1. ALMIDA KARINA
2. ANGGUN
3. BETHANIA CINDI
4. CALVIN PINEM
5. CHRISTINE P
6. DEVI YULIA
7. ESA PASKA
8. EVA JUNITA
MUSKULOSKLETAL
Muskulo otot
Skeletal rangka atau tulang.
5.Membantu pergerakan
6.Hemopoisis
Infeksi pada tulang akibat mikobakterium tuberkulosa
dapat bersifat akut maupun kronik.
Pada anak-anak infeksi tulang sering kali timbul
sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain
seperti infeksi faring(faringitis), dan kulit (impetigo).
KLASIFIKASI
Osteomielitis
Osteomielitis
Hematogen
Hematogen Akut
Subakut
Osteomielitis
Osteomielitis
akibat fraktur
Kronis
terbuka
ETIOLOGI
Faktor penyebab :
1. Osteomielitis Akut
a. Hematogen : menggigil, demam tinggi,denyut
nadi cepat dan malaise, pembesaran kelenjar limfe
regional
-Pemeriksaan sinar X
-pemeriksaan MRI
-Pemeriksaan darah :Leukosit meningkat dan
peningkatan laju endap darah
-kultur darah dan kultur abses untuk menentukan
jenis antibiotika yang sesuai
PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada Osteomieliti smeliputi :
Proteus, Pseudomonas, danEscerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin,
nosokomial, gram negative dananaerobik. Awitan
Osteomielitis setelah pembedahan ortope didapat
terjadi dalam 3 bulan pertama (akutfulminan – stadium
1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atauinfeksi superficial.Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelahpembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pemberian Antibiotik
mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada
tulang sehat lainnya, mengontrol eksaserbasi
akut.
2. Tindakan Operatif
Untuk mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik
baik jaringan lunak maupun jaringan tulang
sampai jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya
dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu
selama beberapa hari.
KOMPLIKASI
lanjutan terkena.
• b. Fraktur patologis
• c. Kontraktur sendi
• d. Gangguan pertumbuhan
ASUHAN KEPERAWATAN TN.S DENGAN DIAGNOSA
OSTEOMIELLITIS DI RUANG FLAMBOYAN RS
PIRNGADI MEDAN
DO:
Wajah pasien tampak meringis,
menahan sakit, dan sering
mengeluh tentang sakitnya.
suhu tubuh pasien 390C.
terdapat bekas fraktur pada
femur dextra Inflamasi, infeksi, Gangguan rasa
skala nyeri 7 bengkak, hipertermia, nyaman: nyeri
nekrosis jaringan,
DS: fraktur.
Pasien mengatakan bahwa;
-nyeri terasa apabila dipegang
atau diraba.
-nyeri terasa panas, R: nyeri
terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
-nyeri sifatnya sering dan terus
menerus.
DO:
- Terdapat penebalan periosteum, bone
resorption, sclerosis sekitar tulang. Nyeri, tidak nyaman,
- Terdapat scar tissue dan bekas fraktur kerusakan Kerusakan mobilitas
pada femur dextra. muskuloskeletal, anjuran fisik
DS: imobilitas
- Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman
pada tungkai bagian bawah.
DO:
- Terdapat penebalan periosteum, bone
resorption, sclerosis sekitar tulang.
- Terdapat scar tissue dan bekas fraktur
pada tungkai bawah.
Proses penyakit, penyebaran Risiko fraktur
DS:
infeksi patologi
- Pasien mengatakan nyeri, tidak
nyaman pada tungkai bagian bawah.
DO:
- Suhu tubuh pasien 390C.
- Akral hangat
- Terdapat rubor
Proses infeksi,
- Frekuensi napas meningkat:
peningkatan Hipertermia
22x/mnt
kecepatan metabolik.
DS:
-Pasien mengeluh badannya
panas.
DIAGNOSA
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan
muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
3. Kerusakan integritas jaringan yang
berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat
infeksi inflamasi tulang.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.
INTERVENSI
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses
inflamasi dan pembengkakan
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil: secara subyektif, klien melaporkan
nyeri berkurang atau dapat diatasi,
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan
atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah.
Skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji nyeri dengan skala 0-10 a. Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji
b. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
di tulang yang mengalami infeksi. b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri pada
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus. daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami
d. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan peredaran infeksi.
nyeri nonfarmakologi dan noninvasi. c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan , pergerakan sendi
e. Ajarkan relaksasi: teknik mengurangi ketegangan otot d. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam
meningkatkan relaksasi masase. mengurangi nyeri.
f. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. e. Teknik ini melancarkan peredaran darah sehingga
g. Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.
posisi yang nyaman (misal: ketika tidur, punggung klien f. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal
diberi bantal kecil). yang menyenangkan.
h. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan g. Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga
hubungan dengan beberapa lama nyeri akan berlangsung. meningkatkan kenyamanan.
Kolaborasi h. Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan
Pemberian analgesik dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik.
Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga akan berkurang.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan
muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
Tujuan: meningkatkan/mempertahankan
mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin.
Kriteria Hasil: Pasien mampu :
a. mempertahankan posisi fungsional.
b. meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh.
c. menunjukkan teknik yang memampukan
melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Mandiri:
a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh a.Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri
cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi,
terhadap imobilisasi intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
b. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. b. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,
c. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol
pasien diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.
d.Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh: mandi, c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
mencukur. meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi,
a. e. Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak
kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan digunakan.
keamanan dalam menggunakan alat mobilitas. d. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan
f. Kolaborasi: kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehatan diri
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi langsung.
spesialis. e. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh:
flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi
fungsi organ.
f. Kolaborasi:
Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan.
Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan,
3. Kerusakan integritas jaringan yang
berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat
infeksi inflamasi tulang.
Tujuan: integritas jaringan membaik secara
optimal
Kriteria hasil: pertumbuhan jaringan meningkat,
keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada
luka tidak ada lagi, luka menutup.
3. Kerusakan integritas jaringan yang
berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat
infeksi inflamasi tulang.
Tujuan: integritas jaringan membaik secara
optimal
Kriteria hasil: pertumbuhan jaringan meningkat,
keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada
luka tidak ada lagi, luka menutup.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses
infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan
termoregulasi, yaitu merupakan keseimbangan
di antara produksi panas, peningkatan panas,
dan kehilangan panas.
Kriteria Hasil: suhu kulit dalam rentang yang
diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal,
nadi dan pernapasan dalam rentang yang
diharapakan, perubahan warna kulit tidak ada,
keletihan tidak tampak.
Intervensi Rasional
Mandiri:
a. Pantau terhadap tanda hipertermia maligna a. kewaspadaan terhadap hipertermia malignan dapat
(misalnya demam, takipnea, aritmia, perubahan mencegah atau menurunkan respon
tekanan darah, bercak pada kulit, kekakuan, dan hipermetabolik terhadap obat-obatan farmakologis
berkeringat banyak). yang digunakan selama pembedahan.
b. Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai b. Regulasi suhu dapat mencapai atau
dengan kebutuhan. Pantau warna kulit dan suhu mempertahankan suhu tubuh yang diinginkan
secara kontinu. selama intraoperasi.
c. Pantau tanda vital c. Pemantauan tanda vital seperti pengumpulan dan
Kolaborasi: analisis data kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh
d. Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan. untuk menentukan serta mencegah komplikasi.
e. Gunakan matras dingin dan mandi air hangat d. Obat antipiretik digunakan untuk menurunkan suhu
tubuh.
e. Matras dingin dan mandi air hangat digunakan untuk
mengatasi gangguan suhu tubuh, sesuai dengan
kebutuhan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat,
agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat
operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan
fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis penting
ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis
akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah
vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat
torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi,
adiksi obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
- Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
- Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
- Tanda-tanda vital tidak normal
b. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks,
ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada
auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada
murmur.
d. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi
motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening
berbau khas.
e.Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
f. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik,
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sitem ini.
g. Pola nutrisi dan metabolism
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan
penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada
osteomielitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah
sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang, kerusakan kulit
4. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek
pembedahan ; imobilisasi
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa
kenyamanan
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi
wajah rileks dan suhu tubuh normal.
Rasional :
Mandiri
Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas
nyeri.
Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi
atau nyeri di tulang yang mengalamiinfeksi.
Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas
nyeri dan meningkatan relaksasi masase.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
Kolaborasi :
Pemberian obat-obatan analgetik
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan
Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil :
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan / fungsi yang sakit
Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
Rasional:
Mandiri
Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan
rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Ubah posisi secara periodic
Kolaborasi :
Fisioterapi
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan
demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan.
Rasional :
1. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau
adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
3. Berikan perawatan luka
4. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan
bau drainase yang tidak enak atau asam.
5. Kaji tonus otot, reflek tendon.Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan
gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
1. Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
2. Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi