada targetnya (pihak-pihak yang terlibat)
Review Dan Diskusi Kasus

Lanjutan

Menganalisis kapasitas institusional dari institusi user maupun


kualifikasi individual pejabat yang berwenang menyelenggarakan
proses pengadaan barang dan jasa di institusi user
Mengidentifikasi kepentingan ekonomis dan non ekonomis yang
melatar belakangi perilaku penyimpangan/kesalahan dalam
pengadaan barang/jasa
Mengidentifikasi prosedur dan kriteria pengambilan keputusan dalam
proses pengadaan barang/jasa , berikut kesenjangan nya dengan
praktek
Mengidentifikasi faktor budaya, cara pandang, nilai dan sikap, secara
kelembagaan (birokrasi) maupun individual yang mendorong
perilaku menyimpang.
3. Merumuskan rekomendasi baik normatif (pembentukan peraturan
perundang-undangan dan peraturan teknis pelaksanaannya) maupun
berupa rencana tindak (action plan) yang berguna bagi proses
pengawasan kegiatan
NILAI-NILAI DASAR ANEKA
A. Akuntabilitas: C. Etika Publik
1. Kepemimpinan 1. Memegang teguh nilai-nilai dalam
2. Transparansi ideologi negara Pancasila
3. Integritas 2. Setia dan mempertahankan UUD
4. Tanggungjawab 3. Menjalankan tugas secara profesional
(Responsibilitas) dan tidak berpihak
5. Keadilan 4. Membuat keputusan
6. Kepercayaan berdasarkan prinsip keahlian
7. Keseimbangan 5. Menciptakan lingkungan kerja
8. Kejelasan yang non diskriminatif
9. Konsistensi. 6. Memelihara dan menjunjung
B. Nasionalisme tinggi standar stika luhur.
1. Nilai-nilai dasar yg berhubng 7. Mempertanggungjawabkan tindakan
dgn butir-butir Pancasila dan kinerjannya kepada publik
2. Cinta Tanah Air 9. Memiliki kemampuan dlm melaksana-
3. Rela berkorban kan kebijakan & program pemerintah
4. Persatuan 9. Memberikan layanan kpd publikse cara
5. Integritas jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdayaguna, berhasilguna, dan santun
NILAI-NILAI DASAR ANEKA
10. Mengutamakan kepemimpinan 3. Kreativitas dan kepekaan
berkualitas tinggi 4. Komitmen dan konsisten
11. Menghargai komunikasi, 5. Keadilan dan keterbukaan
konsultasi, dan kerjasama 6. Mempererat persatuan dan
12. Mengutamakan pencapaian hasil kesatuan NKRI
dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam
E. Anti Korupsi
pekerjaan
1. Jujur
14. Meningkatkan efektivitas sistem
pemerintahan yang demokratis 2. Perduli
sebagai perangkat sistem karir. 3. Mandiri
4. Disiplin
D. Komitmen Mutu 5. Tanggung jawab
1. Memberikan layanan kepada publik 6. Kerja keras
secara jujur, tanggap, cepat, tepat, 7. Sederhana
akurat, berdayaguna, berhasilguna, 8. Berani
dan santun 9. Adil.
2. Efektif, efisien, inovatif, berorientasi
mutu,
TUGAS KELOMPOK

SISTEMATIKA
• Pendahuluan
• Gambaran Keadaan Sekarang
• Identifikasi Masalah
• Alternatif Pemecahan Masalah
• Kesimpulan
BAHAN DISKUSI
• Jelaskanlah sebab-sebab PNS sebagai pelayan publik
melakukan korupsi
• Jelaskanlah bentuk-bentuk Korupsi
• Jelaskanlah mengapa Penyelenggara Negara Rentan
Korupsi
• Jelaskanlah Bagaimana Menegakkan Supremasi Hukum
dalam memberantas tindak korupsi

Anda mungkin juga menyukai