Lv-a
PENDAHULUAN
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit
yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya.
Pendahuluan (2)
Tidak Pasien Y
Bernafas ? a
Buka Airway
> 30
X/mnt ?
Urgen Urgen
HITAM MERAH
PERFUSI
Periksa A.
Radialis
Nadi
Radialis
ada ?
Kontrol Periksa
Perdarahan Kesadaran
Urgen Mengikuti
MERAH Printah
Tertunda
KUNING
AIRWAY
b. Warna kulit
Pasien trauma kulit kemerahan (wajah dan ekstremitas): jarang
hipovolemia.
Wajah pucat keabu-abuan & kulit ekstremitas pucat → tanda
hipovolemia.
c. Nadi
Periksa nadi besar: a. femoralis / a.karotis (kiri-kanan) → kekuatan
nadi, kecepatan, irama.
2. Perdarahan
Perdarahan eksternal dikenali dan dikelola pada primary
survey.
• Perdarahan eksternal dihentikan → penekanan luka.
• Sumber perdarahan internal (tidak terlihat) : perdarahan
rongga toraks, abdomen, fraktur dari tulang panjang, retro-
peritoneal, atau pelvis.
Disability
1. Kepala
Secondary survey mulai dengna evaluasi kepala. Seluruh
kulit kepala dan kepala harus diperiksa akan adanya luka,
kontusio atau fraktur.
Mata harus diperiksa akan adanya:
- Ketajaman visus
- Ukuran pupil
- Perdarahan konjungtiva dan fundus
- Luka tembus pada mata
- Lensa kontak (ambil sebelum terjadu edema)
- Dislocation lentis
- Jepitan bola mata
2. Maksilofasial
Trauma maksilofasial dapat mengganggu airway atau
perdarahan yang hebat, yang harus ditangani saat primary
survey.
Trauma maksilofasial tanpa gangguan airway atau
perdarahan hebat, baru dikerjakan setelah penderita stabil
sepenuhnya dan pengelolaan definitif dapat dilakukan
dengan aman.
3. Vertebra servikalis dan leher
Pemeriksaan leher meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi
▶ Nyeri daerah vertebra servikalis, emfisema subkutan, deviasi
trakea, dan fraktur laring, perdarahan aktif, hematoma yang
meluas, bruit, atau gangguan airway, kerusakan radiks pleksus
brakhialis.
▶ palpasi dan auskultasi pada a. karotis→jejas pada a. karotis,
penyumbatan
▶ Trauma arteri besar daerah leher paling banyak oleh trauma
tajam, trauma tumpul leher dapat menyebabkan kerusakan
intima, diseksi, dan trombosis
4. Thoraks
▶ Inspeksi depan dan belakang untuk melihat adanya flail chest
atau open pneumothorax
▶ Palpasi tiap iga dan klavikula. Penekanan pada sternum dapat
nyeri bila ada fraktur sternum atau ada costochomdral
separation. Kelainan pada toraks akan disertai nyeri dan/atau
dispneu
▶ Auskultasi untuk mengetahui adanya bising napas untuk
menentukan pneumotoraks dan hemotoraks. Tamponade
jantung atau tension pneumothorax dapat dilihat dari adanya
distensi vena jugularis.
5. Abdomen
▶ Trauma abdomen harus ditangani segera
▶ Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), USG abdomen, atau CT
Scan dengan kontras diperlukan jika terdapat kelainan
neurologis, gangguan kesadaran karena alcohol atau obat,
hipotensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan pemeriksaan
fisik abdomen yang meragukan.
6. Perineum/rektum/vagina
▶ Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kontusio,
hematoma, laserasi, dan perdarahan uretra
▶ Colok dubur dilakukan sebelum pemasangan kateter uretra.
Dilihat adanya darah dari lumen reckum, prostat letak tinggi,
fraktur pelvis, utuh tidaknya dinding rektum dan tonus m. sfinkter
ani
▶ Pada wanita, pemeriksaan colok vagina dapat menentukan
adanya darah dalam vagina atau laserasi. Tes kehamilan juga
dilakukan pada wanita usia subur.
7. Muskuloskeletal
▶ Melihat ada/tidak luka atau deformitas. Nyeri, krepitasi, atau
gerakan abnormal untuk melihat adanya fraktur
▶ Penilaian pulsasi untuk menentukan adanya gangguan vaskular
▶ Gangguan sensasi dan hilangnya kemampuan kontraksi otot
dapat disebabkan kerusakan saraf perifer atau iskemia
8. Neurologis
▶ Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil, pemeriksaan motorik dan sensorik. Perubahan
dalam status neurologis dikenal dengan pemeriksaan GCS.
▶ Bila terjadi penurunan status neurologis→nilai perfusi, oksigenasi,
dan ventilasi (ABCDE)
▶ Imobilisasi dengan long spine board, kolar servikal, dan alat
yang lain dilakukan sampai terbukti tidak ada fraktur servikal.
Simpulan