Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “L” DENGAN

GANGGUAN
SISTEM RESPIRATORIK: PENYAKIT PARU OBSTRUKSI
KRONIK
(PPOK) DI RUANG EDELWES
RSAL MERAUKE

Oleh :
Sugianto
BAB I
PENDAHULUAN
 Prevalensi PPOK di Asia Tenggara diperkirakan
sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di
negara Vietnam (6,7%) dan RRC (6,5%) (Yusanti et
al., 2015). Di Indonesia, proporsi PPOK pada usia
40-65 tahun sebesar 8,8% (1633 orang yang
diperiksa). Riskesdas 2013 menunjukkan
prevalensi PPOK di Indonesia yang berdasarkan
wawancara pada masyarakat usia 30 tahun ke atas
sebesar 3,7%, tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (10%) dan terendah di Provinsi Lampung
(1,4%). Dirsal Angka kejaadian PPOK meningkat
dimana pada tahun 2018 sebanyak 2,5 % dan
terakhir pada bulan april 2019 sebanyak 3,8%.
Lanjutan....
 Berdasarkan latar belakang diatas, maka
perlu dilakukan penelitian mengenai pola
penggunaan antibiotik golongan makrolida
pada pasien eksaserbasi PPOK agar pasien
mendapatkan pengobatan yang optimal
dan rasional demi tercapainya kualitas
hidup yang baik. Penelitian ini diharapkan
dapat membantu meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan di RSAL
Merauke.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian PPOK
PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah
dan diobati yang secara umum ditandai
dengan keterbatasan aliran udara yang
terus-menerus biasanya progresif dan
berhubungan dengan peradangan kronis,
peningkatan respon dalam saluran udara dan
paru-paru dari partikel berbahaya atau gas.
(Vestbo et.al., 2013).
Etiologi
 Beberapa faktor penyebab PPOK menurut Dipiro (2011):
 Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas kimiawi.
 Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga menyebabkan semakin menurunnya
fungsi paru-paru.
 Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang
dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
 Keadaan menurunnya alfa anti tripsin. Enzim ini dapat melindungi paru-paru
dari proses peradangan. Menurunnya enzim ini menyebabkan seseorang
menderita empisema pada saat masih muda meskipun tidak ada riwayat
merokok.
Manifestasi klinis
 Manifestasi klinis pada PPOK menurut GOLD (2015) yaitu: Malfungsi
kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan
batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Nafas
pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek, , sesak nafas akut,
frekuensi nafas yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi
lebih lama daripada inspirasi.
Lanjutan...
Derajat PPOK
 Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for chronic Obstruktif Lung
Disiase (GOLD) 2011.
◦ Derajat I (Ringan): Gejala batuk kronis dan ada produksi sputum tapi
tidak sering. Pada derajat ini pasien tidak menyadari bahwa menderita
PPOK.
◦ Derajat II (Sedang): Sesak nafas mulai terasa pada saat beraktifitas
terkadang terdapat gejala batuk dan produksi sputum. Biasanya pasien
mulai memeriksakan kesehatannya pada derajat ini.
◦ Derajat III (Berat): Sesak nafas terasa lebih berat, terdapat penurunan
aktifitas, mudah lelah, serangan eksaserbasi bertambah sering dan mulai
memberikan dampak terhadap kualitas hidup.
◦ Derajat IV (PPOK Sangat Berat): Terdapat gejala pada derajat I, II dan III
serta adanya tanda-tanda gagal nafas atau gagal jantung kanan. Pasien
mulai tergantung pada oksigen. Kualitas hidup mulai memburuk dan
dapat terjadi gagal nafas kronis pada saat terjadi eksaserbasi sehingga
dapat mengancam jiwa pasien.
Komplikasi
 KompGagal nafas akut pada gagal nafas
kronis ditandai oleh sesak nafas dengan
atau tanpa sianosis, volume sputum
bertambah dan purulen, demam, dan
kesadaran menurun.
Penatalaksanaan
◦ Tujuan penatalaksanaan berdasarkan GOLD
(2006) dan dan PDPI (2016):
 Meminimalkan gejala
 Pencegahan terjadinya eksaserbasi
 Pencegahan terjadinya penurunan fungsi paru
 Peningkatan kualitas hidup
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas pasien
 Nama pasien : Tn. L
 Umur : 72 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Status : Menikah
 Agama : Islam
 Suku/bangsa : Buton/Indonesia
 Bahasa : Indonesia
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Petani
 Alamat dan No. Hp : Jln. Gudang Arang
 Keluhan utama: Sesak Nafas
 Riwayat keluhan utama
Pasien mengatakan dada sesak kemudian berobat ke RSUD lalu di
berikan nebulizer dan minum obat, kemudian diperbolehkan
pulang namun setelah 3 hari di rumah dan minum obat tapi
enggak ada perubahan, kemudian berobat ke RSUD lagi dan di
rawat karena kamar penuh kemudian di pindah ke RSAL tanggal
26 november 2018 dengan keluhan sesak nafas, batuk lendir, dan
nyeri dada. Pasien mengatakan upaya untuk mengurangi sakitnya
dengan minum air hangat dan minum obat dari RSUD.
 Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mengatakan mempunyai kebiasaan merokok dan pasien
mengatakan pernah menjalani program pengobatan TBC.
 Keluhan saat pengkajian
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk darah disertai lendir, nyeri
dada sebelah kiri, sesak saat berjalan, dan susah tidur kerena
sesak dan batuk.
 Pemeriksaan umum
Kesadaran : keadaan umum baik,
kesadaran Compos mentis
GCS : E4 M6 V5
BB dan TB : 55 kg , 160 cm
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 104 x/m
Frekuensi nafas: 30 x/m
SB : 36,8 0 c
Klasifikasi data
Analisa data..
 Prioritas Masalah Keperawatan
Ketidakefetifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
BAB IV
PEMBAHASAN
 Dari proses pengkajian sampai evaluasi antara
konsep teori dengan kasus yang ditemukan di
lapangan sama dan tidak ada perberdaan seperti
Manifestasi klinis atau tanda dan gejala yang
mungkin muncul dari hasil pengkajian yang
dijelaskan pada asuhan keperawatan teoritis
ternyata semuanya muncul pada kasus Tn. L,
tanda dan gejala tersebut antara lain kebiasaan
merokok, faktor usia dan jenis kelamin yang
mempengerahui menurunnya fungsi paru-paru
semua tanda dan gejala tedapat pada pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
 Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan istilah yang sering digunakan
untuk seseorang yang mengalami gangguan respiratorik , dengan gejala utamanya
adalah bisa terjadinya batuk-batuk, dan peningkatan produksi sputum, dan yang
paling utama ialah sesak. Pada saat pengkajian pada Tn. L ditemukan data-data yang
sesuai dengan apa yang dijelaskan tinjauan teoritis sehingga memudahkan penyusun
memberikan asuhan keperawataan secara menyeluruh.
 Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. L Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) , diagnosa yang mucul pada dasarnya sudah hampir sesuai dengan diagnosa
yang ada dalam askep teoritis, tetapi ada beberapa diagnosa yang tidak ada didalam
askep teoritis sehingga mengharuskna penyusun mengangkat diagnosa tersebut
Faktor pendukung dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. L adalah adanya
kerjasama, baik itu di antara tim kesehatan dalam hal pelayanan kesehatan maupun
kerjasama antara perawat atau petugas kesehatan lain dengan pasien itu sendiri.
Sedangkan faktor pengahambatnya tidak terlalu bearti sehingga didalam melakukan
pengkajian serta tindakan penyusun tidak mengalami kesulitan.
 Dengan demikian kompleksnya permasalahan yang timbul pada pasien dengan PPOK,
maka memberikan asuhan keperawatan diperlukan penanganan khusus dan
berkesinambungan, pasien perlu diberikan pendidikan kesehatan baik tentang proses
penyakit dan program pengobatan sehingga tidak timbul penyakit yang berulang.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai