Divestasi Freeport
Indah Mahestri P (173112351550170)
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat luas, yaitu 1,904,569 Kilometer. Dengan
bentangan wilayah yang sangat luas tersebut, Indonesia memiliki potensi Sumber Daya
Alam (SDA) yang sangat besar baik SDA hayati maupun nonhayati. Apabila potensi
kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal, Indonesia dapat
menjadi negara yang makmur, bahkan dapat mengalahkan negara-negara Eropa dan
Amerika. Akan tetapi hal tersebut masih menjadi angan-angan untuk saat ini. Hal
tersebut disebabkan sistem pengelolaan yang tidak tepat atau faktor-faktor lain yang
tidak lepas dari kondisi transisi politik Indonesia.
PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan sebuah anak perusahaan dari Freeport-
McMoRan Copper & Gold Inc. yang merupakan salah satu perusahaan tambang
terbesar di dunia dan beroperasi di negara Amerika Serikat. Awal perjalanan PTFI di
Indonesia dimulai sejak tahun 1967 pada masa pemerintahan Soeharto menandatangani
Kontrak Karya dengan PTFI untuk dapat beroperasi di wilayah Irian Jaya dengan
membangun area tambang di sekitar Papua Barat dimana didalamnya terkandung bijih
besi, tembaga, emas, dan perak.
B. Permasalahan
Apa yang dimaksud dengan Divestasi Freeport
Pada tahun 2017, saham PTFI sebesar 90,64% dimiliki oleh freeport
McMoran Inc dan 9,36% dimilki oleh pemerintah Indonesia. Sedangkan
permintaan Pemerintah sendiri yaitu ingin menguasai 51% saham dengan
upaya membelinya melalui PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum)
Persero.
Proses Divestasi yang Dilakukan lintas era kepemimpinan presiden
41.2 Inalum
48.8%
Pemda Papua
Freeport McMoran
10%
Proses perundingan Divestasi Freeport
pada era pemerintahan Jokowi-JK
Empat poin utama perundingan telah tuntas disepakati
dan akan menjadi milestone pengembangan PTFI ke
depan.