Anda di halaman 1dari 15

OLEH KELOMPOK III

Demetris Cou
Misnawati

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019
Langsung dimasukkan
ke dalam pembuluh
darah vena atau arteri

Pemberian
Obat Secara Tidak ada proses
Intravaskular absorpsi obat

Semua obat (dosis


yang diberikan) yang
ada dalam sediaan
masuk ke dalam tubuh
• Terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam
saluran ganstrointestinal
• Dapat digunakan bila obat sedikit diabsorpsi dalam
saluran gastrointestinal sehingga obat tidak cukup untuk
menimbulkan respons
• Menghasilkan efek obat yang cepat (pada keadaan
gawat)
• Kadar obat yang diperoleh sesuai yang diharapkan
karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat yang
berkurang
• Dapat diberikan kepada penderita yang kesulitan
menelan, misalnya karena muntah atau koma
• Efek toksiknya sulit dinetralkan bila terjadi kesalahan
pemberian obat.

• Harga obatnya lebih mahal daripada obat oral karena harus


dibuat steril.
Oral

Rectal Sublingual

Pemberian
Obat secara
ekstravaskular
Transdermal Buccal

Subcutan Intramuscular
• Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, obat harus terlebih
dahulu diabsorpsi oleh tubuh.

• Pada pemberian ekstravaskular, biasanya obat yang


masuk ke dalam tubuh tidak mencapai 100%.

• Bentuk sediaan, ionisasi obat, pKa obat, pH cairan tubuh,


luas permukaan zat berkhasiat terlarut yang berkontak
dengan dinding organ tubuh seperti dinding saluran
pencernaan, koefisien partisi, dan waktu pengosongan
lambung.
• Untuk obat yang diberikan per oral, absorpsi saluran
pencernaan ke dalam sirkulasi sistemik merupakan
persyaratan agar obat didistribusikan ke organ-organ
tubuh termasuk reseptor, selanjutnya dihasilkan efek
pengobatan.

• Keterlambatan atau kehilangan sebagian obat selama


proses absorpsi dapat mengakibatkan penurunan
ketersediaan hayati obat dan keanekaragaman respons,
bahkan kadang-kadang menimbulkan kegagalan terapi.
Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah
obat yang mencapai sirkulasi sistemik secara keseluruhan
menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang mencapai
peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan.
Pengkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung
pada absorbsi obat ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran
dari obat yang terabsorbsi.
Ada 3 parameter yang biasanya diukur untuk
menggambarkan profil konsentrasi obat dalam darah dan
waktu dari obat yang diberikan, yaitu:

• Konsentrasi puncak (Cmaxs) menggambarkan


konsentrasi obat tertinggi dalam sirkulasi sistemik.

• Waktu untuk konsentrasi puncak (tmaks), menggambarkan


lamanya waktu teredia untuk mencapai konsentrasi
puncak dari obat dalam sirkulasi sistemik.

• Luas daerah dibawah kurva (AUC), merupakan total area


di bawah kurva konsentrasi vs waktu yang
menggambarkan perkiraan jumlah obat yang berada
dalam sirkulasi sistemik.
Data ketersediaan hayati digunakan untuk
menentukan:
• Banyaknya obat yang diabsorbsi dari formulasi
atau sediaan.
• Kecepatan obat diabsorbsi.
• Lama obat berada dalam cairan biologi atau
jaringan dan dikorelasikan dengan respon pasien.
• Hubungan antara kadar obat dalam darah dan
efikasi klinis serta toksisitas.
• Sifat fisiko kimia zat aktif (Bentuk isomer, Polimorfose,
Ukuran partikel, Hodrate dan solvate, Bentuk garam,
Ester dan lainnya, Kemurnian).

• Bahan – bahan pembantu


Banyak obat- obatan dimana pengaruh bahan – bahan pembantu
dapat merubah secara drastis pola absorbsinya dan oleh karena itu
efek terapi dan toksisitasnya juga berpengaruh.
SEKIAN
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai