DI SAJIKAN PADA DIKLAT PRAJABATAN GOL. III Bandiklat Provinsi Sumatera Selatan
Nama : Ir.Ibrahim Hamid, M.Eng
Tempat/Tgl Lahir : Jambi/ 24 Mei 1967
Status : Menikah
Organisasi Kerja : Badan Diklat Prov. Sumsel
Alamat : Jl. Putri Kembang Dadar No.77
Palembang
Jabatan : Widyaiswara Madya
Pendidikan akhir : S2 MPKD, konsentrasi Perencanaan
Wilayah Univ. Gadjah Mada,
Jogjakarta
Alamat rumah : Jl. Lunjuk Jaya Griya Poli Indah
Blok B.32 Palembang
HP : 081227222782
15/05/2019 3
(PETER KLINE DALAM “THE LEARNING REVOLUTION)
CONFUSIUS, 1400 TAHUN YANG SILAM
Ni ching ni wanci
Kamu dengar kamu lupa
Ni khang ni siang
Kamu lihat kamu ingat
Ni kunco ni
Kamu kerjakan kamu
cheto
paham
4
DASAR HUKUM :
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DASAR HUKUM :
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2018
TENTANG
PELATIHAN DASAR CALON NEGERI SIPIL
PERCEPATAN
PER KALANRI NOMOR 12 TAHUN
2018 LATSAR CPNS PEMBERANTASAN KORUPSI 12 JP
KOMPETENSI DASAR :
Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan tentang konsep, peraturan, strategi
dan implementasi percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia, serta penyebab dan
permasalahan seputar korupsi.
INDIKATOR HASIL
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK
BELAJAR
Menjelaskan peraturan
tentang korupsi di
Peraturan Perundang- Peraturan-Peraturan
undangan tentang korupsi tentang Pemberantasan
Indonesia
Tindak Pidana Korupsi
Penjelasan secara
singkat tentang
beberapa peraturan
tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
DIKLAT PRAJAB CPNS PERCEPATAN PEMBERANTASAN
K1,K2 GOL II & III KORUPSI 12 JP
KOMPETENSI DASAR :
Mata diklat ini membekali peserta dengan kemampuan tentang konsep, peraturan, strategi
dan implementasi percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia, serta penyebab dan
permasalahan seputar korupsi.
INDIKATOR HASIL
MATERI POKOK SUB MATERI POKOK
BELAJAR
11
TUJUAN PEMBELAJARAN
Deskripsi Singkat
Mata diklat ini memfasilitasi pembentukan nilai-nilai dasar anti korupsi pada peserta
diklat prajabatan
Deskripsi Mata Diklat disajikan berbasiskan
Experiential learning, dengan penekanan pada
proses internalisasi nilai-nilai dasar tersebut,
melalui multi metode dan media ceramah interaktif,
diskusi menonton film, studi kasus simulasi dan
demontrasi. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar anti
korupsi dalam memimpin, mengelola jabatannya.
Kompetensi dasar yang diharapkan
Alumni
menerapkan Abstract
value (harus conceptualization
dipantau oleh
penyelenggara
dan user) menulis jurnal,
membuat rencana
aksi penerapan value
Metode yang
digunakan adalah
experiential learning
model, seperti konsep
model Kolb (1984)
dan Kurt Lewin, yang
memiliki konsep
model deskriptif
untuk proses
pembelajaran orang
dewasa.
PNS Yang
Karakternya Di
Bentuk Oleh
Nilai nilai dasar
Tahap III ;
Evaluasi
Tahap II: Aktualisasi
Aktualisasi Nilai Dasar
Tahap I Nilai Dasar Profesi PNS
:Internalisasi Profesi PNS
Nilai Dasar
Profesi PNS
2 Nilai Dasar
ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
KORUPSI BAGAIKAN
BOM WAKTU
1 DASAR HUKUM
United Nations Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa
menentang Korupsi,2003);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nation
Convention Against Corruption, 2oo3 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa Anti Korupsi, 2003);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2
DASAR HUKUM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme;
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi
Dan Nepotisme;
1 United Nations Convention Against Corruption, 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 1
Tujuan
(a)Meningkatkan dan memperkuat (c) Meningkatkan integritas,
upaya-upaya untuk mencegah dan akuntabilitas, dan pengelolaan
memberantas korupsi secara lebih yang baik urusan-urusan
efisien dan efektif; publik dan kekayaan publik.
(b)Meningkatkan, memfasilitasi, dan
mendukung kerja sama internasional
dan bantuan teknis dalam
pencegahan dan pemberantasan
korupsi, termasuk dalam
pengembalian aset;
United Nations Convention Against Corruption, 2003
2
(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa menentang Korupsi, 2003)
Pasal 2
Penggunaan Istilah
(i) Setiap orang yang memegang (ii) Setiap orang yang melaksanakan
jabatan legislatif, eksekutif, fungsi publik, termasuk untuk
administratif, atau yudikatif di suatu instansi publik atau
suatu Negara Pihak, baik diangkat perusahaan publik, atau
atau dipilih, baik tetap atau untuk memberikan layanan umum,
sementara, baik digaji atau tidak sebagaimana dimaksud dalam
digaji, tanpa memperhatikan undang-undang nasional Negara
senioritas orang itu; Pihak dan sebagaimana berlaku di
bidang hukum yang sesuai di
Negara Pihak tersebut;
Kebijakan dan Praktek Pencegahan Korupsi
Pasal 1
Mengesahkan United Nations Salinan naskah asli United Nations
Convention Against Corruption, Convention Against Corruption,
2003 (Konvensi Perserikatan 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
dengan Reservation (Pensyaratan) dengan Reservation (Pensyaratan)
terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang
Penyelesaian Sengketa. Penyelesaian Sengketa dalam
bahasa Inggris dan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir dan
merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari
Undang-Undang ini.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002
1
Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Pasal 1
Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyelenggara Negara adalah penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian
tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan, denganperan serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN
SUMBER GAMBAR
LEMBAGA ANTI KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
Amati dan Analisis Peristiwa di bawah ini
Renungan
1. Negara Korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar (
Depken and Lafountan, 2006 )
2. Harga Infrastruktur lebih tinggi ( Golden and Picci, 2005 )
3. Tingkat Korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan (Gupta, Davoodi and Alonso-Terme,
2002 )
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995)
5. Persepsi Korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif
terhadap arus investasiasing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang
relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak daripada
negara rentan korupsi (Campos dan Pradhan, ADB)
Dampak perilaku dan Tindak Pidana KORUPSI
B Pengertian
APA ITU TINDAK PIDANA KORUPSI?
Tindak Pidana
+
Korupsi
a Muangthai
Lingkaran dengan kode “Gin Moung”
yang menunjukan arti
dari berbagai istilah
korupsi :
China b
a. Kerusakan atau
kebobrokan “Tanwu”
b. Makan Bangsa
c. Kerja Kotor
Latin
d. Keserakahan
Bernoda c Corruptio
Jepang
“Oshuko” d
Robert Klitgaard
B Pengertian Korupsi
K=D+M–A
K orupsi
D iskresi
M onopoli
A kuntabilitas
Syed Husen Alatas
1 7 Jenis Korupsi
Korupsi Transaktif : Korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan timbal
balik antara pemberi dan penerima, demi keuntungan
bersama. Kedua fihak sama-sama aktif menjalankan
perbuatan tersebut
Korupsi Ekstroaktif : Korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi
(tekanan) tertentu dimana fihak pemberi dipaksa
untuk menyuap guna mencegah kerugian yang
mengancam diri, kepentingan orang-orangnya, atau hal
hal yang dihargai
Korupsi Investif : Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau
jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan
akan diperoleh dimasa yang akan datang
Syed Husen Alatas
2 7 Jenis Korupsi
Korupsi Nepotistik : Korupsi yang berupa pemberian perlakuan khusus
kepada teman atau yang mempunyai kedekatan
hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik
perlakuan pengutamaan dalam segala bentuk yang
bertentangan dengan norma atau peraturan yang
berlaku
Korupsi Autogenik : Korupsi yang yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk mendapat
keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya
atas sesuatu yang hanya diketahui sendiri
Korupsi Suportik : Korupsi yang yang mengacu pada penciptaan suasana
yang kondusif untuk melindungi atau
mempertahankan keberadaan tindak korupsi yang
lain.
Korupsi Defensif : Korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan
Bentuk-Bentuk Korupsi
Suap/bribery.
Penggelapan (embezzlement)
Penipuan (fraud)
Pemerasan dalam jabatan
(extortion)
Penyalahgunaan wewenang (abuse
of discretion)
Pemanfaatan kedudukan
(exploiting a conflict interest atau
insider trading)
Nepotisme
Prinsip-Prinsip Penanggulangan
Pemberantasan Korupsi
• Korupsi adalah Extraordinary Crime.
• Center For International Crime
Prevention (CICP), suatu bagian
(organ) PBB yang yang berkedudukan
di Wina, mendefinisikan Korupsi
sebagai ‘missuse of (public) power for
private gain.
Penegakan Hukum di Indonesia
Korupsi di Indonesia
Korupsi sudah bukan
kejahatan biasa
Korupsi melanggar hak sosial
dan hak ekonomi
Penegakan hukum korupsi
mengalami berbagai
hambatan
4 Kontroversi Pemberantasan Korupsi:
Di berbagai Instansi
SPIRITUAL
ACCOUNTABILITY yang baik
akan menimbulkan Niat Baik
D Niat, Semangat & Komitmen Anti Korupsi
AMANAH, kesadaran
diri bahwa hidup Niat anti korupsi semakin kuat
kita harus bagi mereka yang ingat pada
dipertanggung NIAT Tuhannya, ia tidak ingin merusak
jawabkan mereka BAIK perjanjian dengan Tuhannya dan
yang amanah akan akan menjadi beban bagi
selalu ingat kehidupan sehari-hari
perjanjian dengan
Tuhannya, pada saat
di alam Ruh SPIRITUAL ACCOUNTABILITY yang
baik akan menimbulkan Niat Baik
SEMANGAT ANTI KORUPSI
Stephen L Carter (1996)
integritas merupakan upaya positif terkait korupsi
KOMITMEN INTEGRITAS
SAAT ANDA TELAH MENCAPAI KESADARAN
ANTI KORUPSI SECARA MENYELURUH DAN
UTUH, MAKA HAL TERSEBUT TIDAK HANYA
SAMPAI MENJADI SEMANGAT, NAMUN
AKAN TERUS BERGERAK HINGGA MENJADI
KOMITMEN INTEGRITAS. ANDA SUDAH
MELANGKAH LEBIH JAUH , BUKAN SEKEDAR
MENGHINDARI NAMUN MENCARI SOLUSI
TERHADAP FENOMENA KORUPSI
E INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI
INDONESIA BEBAS DARI KORUPSI
NIAT
KEJUJURAN
KETULUSAN HATI
KEBERSAMAAN
KEPEDULIAN
KEADILAN
Selesai Dengan Dirinya
Lanjutan
SISTEMATIKA
• Pendahuluan
• Gambaran Keadaan Sekarang
• Identifikasi Masalah
• Alternatif Pemecahan Masalah
• Kesimpulan
BAHAN DISKUSI
• Jelaskanlah sebab-sebab PNS sebagai pelayan publik
melakukan korupsi
• Jelaskanlah bentuk-bentuk Korupsi
• Jelaskanlah mengapa Penyelenggara Negara Rentan
Korupsi
• Jelaskanlah Bagaimana Menegakkan Supremasi Hukum
dalam memberantas tindak korupsi