Anda di halaman 1dari 43

Journal Reading

Cotton dust exposure and self-reported respiratory


symptoms among textile factory workers in Northwest
Ethiopia: a comparative cross-sectional study

Rizkya Amelia - 03013244


Daba Wami et al. Journal of
Occupational Medicine and
Toxicology (2018) 13:13
Latar
Belakang
Penyakit p a d a sistem pernapasan yang
diakibatkan oleh pekerjaan merupakan
masalah
kesehatan global yang besar dimana
persentase
nya sebesar 30% dari penyakit akibat kerja, dan
10-20% kematian diakibatkan oleh masalah
pernapasan.

Proses pemintalan dan penenunan p a d a


industri
tekstil menghasilkan debu kapas d a l a m jumlah
besar. Paparan terhadap debu kapas d a p a t
menyebabkan berbagai masalah pernapasa
seperti batuk, dahak, mengi, sesak napas, nyeri
dada, bronkitis kronik dan bissinosis.
Metode
Desain Studi &
Desain Populasi

Comparative Pabrik Tekstil di -Semua pekerja yang bekerja - A n g g o t a staff administrasi


di bagian ginning, spinning, di pabrik tekstil
c ross- sec tiona l Northwest
weaving, dan blowing -Pekerja luar di sektor
Ethiopia
informal yang berlokasi
-Sudah >1tahun bekerja
-Belum pernah terpapar disekitar
occupational dust lainnya -Sudah >/1 tahun bekerja
-Tidak merokok d a n tidak
-Tidak merokok dan tidak a d a
a d a riwayat a s m a d a n
riwayat a s m a dan PPOK
Ukuran Sampel 36. 9 %
Proporsi masalah pernapasan p a d a exposed
group

21.2 %
Proporsi masalah pernapasan p a d a
unexposed group

413 PARTISIPAN
276 exposed dan 137 unexposed
Teknik Sampling
STRATI FI ED RAN D O M SAM PLI N G
SI M PLE RAN D O M SAM PLI N G

Diasumsikan terdapat level pajanan debu kapas yang


berbeda p a d a setiap bagian
Pengukuran
Variabel

M A SA LA H PERNA PA SA N
a d a 1 atau lebih dari gejala berikut: batuk,
dahak, mengi, sesak napas, dan nyeri
dada
KO NDISI V ENTILA SI
adekuat dan non adekuat
HASIL
DISKUSI
•Dalam penelitian ini, prevalensi gejala pernapasan yang dilaporkan sendiri lebih tinggi di
antara peserta yang terpapar debu kapas (47,8%) dibandingkan responden yang tidak terpapar.
(15,3%): sama seperti penelitian di Africa, India, Pakistan, dan China
•responden laki-laki lebih tinggi kemungkinan mengalami gejala pernapasan: sama seperti
penelitian di Shanghai dan Lanchasire
•Karyawan yang memiliki masa kerja lebih lama lebih tinggi kemungkinan memiliki gejala
pernapasan : sama seperti penelitian di Mesir dan India
KESIMPULAN
Prevalensi gejala pernapasan yang dilaporkan sendiri lebih tinggi di antara peserta yang
terpapar debu kapas dari responden yang tidak terpapar dan ada lebih banyak tanda
iritasi saluran pernapasan di antara pekerja yang terpapar untuk debu kapas.

Jenis kelamin, masa kerja, departemen kerja dan ventilasi unit kerja adalah faktor risiko
munculnya gejala pernapasan.

Dengan demikian, mengurangi paparan untuk debu, ventilasi yang memadai dan meningkatkan
kebersihan departemen kerja diperlukan untuk mengurangi masalah pernapasan.
Journal Reading

Determinants of knowledge and safety practices of


occupational hazards of textile dye workers in Sokoto,
Nigeria: a descriptive analytic study

Rizkya Amelia - 03013244


[Journal of Public Health in
Africa 2017; 8:664]
Pendahuluan
Sejak jaman dahulu, kain telah dicelup dengan
ekstrak dari mineral, tanaman dan hewan tetapi
pada tahun 1856, para ilmuwan menemukan
pewarna sintetis dan selama bertahun-tahun
efeknya telah menjadi isu utama bagi kesehatan
lingkungan dan masyarakat

Di Nigeria, sedikit yang diketahui pengetahuan


tentang bahaya pekerjaan pewarnaan tekstil
meskipun pekerja terpapar banyak bahaya dan
risiko itu dapat mempengaruhi kesehatan mereka
Metode
Desain Studi &
Desain Populasi

studi deskriptif Sokoto •pekerja pewarna tekstil di Sokoto - A n g g o t a staff administrasi


Metropolis. di pabrik tekstil
dan analitik metropolis,
-Pekerja luar di sektor
dilakukan pada •telah bekerja selama 6 bulan
Sokoto State, informal yang berlokasi
•Bukan terlibat dalam pekerjaan
bulan April 2016. North-western disekitar
administrasi di toko-toko tekstil /
Nigeria. -Sudah >/1 tahun bekerja
pewarna (tidak terlibat langsung
-Tidak merokok d a n tidak
dalam proses pewarnaan) a d a riwayat a s m a d a n
Ukuran Sampel
200 PARTISIPAN 21.2 %
Proporsi masalah pernapasan p a d a
unexposed
group
9 5 % C O NFIDENC E INTERVA L,
8 0 % POWER,
M A RGIN O F ERRO R ( 5 %) , 2 : 1 RATIO O F
EX PO SED TO UNEXPOSED GROUPS
Presen ta tion s a re c om m u n ic a tio n too ls.
Teknik Sampling
SI M PLE RAN D O M SAM PLI N G

Sebuah semi kuesioner wawancara yang


terstruktur digunakan untuk menilai
pengetahuan, sikap, dan praktik keselamatan
dari para pekerja
HASIL
•Bagian 1: Sosiodemografi karakteristik dan profil kerja responden
•Usia rata-rata responden adalah 27,54 ± 9,01 tahun
•Semua responden laki-laki;
•140 (70%) masih lajang
•93 (46,5%) memiliki pendidikan tingkat menengah.
•Dari 200 responden, 138 (69%) dipekerjakan secara permanen; 144 (72%) telah bekerja
kurang dari 10 tahun; 105 (52,5%) bekerja selama 6-7 hari dan 150 (75%) bekerja lebih sedikit
dari 8 jam per hari.
•Dalam penelitian ini, prevalensi gejala pernapasan yang dilaporkan sendiri lebih tinggi di
antara peserta yang terpapar debu kapas (47,8%) dibandingkan responden yang tidak terpapar.
(15,3%): sama seperti penelitian di Africa, India, Pakistan, dan China
•responden laki-laki lebih tinggi kemungkinan mengalami gejala pernapasan: sama seperti
penelitian di Shanghai dan Lanchasire
•Karyawan yang memiliki masa kerja lebih lama lebih tinggi kemungkinan memiliki gejala
pernapasan : sama seperti penelitian di Mesir dan India
Terdapat hubungan pengetahuan tentang bahaya dan
usia di tempat kerja (P = 0,022); tingkat pendidikan
(P = 0,047); status perkawinan (0,038) dan hari
bekerja per minggu (<0,001) dari responden dalam
penelitian ini

Ada hubungan antara sikap terhadap bahaya kerja


dan tingkat pendidikan (P = 0,004); durasi kerja (P =
0,015) dan hari kerja per minggu (P = 0,029).

Tidak ada hubungan di antara usia responden;


tingkat pendidikan; hari kerja per minggu; jam kerja
per hari dengan praktik keselamatan dalam penelitian
ini
KESIMPULAN
Meskipun responden sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, kurangnya
kepatuhan terhadap praktik keselamatan membuat diperlukan adanya instruksi keselamatan
langsung dan pelatihan dan pelatihan ulang untuk pekerja pewarna tekstil tentang praktik
bahaya dan keselamatan di tempat kerja
Journal Reading

Health vulnerabilities of readymade garment (RMG)


workers: a systematic review

Rizkya Amelia - 03013244


[Kabir et al. BMC Public Health
(2019) 19:70
Latar
Belakang
Fokus Asia Selatan dan Asia Tenggara terhadap
garmen readymade (RMG) terhadap kerentanan
kesehatan pekerja:

Tinjauan sistematis ini berfokus pada pemahaman


kondisi tempat kerja dan dampak dari kondisi ini
tentang kesehatan fisik dan psikologis pekerja RMG.

Sementara Asia Selatan dan Tenggara merupakan rumah


mayoritas Pabrik-pabrik RMG, tidak ada ulasan
sebelumnya yang ditemukan untuk mempelajari
kerentanan kesehatan ini
pekerja. Karenanya, tinjauan sistematis ini akan
memberikan tinjauan umum terhadap bukti yang tersedia
terkait dengan kerentanan kesehatan fisik dan psikologis.
Metode
Kriteria kelayakan:
Kriteria inklusi
Penelitian empiris yang ditinjau ulang diterbitkan antara Juli 2007 dan Juni 2017;
Artikel termasuk data tentang kerentanan kesehatan dan / atau penyebab kerentanan;
Diterbitkan dalam bahasa Inggris;
Data dikumpulkan dari pekerja RMG di Tenggara dan / atau Negara-negara Asia Selatan.
21.2 %
Kriteria eksklusi Proporsi masalah pernapasan p a d a
Penelitian terkait dengan selain kerentanan kesehatan
unexposed
masalah (seperti kesadaran tentang praktik higienis,
group
gerakan hak-hak buruh, pekerjaan yang dibayar dan sosial-politik
9 5 % C O NFIDENC E INTERVA L,
8 0 % POWER,
M A RGIN O F ERRO R ( 5 %) , 2 : 1 RATIO O F
EX PO SED TO UNEXPOSED GROUPS
Presen ta tion s a re c om m u n ic a tio n too ls.
HASIL
Pencarian utama termasuk 17.001 artikel dan sesudahnya
tidak termasuk 16.453 catatan (berdasarkan abstrak dan
judul) 548 artikel tersisa. 229 duplikat dihapus, dengan 319 studi tersisa untuk
dipertimbangkan lebih lanjut

Dari hasilnya, kerentanan kesehatan pekerja RMG dikategorikan ke dalam


kerentanan fisik dan kerentanan kesehatan psikologis

Para pekerja mungkin tidak dapat bekerja untuk periode yang lebih lama karena
disfungsi paru dan masalah pernapasan. Akibatnya, peluang untuk masa depan
pekerja RMG berkurang

jam kerja yang panjang, jenis pekerjaan yang monoton, cedera terkait
pekerjaan, perasaan tidak aman di tempat kerja, dan kurangnya penghargaan
diidentifikasi sebagai penyebab utama kerentanan kesehatan psikologis di
antara para pekerja RMG
KESIMPULAN
Pekerja RMG dari negara-negara Asia Selatan dan Tenggara rentan terhadap baik masalah fisik dan
psikologis.

Hasilnya lebih lanjut menyarankan bahwa banyak masalah kesehatan fisik didapatkan dari sifat
pekerjaan yang mereka lakukan dalam pekerjaan mereka, seperti tidak higienis dan
lingkungan kerja yang tidak aman, kondisi berbahaya dari pabrik, dan kurangnya / tidak tersedianya
peralatan keselamatan.

Selain itu, pekerja RMG rentan terhadap kerentanan psikologis karena beban kerja yang berlebihan,
rendah upah, bahasa yang kasar, ketidakamanan pekerjaan, dan merasa tidak aman di tempat kerja.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai